Selasa, 08 Maret 2016

ARANG KOMPOS BIO AKTIF (ARKOBA)




ARANG KOMPOS BIO AKTIF (ARKOBA)  *)

Oleh : GusmaiLina & Sri Komarayati  **)


A.  PENDAHULUAN


Arang kompos bioaktif (Arkoba) adalah gabungan arang dan kompos yang dihasilkan melalui teknologi pengomposan dengan bantuan mikroba lignoselulotik yang tetap hidup di dalam kompos. Apabila diberikan ke tanah mikroba tersebut berperan  secara hayati sebagai biofungisida untuk  melindungi tanaman dari serangan penyakit akar, sehingga disebut bioaktif.    Selain bioaktif, arkoba mempunyai keunggulan karena  keberadaan arang yang menyatu dalam kompos, sehingga bila diberikan pada tanah ikut andil dan berperan sebagai agent pembangun kesuburan tanah,  sebab arang mampu meningkatkan pH tanah  sekaligus memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah.  Oleh sebab itu Arkoba cocok dan tepat dikembangkan secara luas di Indonesia mengingat 2/3 (66,67%) dari lahan pertanian maupun kehutanan berada dalam kondisi masam (pH rendah), kritis dan marjinal akibat menurunnya kandungan bahan organik tanah dimana tidak bisa digantikan perannya oleh pupuk kimia. 
Arkoba dapat dibuat dari limbah organik yang ada disekitar kita, mulai dari limbah rumah tangga, pertanian, perkebunan, kehutanan dan industri. Membuang sampah (organik) atau memusnahkan sampah melalui pembakaran adalah perbuatan yang sangat merugikan lingkungan.  Karena dengan pengolahan yang sederhana, sampah akan menjadi sesuatu yang sangat berharga untuk lingkungan.  Asap yang ditimbulkan dengan membakar sampah juga merusak lingkungan dan sangat tidak dianjurkan apalagi dalam skala besar.  Sampah adalah sumberdaya, oleh sebab itu dengan sedikit upaya sampah dan limbah organik lainnya dapat dijadikan kompos, bahkan bisa ditingkatkan menjadi pupuk organik.         
Tulisan ini menguraikan secara global tentang arkoba, fungsi dan manfaat serta teknik membuatnya.  Pustekolah sejak tahun 1997/1998 telah memulai penelitian tentang pemanfaatan arang sebagai pembangun kesuburan tanah, dan kemudian dilanjutkan lagi dengan pemanfaatan arang pada proses komposting sehingga dihasilkan  arang kompos bioaktif (Arkoba).






*)  Disampaikan sebagai materi pada Pelatihan Arang Terpadu, Kerjasama Pustekolah dengan YPPK (Yayasan Perseketuan Perempuan Kampung) di Tana Toraja.  April 2013
**)  Peneliti Utama pada Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan,
      (PUSTEKOLAH)  Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
       Jl. Gunung Batu/ Jl. Veteran  No.5. PO. BOX 182.  Bogor
       Telp/Fax : (0251) 8633378 / (0251) 8633413.  Email : gsmlina@gmail.com


B.  ARANG SEBAGAI PEMBANGUN KESUBURAN TANAH (PKT)

1.  Fungsi dan manfaat arang
Arang bukan pupuk, walaupun pada arang terkandung beberapa unsur makro dan mikro element tetapi dalam jumlah yang sangat kecil. Arang memiliki pori pada permukaannya, sehingga jika arang digunakan sebagai campuran media tanam  dapat memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah.  Selain itu arang dapat meningkatkan pH tanah sehingga kondisi ini akan memberikan ruang bagi perkembangan mikroba tanah yang berfungsi dalam penyediaan unsur hara dalam tanah yang nantinya akan di serap tanaman.  Oleh sebab itu arang disebut sebagai pembangun kesuburan tanah.  Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penambhan arang pada media tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan spora ekto dan endo mikoriza pada tanaman. Sehingga dapat mempercepat pertumbuhan tanaman baik di persemaian maupun di lahan. 

2.  Meningkatkan aktivitas mikrorganisme tanah dan pH tanah

Pemberian arang pada tanah dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah. Pada Gambar 1 dapat dilihat pengaruh pemberian arang terhadap peningkatan perkembangan mikroba tanah yang berfungsi dalam penyedian unsur hara bagi tumbuhan.   












Gambar 1.  Pengaruh penambahan arang terhadap perkembangan mikroorganisme tanah
                  (SB= bakteri perombak; NFB = Bakteri pengikat nitrogen bebas  udara)

3.  Komponen hara yang terkandung pada ASG (Arang Serbuk Gergaji)
    
Komposisi arang umumnya terdiri dari air, volatile matter tar dan cuka kayu, abu, dan karbon terikat.  Komposisi tersebut tergantung dari jenis bahan baku, dan metode pengarangan, namun tetap memiliki keunggulan komparatif pada setiap penggunaan.  Misalnya pada pertanian kesemua unsur sangat diperlukan, namun di bidang industri kandungan air diharapkan seminimal mungkin (Anonimus, 2002).     Kandungan hara yang terdapat pada arang serbuk gergaji bergantung kepada bahan baku serbuk gergaji.  Secara umum arang yang dihasilkan dari serbuk gergaji campuran mempunyai kandungan hara N berkisar antara 0,3 sampai 0,6 %; kandungan P total dan P tersedia berkisar antara 200 sampai 500 ppm dan 30 sampai 70 ppm ; kandungan hara K berkisar antara 0,9 sampai 3 meq/100 gram; kandungan hara Ca berkisar antara 1 sampai 15 meq/100 gram; dan kandungan hara Mg berkisar antara 0,9 sampai 12 meq/100 gram (Gusmailina dkk. 1999). 

Tabel 1.  Komposisi dan kualitas ASG
No
Karakteristik
Jumlah
1
Rendemen,  %
24,5 
2
Kadar air,  %
2,78
3
Kadar abu,  %
5,74
4
Kadar zat terbang,  %
20,10
5
Kadar karbon,  %
74,16
6
Derajat keasaman  (pH)
10,20

Kandungan unsur hara,  ppm

7
Nitrogen  (N)
5397,60
8
Fosfor  (P)
1476,0
9
Kalium  (K)
783,13
10
Natrium  (Na)
313,69
11
Kalsium  (Ca)
1506,03
12
Magnesium  (Mg)
1234,0
13
Besi  (Fe)
1617,6
14
Tembaga  (Cu)
103,64
15
Seng  (Zn)
62,32
16
Mangan  (Mn)
112,95
17
Belerang  (S)
528,92


C.  ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA)

Arang kompos bioaktif (Arkoba) adalah gabungan arang dan kompos yang dihasilkan melalui teknologi pengomposan dengan bantuan mikroba lignoselulotik yang tetap hidup di dalam kompos. Apabila diberikan ke tanah mikroba tersebut berperan  secara hayati sebagai biofungisida untuk  melindungi tanaman dari serangan penyakit akar, sehingga disebut bioaktif. 


1.       Manfaat dan Aplikasi Arkoba
Arang kompos bioaktif (Arkoba) dapat memacu perkembangan mikroorganisme tanah, meningkatkan nilai kadar tukar kation (KTK) tanah, pH tanah pada tingkat yang lebih sesuai bagi pertumbuhan tanaman, sehingga cocok untuk reklamasi lahan yang mempunyai tingkat kesuburan dan keasaman tanah yang rendah.  Arang kompos bioaktif mempunyai sifat yang lebih baik dari kompos konvensional karena keberadaan arang yang menyatu dalam kompos.  Morfologi arang yang mempunyai pori sangat efektif untuk mengikat dan menyimpan hara.  Hara tersebut dilepaskan secara perlahan sesuai dengan konsumsi dan kebutuhan tanaman (efek slow release). Karenanya hara tersebut tidak mudah tercuci,  lahan akan selalu berada dalam kondisi siap pakai.  Dari beberapa aplikasi arang kompos yang telah diuji cobakan, baik di laboratorium, maupun di lapangan menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman yang diberi arang kompos bioaktif meningkat hingga 2 kali lipat dibanding dengan yang tidak diberi arang kompos.  Beberapa aplikasi arkoba yang telah diuji cobakan antara lain :
4
 
 
a.  Aplikasi arang kompos bioaktif pada tanaman pak choi, brokoli, dan wortel secara tumpang sari dengan pinus di Ciloto, menunjukkan  bahwa hasil dalam satuan luas 400 m persegi, produksi meningkat 1, 5 kwintal, jika dibandingkan dengan pupuk yang yang biasa digunakan oleh petani seperti pupuk bokasi, selain itu juga mengurangi penggunaan pupuk kimia sebesar 40 % (Gambar 2).

 
Gambar 2.  Aplikasi Arang Kompos Bioaktif pada tanaman sayuran di bawah tegakan Pinus di Ciloto

b.  Di desa Karyasari, Kabupaten Bogor,  produksi arang kompos bio aktif difokuskan untuk memacu produktivitas daun murbei untuk budidaya ulat sutera.  Selain itu juga diaplikasikan pada budidaya nilam, pepaya, dan tanaman Melaleuca bracteata.  Hasil yang diperoleh sangat meyakinkan, karena hanya dengan memberi arang kompos bioaktif  0,5 kg/rumpun pada tanaman murbei yang berumur sekitar 10 bulan, meningkatkan jumlah daun murbei sebesar lima kali lipat,  selain meningkatkan kualitas benang sutera yang dihasilkan.
  
Gambar 3. Aplikasi Arang Kompos Bioaktif pd tanaman Murbei, nilam, cabai dan pepaya di kampung Cibogo, Desa. Karyasari, Kecamatan. Leuwiliang, Kabupaten. Bogor.

c.  Pemanfaatan Arang kompos bioaktif pada tanaman Kol di Cibeureum, Kabupaten Garut (Gambar 4) menunjukkan hasil yang sangat baik.  Hal ini ditunjukkan dengan produksi Kol yang lebih besar dan lebih padat dengan kisaran berat 3-5 kg/buah. Padahal biasanya maksimum hanya 2kg/buah.

 
                      Gambar 4.  Aplikasi Arang Kompos pada tanaman sayuran Kol

d.  Penggunaan arang kompos bioaktif sebagai campuran media tanaman hias (bunga ros/mawar dan algebra) sangat bagus. Efek yang ditunjukkan adalah selain warna bunga dan daun lebih cerah dan tajam, juga lebih tahan (tidak mudah gugur), bahkan jika dibiarkan kelopak bunga sama sekali tidak rontok sampai kering (Gambar 5).

  
Gambar 5.  Aplikasi Arang kompos pada tanaman bunga

3.  Penggunaan arang kompos bioaktif pada tanaman tembakau hasilnya sangat bagus. Tembakau yang ditanam dengan arang kompos bioaktif menghasilkan daun rajangan seberat 7,5 ons, sedangkan yang tidak menggunakan arang kompos hanya mempunyai berat 3 ons. Dengan demikian daun tembakau yang ditanam dengan arang kompos bioaktif menhasilkan daun 2 kali lebih banyak dibanding daun tembakau yang tanpa menggunakan arang kompos bioaktif.   Pengeringan daun tembakau yang ditanam dengan menggunakan arang kompos bioaktif juga lebih efisien, yaitu hanya perlu 3-4 hari pengeringan, sedangkan yang tidak menggunakan arang kompos bioaktif memerlukan waktu lebih lama.   Demikian juga aroma rajangan daun tembakau yang ditanam dengan arang kompos bioaktif lebih tajam dibanding dengan aroma rajangan daun yang tidak pakai arang kompos bioaktif.

D.  PEMBUATAN ARKOBA

1.   Bahan dan peralatan yang dibutuhkan antara lain :
  1. Bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat arkoba cukup sederhana, dengan memanfaatkan limbah yang ada disekitar kita, antara lain limbah organik rumah tangga, limbah pertanian, seperti limbah sayuran, jerami, kulit atau tongkol jagung, kotoran hewan, bahkan sampah organik dari perkotaan juga dapat dijadikan bahan baku.  Limbah asal industri yang dapat dijadikan arkoba antara lain seperti: serbuk gergaji dibuat arang sebagai pencampur dalam proses pengomposan, limbah penyulingan seperti minyak kayu putih dan minyak nilam. Pangkasan pohon dari tanaman perkotaan juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku, gulma dan serasah daun yang ada disekitar perumahan dan perkantoran juga juga baik dimanfaatkan sebagai bahan baku. 

  
Gambar 6.  Contoh bahan baku limbah organik


  1. Tempat pengomposan. 
Beberapa tempat atau wadah dapat digunakan sebagai tempat atau wadah dimana proses pengomposan berlangsung seperti dapat dilihat pada Gambar  6. Diantaranya (1) kotak yang terbuat dari kayu bekas yang bisa dipindah sesuai keinginan. (2) Kotak semi permanen terbuat dari semen dan penutupnya terbuat dari papan bekas yang bisa dibuka sewaktu pengisian bahan. (3) Bak permanent yang terbuat dari semen. (4) terbuat dari plastik terpal yang bisa ditempatkan sesuai keinginan 

   

Gambar 6.  Tempat atau wadah pembuatan arkoba

c.   Aktivator
Berguna untuk mempercepat proses pengomposan dengan bahan aktif mikroorganisme.  Jenis aktivator yang digunakan disesuaikan dengan jenis bahan baku yang akan dikomposkan.  Untuk limbah yang sulit hancur (serbuk gergaji, serasah tusam dan serasah mangium) harus menggunakan aktivator yang mengandung bahan aktif khusus mikroorganisme pengurai lignoselulosa diantaranya bahan aktiv yang mengandung mikroorganisme Trichoderma pseudokoningii dan Cytophaga sp (Away, 2003 dan Goenadi & Away, 1997).
Gambar 7.  Aktivator pengomposan


2.  Pembuatan arang dengan tungku/kiln semi kontinyu
Tungku semikontinyu dirancang khusus untuk membuat arang dari serbuk gergaji atau sekam padi.  Terbuat dari besi siku 4x5 cm yang ditutup dengan plat seng atau bata merah kemudian diplester, serta dilengkapi dengan cerobong yang terbuat dari drum bekas.  Tungku ini terdiri dari 4 bagian utama, yaitu:  bahagian bawah (dasar) tempat pengarangan,  bahagian tengah (ram besi) tempat pembakaran,  leher cerobong dan cerobong.  Spesifikasi tungku semi kontinyu ini dapat dilihat pada gambar 8. 

 
Gambar 8.  Tungku semi kontinyu dan spesifikasi


Langkah-langkah membuat arang dengan tungku semi kontinyu:
·         Masukkan serpihan kayu sebanyak 5-10 kg sebagai umpan bakar di bahagian pengarangan kemudian biarkan terbakar sampai panas dan membara;
·         Masukkan serbuk gergaji atau sekam padi ke bagian pembakaran sebanyak 3 kg (sekitar 35-40 kg) melalui pintu bagian belakang tungku;
·         Biarkan sampai membara sambil sesekali diaduk, sehingga serbuk yang terbakar akan jatuh ke bagian tempat pengarangan;
·         Biarkan terbakar sampai warna menjadi hitam, lalu ditarik ke bagian penampungan yang berisi air.  Jika masih terlihat warna serbuk yang coklat, aduk  sampai semua berubah menjadi arang;
·         Setiap 30 menit lakukan penambahan bahan baku sebanyak 1 karung (10-15 kg);
·         Proses selanjutnya sama , dilakukan berulang-ulang secara kontinyu sampai didapatkan arang sesuai dengan kebutuhan;
·         Biarkan arang terendam sesaat di dalam bak penampungan, kemudian dikeringkan.  Setelah kering arang siap untuk dikemas atau digunakan.


3.  Langkah-langkah pembuatan Arang kompos bioaktif

·         Bahan baku yang sudah dicacah ditambah arang sebanyak 10-30 % dari berat volume bahan yang akan dikomposkan;
·         Tambahkan aktivator sebanyak 0,5-10 % tergantung jenis bahan yang akan dikomposkan, 0.5% (b/b)   atau   5 kg   dalam 1 ton, untuk bahan organik lunak (daun-daunan, jerami, bagas tebu,  dan lain-lain);  1.25% (b/b) atau  12.5 kg  per 1 ton bahan baku, untuk bahan organik berkayu ( TKKS,  sisa pangkasan the/ranting pohon dan sebagainya).  Penggunaan aktivator 10 % diperuntukkan bagi bahan baku  yang sulit hancur atau terurai seperti serbuk gergaji.
·         Aduk campuran hingga rata; lalu tambahkan air hingga kondisi kadar air campuran bahan berkisar antara 20%-30 %;
·         Masukkan ke dalam bak-bak pengomposan yang dipilih sesuai dengan keinginan, lalu  ditutup dengan plastik hitam ;
·         Khusus untuk bahan yang sulit hancur seperti limbah kehutanan, sebaiknya pada minggu ke dua, ke tiga dan ke empat dibalik dan di aduk ulang hingga tercampur rata, apabila kondisi bahan agak kering dapat ditambahkan air secukupnya;
·         Proses berjalan dengan sempurna apabila pada minggu pertama dan ke dua suhu  meningkat  hingga mencapai 55 o C - 60 oC, lalu menurun pada minggu-minggu berikutnya. Apabila kondisi suhu sudah stabil berarti proses pengomposan sudah selesai dan  kompos dapat dibongkar;
·         Proses pengomposan berlangsung antara 2 minggu sampai 10 minggu tergantung bahan  baku yang digunakan. Limbah sayuran/dedaunan segar pengomposan berlangsung  selama 2 minggu, pengomposan serasah dedaunan kering berlangsung selama 1 bulan,  sedangkan serbuk gergaji selama 2-3 bulan;
·         Secara visual kompos yang sudah matang akan mengalami perubahan warna,    sedangkan indikator kompos yang siap pakai yaitu mempunyai nisbah C/N di bawah atau sama dengan 20;
·         Untuk menambah daya tarik penampilan, kompos digiling hingga halus  kemudian      dikemas lalu disimpan ditempat yang kering dan teduh;
·         Arang kompos siap digunakan atau dipasarkan.

Gambar 9.  Bentuk arkoba selesai proses komposting

4.  Pembuatan arang kompos di antara tegakan hutan tanaman

Pembuatan arang kompos juga dapat dilakukan di areal tegakan hutan.  Bahan baku yang dapat digunakan berupa limbah pemanenan hutan.  Ranting dan cabang yang tertinggal dijadikan arang kemudian sebagai bahan untuk kompos adalah dedaunan segar atau serasah.  Proses pengomposan dapat dilakukan dengan jalan membuat lobang persegi atau lobang sepanjang larikan sedalam 0,5 m.  Lobang ini sebelumnya dialas dengan plastik agar proses pengomposan tidak ada kontak langsung dengan tanah, kemudian semua bahan yang akan dikomposkan dimasukkan ke dalam lobang lalu ditutup lagi dengan plastik, kemudian biarkan sampai kompos terbentuk.  Kompos yang terbentuk kemudian dapat dibongkar lalu dipindahkan, atau dibiarkan sebagai pengganti pupuk pada penanaman berikutnya.

Gambar 10.  Membuat Arkoba diantara tegakan


5.  Kualitas dan mutu arang kompos
    
Beberapa jenis arang kompos yang telah dibuat di Pustekolah mempunyai kandungan unsur hara makro yang bervariasi walaupun dengan kadar yang tidak jauh berbeda, tergantung jenis bahan baku yang digunakan.  Pengujian mutu dan kualitas arang kompos yang dapat dilakukan di lapangan adalah penampakan secara visual berupa perubahan bentuk,  warna, serta penyusutan volume.  Bentuk berubah ukuran menjadi lebih halus dan hancur, sedangkan warna menjadi coklat kehitaman sampai hitam, sedangkan volume akan menyusut maksimum 20-30 %, serta tidak memberikan bau yang menyengat.   Selain itu pengujian suhu dan pH arang kompos juga dapat dilakukan di lapangan.  Suhu konstan berkisar antara 25 - 30 oC, sedang pH  netral antara 6-7.  Analisis kimia di laboratorium diperlukan sebagai upaya pendukung. untuk mengetahui apakah arang kompos telah dapat digunakan secara benar perlu diketahui rasio/nisbah C/N, yaitu perbandingan kadar C (carbon) dan kadar N (nitrogen).  Arang kompos dapat digunakan apabila nisbah C/N nya 20, tergantung pada jenis tanaman.  Tanaman sayuran dan bunga biasanya membutuhkan kompos dengan C/N yang rendah (dibawah 20), sedangkan tanaman perkebunan, buah-buahan,  tanaman kehutanan serta tanaman keras lainnya dapat menggunakan kompos dengan C/N yang berkisar antara 20-30.





Tabel 2   : Analisis kandungan unsur hara makro dari beberapa jenis arang kompos
No
Jenis unsur hara
AKSr camp
AKSr mangium
AKSR tusam
AKSG

C organik
N total
P total
K
 Ca
Mg
30 – 35
1,6 – 1,8
0,6 – 1,2
1,3 – 1,6
0,8 – 1
0,3 – 0,5
30 - 35
1,5 - 1,6
0,5 - 1,2
1 - 1,5
0,5 - 1,2
0,4 - 1
30 – 40
1,5 - 1,8
1 – 1,3
1,4 – 1,7
0,5 - 1,5
0,6 – 1,1
30 – 39
1,4 – 1,7
1 – 1,5
0,5 – 1
1 – 1,8
0,4 – 1,3
Keterangan : AKSR camp = Arang kompos serasah daun campuram
                    AKSr mangium = Arang Kompos serasah daun Acacia mangium
                    AKSR tusam = Arang kompos serasah daun tusam ( Pinus merkusii)
                    AKSG = Arang kompos serbuk gergaji


6.  Standar Mutu Arang Kompos

Standar mutu arang kompos sampai saat ini belum ada.  Untuk itu sementara ini standar yang digunakan adalah standar mutu kompos yang berlaku secara nasional, yaitu yang dikeluarkan oleh Biotrop dan Perum Perhutani, atau secara internasional (Jepang) dan lain-lain.  Standar ini disajikan agar dapat  digunakan sebagai pembanding terhadap mutu dan kualitas kompos yang dibuat.

Gambar 11.  Arkoba dalam kemasan sederhana









Tabel 3 .  Pedoman Pengharkatan Hara Kompos oleh BIOTROP

Parameter
Satuan

H A R K A T


Rendah
Sedang
Tinggi
Kadar air
Berat Jenis
pH
Bahan Organik
C Organik
Garam terlarut
N total
P2O5
K2O
Mg)
CaO
Boron
Mn
Zn
KTK (Kadar Tukar Kation)
Nisbah C/N
Bahan Humik
%
kg/l
-
%
%
%
%
%
%
%
%
ppm
ppm
ppm
meq/100 g
-
%
24,9
0,4
6,6
22,4
14,5
0,8
0,6
0,3
0,2
0,3
2,7
13,8
220
513
20,1
< 10
1,5
35,9
0,6
7,3
39,7
19,6
1,8
1,1
0,9
0,6
0,7
4,9
35,3
452
1570
30
10 - 20
3,7
52,6
0,9
8,2
68,7
27,1
2,9
2,1
1,8
1,4
1,6
6,2
124
654
2015
45
> 20
6,8
  Sumber : Laboratorium Natural Product, SEAMEO - BIOTROP (2000)


Selain standar mutu kompos yang dikeluarkan oleh BIOTROP, pada Tabel 4 juga dapat dilihat standar mutu yang dikeluarkan oleh Perum Perhutani, serta standar mutu kompos yang dikeluarkan oleh Jepang.  Semua standar ini disajikan sebagai  pembanding.

Tabel 4.  Standar mutu hara kompos

NO.

PARAMETER

          PERHUTANI
JEPANG
1
Carbon (C), %
19,6
-
2
Nitrogen (N), %
1,1
> 1,2
3
Posfor (P2O5), %
0,9
> 0,5
4
Kalium (K2O), %
0,6
> 0,3
5
Kalsium (CaO), %
4,9
-
6
Magnesium (MgO), %
0,7
-
7
C/N
10 – 20
< 35
8
pH
7,3
5,5 – 7,5
9
Kadar air, %
35,6
-
10
Berat jenis, kg/liter
-
-
11
Asam Humik, %
-
-
12
Asam Fulfik, %
-
-
13
KTK, meq/100 gram
-
-
        Sumber (Source)  :  Perhutani (1977) ;  Harada et al (1993)  dalam  Noor dkk. (1996),





PENUTUP

              Arkoba merupakan produk yang dihasilkan melalui teknologi yang mudah dan murah untuk  diaplikasikan.  Kualitas Arkoba lebih baik dibanding dengan kompos yang dihasilkan secara konvensional karena adanya arang yang menyatu dengan kompos.
             Pembuatan Arkoba cukup mudah dan murah untuk diterapkan, terutama skala kecil  di lapangan atau di areal tegakan hutan.  Motivasi dan kesadaran yang tinggi  diperlukan agar sumber daya yang tersedia di lingkungan sekitar berupa limbah dapat dimanfaatkan.  Arkoba yang dihasilkan dapat diaplikasikan untuk meningkatkan  produktivitas lahan menjadi lebih baik sekaligus akan meningkatkan produktivitas tanaman.
            Akhir-akhir ini produk budidaya organik menempati urutan tertinggi dalam permintaan maupun harga, karena kecenderungan konsumen saat ini menginginkan pangan yang bebas dari bahan-bahan kimiawi.  Namun keberadaan pupuk organik di pasaran masih terbatas.  Oleh sebab itu, pembuatan arang kompos mempunyai prospek yang besar dalam menunjang sistem pertanian dan budidaya organik tersebut.  Yang perlu diperhatikan adalah lokasi pembuatan arang kompos sebaiknya tidak jauh dari sumber bahan baku yang akan dibuat, karena hal ini akan berpengaruh terhadap investasi biaya. Oleh sebab itu sebaiknya setiap industri pengolahan kayu mempunyai satu unit peralatan untuk membuat arang kompos, sehingga limbah yang sebelumnya dapat mencemari lingkungan, dapat dimanfaatkan menjadi produk baru yang berguna.  Selain itu, membuat arang kompos dari serasah di bawah tegakan hutan tanaman sangat dianjurkan, sebagai salah satu upaya antisipasi kebakaran hutan sekaligus meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman.



DAFTAR PUSTAKA

Away, Y, 2003.  Uji coba penggunaan bioaktivator “orgadec plus” pada sampah kota di TPA Bantar Gebang.  Laporan. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia.  Bogor

Goenadi, D.H. & Y. Away. 1995.  Cytophaga sp., and Trichoderma sp. as activators for composting.  Proc. Int. Cong. On Soils of Trop. Forest Ecosystem. 3rd Conf. On Forest Soils (ISSS-AISS-IBG).  Poster Session, 8:184-192. Kyoto University. Kyoto Japan.

Gusmailina, G. Pari dan S. Komarayati. 2002.  Pedoman Pembuatan Arang Kompos.
             Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. Badan  Penelitian dan              
             Pengembangan Kehutanan. Bogor.
Gusmailina, G. Pari, dan S. Komarayati.  2002.  Implementation study of compost and     
charcoal compost  production.  Laporan kerjasama Puslitbang Teknologi Hasil Hutan dengan JIFPRO - Jepang (Tidak diterbitkan)

Gusmailina, G. Pari, dan S. Komarayati.  2001.  Teknik penggunaan arang sebagai soil
conditioning pada tanaman.  Laporan hasil penelitian (tidak diterbitkan)

Mindawati, N.; M.H.L. Tata; Y. Sumarna dan A.S. Kosasih.  1998.  Pengaruh beberapa
            macamlimbah organik terhadap mutu dan proses pengomposan ddengan bantuan efektif mikroorganisme 4 (EM4).  Bulletin Penelitian Hutan.  Bogor, No. 614 : 29 – 40

Ogawa, M.  1989.  Mycorrhizza and their utilization in forestry.  Report of Shortterm
Research Cooperation.  The Tropical Rain Forest Research Project JTA-9A (137).  JICA.  Japan.

Kontak :  Gusmailina adalah Peneliti pada Pusat Litbang Keteknikan Kehutan dan Pengolahan Hasil Hutan,   Balitbang Kehutanan, Jalan Gunung Batu No. 5.  Bogor;
Telp/Fax : (0251) 8633378-8633413;  Email : gsmlina@gmail.com




























LAMPIRAN

 
SKALA KOMERSIL