EVALUASI DAN PEMANTAUAN KEGIATAN PENGGUNAAN
ARANG KOMPOS BIOAKTIF DI KABUPATEN GARUT
Oleh : Gusmailina
ABSTRAK
Kabupaten Garut merupakan salah satu daerah yang telah menerapkan teknologi pembuatan arang kompos bioaktif, berawal dari kegiatan Gelar Teknologi pada tahun 2003 oleh Pusat Litbang Hasil Hutan Bogor, bekerja sama dengan Dinas Kehutanan Kabupaten Garut. Sampai sekarang kegiatan pembuatan arang kompos bioaktif masih berlangsung untuk menunjang program gerhan dan budidaya organik sayuran. Dalam upaya pengembangan produksi arang kompos bioaktif serta untuk menjaga mutu produk, maka pada Desember 2007 telah dilakukan pelatihan peningkatan mutu produksi arang kompos bioaktif di Kabupaten Garut selama dua hari sesuai dengan petunjuk teknis yang benar. Perkembangan kondisi terakhir menunjukkan bahwa terdapat 12 kelompok tani binaan Dinas Kehutanan yang terlibat dalam kegiatan produksi arang kompos bioaktif, namun baru 7 kelompok yang aktif sebagai produsen yang dikoordinasi oleh LSM Gepak, merupakan LSM yang bertugas sebagai pendamping pada pelaksanaan gerhan sejak tahun 2004.
Tulisan ini menyajikan hasil evaluasi tentang sejauh mana implementasi dan manfaat teknologi arang kompos bioaktif yang telah diaplikasikan khususnya di Kabupaten Garut. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa teknologi arang kompos bioaktif telah berhasil dan sukses diadopsi oleh masyarakat. Keberhasilan Kabupaten Garut dalam menyerap dan menerapkan teknologi arang kompos bioaktif ini dapat dijadikan tolok ukur dan contoh untuk diterapkan pada daerah lainnya. Keberhasilan ini tentunya didukung oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Garut dan LSM Gepak.
Kata kunci : evaluasi, arang kompos bioaktif, Kabupaten Garut
LEMBAR ABSTRAK
Tulisan ini menyajikan hasil evaluasi tentang sejauh mana implementasi dan manfaat teknologi arang kompos bioaktif yang telah diaplikasikan khususnya di Kabupaten Garut. Kabupaten Garut merupakan salah satu daerah yang telah menerapkan teknologi pembuatan arang kompos bioaktif. Sampai sekarang kegiatan tersebut masih berlangsung untuk menunjang program gerhan dan budidaya organik sayuran. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa teknologi arang kompos bioaktif telah berhasil dan sukses diadopsi oleh masyarakat. Keberhasilan Kabupaten Garut dalam menyerap dan menerapkan teknologi arang kompos bioaktif ini dapat dijadikan tolok ukur dan contoh untuk diterapkan pada daerah lainnya. Keberhasilan ini tentunya didukung oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Garut dan LSM Gepak.
Kata kunci : evaluasi, arang kompos bioaktif, Kabupaten Garut
I. PENDAHULUAN
Kabupaten Garut merupakan salah satu daerah yang menerapkan teknologi pembuatan arang kompos bioaktif, berawal dari Gelar Teknologi Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor Tahun 2003 bekerja sama dengan Dinas Kehutanan Kabupaten Garut. Sampai sekarang pembuatan arang kompos bioaktif masih berlangsung untuk menunjang program gerhan yang dimulai Tahun 2003-2004. Kegiatannya dikoordinasikan Dinas Kehutanan bekerja sama dengan Koperasi Lestari Dishut Kabupaten Garut. Produksi arang kompos bioaktif untuk tujuan komersial, perlu penyeragaman teknik pembuatan dan mutu produk yang dihasilkan supaya dapat diproduksi oleh berbagai kelompok masyarakat. Keseragaman mutu ini perlu dijaga agar menjamin kelangsungan dan kepercayaan pengguna. Pada bulan Desember 2007 dilakukan pelatihan peningkatan kualitas produksi arang kompos bioaktif di Kabupaten Garut selama dua hari atas kerjasama Dinas Kehutanan dengan Kopkar Gepak Wira Satria Sejati. Pelatihan ditekankan kepada petunjuk teknis pembuatan arang kompos bioaktif yang dapat memenuhi standar yang disyaratkan.
Tulisan ini menyajikan hasil evaluasi tentang sejauh mana implementasi dan manfaat teknologi arang kompos bioaktif yang telah diterapkan khususnya di Kabupaten Garut sehingga diharapkan dapat dijadikan tolok ukur dan contoh untuk diterapkan pada daerah-daerah lainnya.
II. KONDISI TERKINI
Pada bulan Maret 2008 terdapat 12 kelompok tani binaan Dinas Kehutanan yang terlibat dalam kegiatan produksi arang kompos bioaktif, namun baru tujuh kelompok yang aktif sebagai produsen. Kelompok tersebut dikoordinasikan oleh LSM Gepak sebagai pendamping pada pelaksanaan Gerhan sejak tahun 2004. LSM Gepak bekerjasama dengan Dinas Kehutanan, telah melakukan pelatihan pembuatan arang kompos bioaktif dengan peserta 23 Danramil dan Babinsa wilayah Kabupaten Garut.
Menurut Kepala Dinas Kehutanan di Kabupaten Garut Tahun 2007 terdapat sekitar 7500 ha yang disediakan untuk lahan Gerhan. Lahan Gerhan yang sudah menggunakan arang kompos bioaktif seluas 50 % sebanyak 1.000 ton sesuai kemampuan produksi saat ini. Pada Tahun 2008 arang kompos bioaktif akan ditingkatkan produksinya menjadi 10.000 ton sehingga dapat mensuplai seluruh lahan Gerhan. Teknologi arang kompos sangat dirasakan manfaatnya dalam Gerhan dan dipromosikan untuk digunakan dalam rehabilitasi lahan Pertamina. Arang kompos bioaktif dilanjutkan menjadi trademark Kabupaten. Garut dengan mewajibkan semua budidaya tanaman pertanian, perkebunan dan kehutanan menggunakannya.
Gambar 1. Penggunaan arang kompos bioaktif pada lahan Gerhan di Kabupaten Garut.
Untuk mendukung peningkatan produksi arang kompos bioaktif ini, LSM Gepak dan Dinas Kehutanan berharap dapat memproduksi bioaktivator sendiri, namun dengan teknologi yang lebih sederhana.
III. PENGGUNAAN ARANG KOMPOS BIOAKTIF PADA TANAMAN
Menurut Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Garut penggunaan arang kompos bioaktif di persemaian dan di lapangan nyata hasilnya yang ditunjukkan oleh pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman. Bukti lain pada tanaman hias di lingkungan kantor di mana pertumbuhan bougenville menjadi lebih baik setelah menggunakan arang kompos bioaktif.
Hasil peninjauan ke lapangan menunjukkan bahwa penggunaan arang kompos bioaktif pada tanaman kol di Cibeureum sangat baik. Ini ditunjukkan oleh kol yang lebih besar dan padat dengan kisaran berat 3-5 kg/buah (Gambar2), biasanya tanpa arang kompos hanya 2 kg/buah.
Gambar 2. Penggunaan arang kompos bioaktif pada tanaman kol
Pada tanaman hias (bunga ros/mawar dan algebra) juga sangat bagus (Gambar 3). Efek yang ditunjukkan adalah warna bunga dan daun lebih cerah, tajam dan tidak mudah gugur. Jika dibiarkan kering kelopak bunga tidak rontok.
Gambar 3. Penggunaan arang kompos bioaktif pada tanaman bunga, warna bunga lebih cerah, tajam dan tidak mudah rontok
Kelompok Baru Rangga pada Tahun 2004 menanam suren dengan menggunakan arang kompos bioaktif hasilnya menunjukkan bahwa tinggi rata-rata tanaman suren dengan arang kompos bioaktif mencapai 6 m dengan diameter 15-20 cm, sedangkan yang tidak memakai arang kompos bioaktif hanya 3 m. Pola tanam yang digunakan tumpang sari dengan tanaman pepaya di pinggir, di tengah jagung, kopi, pisang, dengan konsep penghasilan bulanan dan tahunan.
Pada tembakau yang menggunakan arang kompos bioaktif menurut salah seorang anggota kelompok produsen arang kompos bioaktif, dari tiga pohon menghasilkan daun rajangan seberat 7,5 ons, sedangkan yang tidak menggunakan arang kompos bioaktif hanya seberat 3 ons. Pada Tabel 1 dapat dilihat perbandingan penggunaan arang kompos bioaktif dan tanpa penggunaan arang kompos bioaktif pada tanaman tembakau. Pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa penggunaan pupuk dengan arang kompos bioaktif lebih efisien, hanya 24 karung. Sedangkan tembakau yg ditanam memakai pupuk yang bukan arang kompos bioaktif lebih banyak yaitu 40 karung.
Tabel 1. Perbandingan penggunaan arang kompos bioaktif dan tanpa arang kompos bioaktif pada tanaman tembakau
No Parameter Pakai arang kompos bioaktif Tanpa arang kompos bioaktif
1 Lebar daun 60 x 80 cm 20 – 30 cm
2 Berat daun rajangan 7,5 ons/3 pohon 3 ons/3 pohon
3 Pengeringan daun 3-4 hari Sampai 30 hari
4 Aroma daun Lebih tajam Biasa/kurang tajam
5 Penggunaan pupuk 24 karung 40 karung pakai pupuk biasa
IV. MUTU ARANG KOMPOS BIOAKTIF PRODUKSI GARUT.
Mutu arang kompos bioaktif yang diproduksi oleh beberapa kelompok yang dikoordinasikan LSM Gepak dan perbandingannya tercantum dalam Tabel 2. Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungannya bervariasi tergantung kepada bahan baku yang digunakan. Bahan baku yang sering digunakan berupa serbuk gergaji, arang serbuk gergaji, kotoran ternak, limbah sayuran/pertanian, dengan perbandingan yang bervariasi. Produk yang dihasilkan 80 % diserap oleh kegiatan Gerhan Tahun 2008. Sisanya dipakai sendiri oleh anggota kelompok untuk budidaya, dijual ke pedagang atau pemesan khusus dari Bekasi, Lampung, Bogor dan Cianjur. Hasil analisis unsur hara makro yang dikandungnya berupa C organik = 30-35 %, N total = 1,4 – 1,8 %, P total = 0,3 – 1,2 %, K = 0,5 – 1,0 5, Ca = 1,0 – 1,2 %, dan Mg = 0,4 – 1 % (Gambar 4).
Pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa mutu arang kompos bioaktif produksi Garut termasuk sedang sampai tinggi dibandingkan dengan pedoman pengharkatan hara kompos, serta memenuhi persyaratan SNI 19-7030-2004 (Anonim, 2004). Produk ini layak dikembangkan dan dipasarkan secara nasional, namun sebelum menembus pasar resmi sebaiknya didaftarkan terlebih dahulu ke Departemen Pertanian agar produk diakui secara resmi.
Tabel 2. Perbandingan kualitas arang kompos bioaktif Garut dengan standar yang diakui
Parameter Hasil analisis arang kompos produksi Garut PPHK * SNI **
rendah sedang tinggi Min Max
pH (1 : 1)
Moisture content, %
C organik, %
N total, %
C/N ratio
P2O5 total, %
CaO total, %
MgO total, %
K2O total, % 7.25 – 7,30
29,98
30 - 35
1,4 – 1,8
19 - 20
0,3 – 1,2
1,0 – 1,2
0,4 - 1
0,5 – 1,05 6.60
24.90
14.50
0.60
<10
0.30
2.70
0.30
0.20 7.30
35.90
19.60
1.10
10~20
0.90
4.90
0.70
0.60 8.20
52.60
27.10
2.10
>20
1.80
6.20
1.60
1.40 6.8
-
9.8
0.4
10
0.1
-
-
0.20 7.49
50
32
-
20
-
-
-
*
Keterangan : *) PPHK (Anonim, 2000); **) Anonim (2004)
Gambar 4. Arang kompos bioaktif produksi Garut memenuhi persyaratan SNI, layak dikembangkan dan dipasarkan secara nasional
Arang kompos bioaktif dengan nisbah C/N antara 19-20 mempunyai unsur hara yang langsung dimanfaatkan bagi tanaman, karena sudah matang. Ini dapat dibuktikan dengan respon tanaman yang cepat. Berbeda dengan kompos/pupuk organik yang belum sempurna membutuhkan waktu dan bantuan mikroorganisme di dalam tanah untuk membantu merubah hara yang sudah diserap tanaman. Sebagai contoh nitrogen organik dalam tanah diubah menjadi senyawa amonium oleh bakteri amonifikasi dan diubah menjadi nitrat oleh bakteri nitrifikasi yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman (Hansen, et al., 1994).
Beberapa praktisi mengemukakan bahwa kompos yang baik mengandung unsur hara makro Niotrogen besar dari 1,5 % , P2O5 besar atau sama dengan 1 % dan K2O besar atau sama dengan 1,5 % (Karama, et al., 1990). Nisbah C/N antara 15-20 , di atas atau di bawah itu kurang baik. Unsur lain yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah sedikit diantaranya Cl, Bo, Mo, Zn, Cu, Mn dan S. Untuk kepentingan bisnis, pupuk kompos yang dihasilkan harus mempunyai kualitas yang tetap dan supply yang berkesinambungan. Berdasarkan kriteria tersebut, arang kompos bioaktif yang dihasilkan sudah termasuk baik dan selama lima tahun belakangan diproduksi secara berkesinambungan. Kandungan hara arang kompos bioaktif mempunyai fungsi, khasiat serta berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Fungsi dan Khasiat beberapa unsur hara bagi tanaman
No Unsur Fungsi dan khasiat
1 Karbon (C) Penting sebagai pembangun bahan organik karena sebagian besar bahan kering tanaman terdiri dari bahan organik, diambil tanaman berupa C02.
2 Nitrogen (N) • Diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar.
• Berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis.
• Membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik.
• Meningkatkan mutu tanaman penghasil daun-daunan.
• Meningkatkan perkembangbiakan mikro-organisme di dalam tanah.
3 Fosfor (P) • Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk : H2PO4- HPO4–
• Secara umum, fungsi dari Fosfor (P) dalam tanaman sebagai berikut :
Merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih/tanaman muda.
• Mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa dan menaikkan prosentase bunga menjadi buah/biji.
• Membantu asimilasi dan pernafasan sekaligus mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah, biji atau gabah.
• Sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu.
4 Kalium (K) diserap tanaman dalam bentuk : K+. Fungsi Kalium bagi tanaman adalah :
• Membantu pembentukan protein dan karbohidrat.
• Berperan memperkuat tubuh tanaman, mengeraskan jerami dan bagian kayu tanaman, agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur.
• Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit.
• Meningkatkan mutu dari biji/buah.
5 Kalsium (Ca) • Diserap oleh tanaman dalam bentuk: Ca++. Fungsi kalsium adalah:
• Merangsang pembentukan bulu-bulu akar
• Berperan dalam pembuatan protein atau bagian yang aktif dari tanaman
• Memperkeras batang tanaman dan sekaligus merangsang pembentukan biji
• Menetralisir asam-asam organik yang dihasilkan pada saat metabolisme
Kalsium yang terdapat dalam batang dan daun dapat menetralisirkan senyawa atau suasana keasaman tanah
6 Magnesium (Mg) • diserap oleh tanaman dalam bentuk: Mg++. Fungsi magnesium ialah:
Magnesium merupakan bagian tanaman dari klor
• Merupakan salah satu bagian enzim yang disebut Organic pyrophosphatse dan Carboxy peptisida
Berperan dalam pembentukan buah
7 Belerang (Sulfur = S) Diserap oleh tanaman dalam bentuk: SO4-. Fungsi belerang ialah:
• Berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar
• Merupakan unsur yang penting dalam beberapa jenis protein dalam bentuk cystein, methionin serta thiamine
• Membantu pertumbuhan anakan produktif
• Merupakan bagian penting pada tanaman-tanaman penghasil minyak, sayuran seperti cabai, kubis dan lain-lain
• Membantu pembentukan butir hijau daun
8 Besi (Fe) Diserap oleh tanaman dalam bentuk: Fe++. Fungsi unsur hara besi (Fe) ialah:
• Zat besi penting bagi pembentukan hijau daun (klorofil)
• Berperan penting dalam pembentukan karbohidrat, lemak dan protein
• Zat besi terdapat dalam enzim Catalase, Peroksidase, Prinodic hidroginase dan Cytohrom oxidase
9 Mangan (Mn) Diserap oleh tanaman dalam bentuk: Mn++. Fungsi unsur hara Mangan (Mn) bagi tanaman ialah:
• Diperlukan oleh tanaman untuk pembentukan protein dan vitamin terutama vitamin C
• Berperan penting dalam mempertahankan kondisi hijau daun pada daun yang tua
• Berperan sebagai enzim feroksidase dan sebagai aktifator macam-macam enzim
• Berperan sebagai komponen penting untuk lancarnya proses asimilasi
10 Tembaga (Cu) • Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Cu++ Fungsi unsur hara Tembaga (Cu) bagi tanaman ialah:
• Diperlukan dalam pembentukan enzim seperti: Ascorbic acid oxydase, Lacosa, Butirid Coenzim A. dehidrosenam
• Berperan penting dalam pembentukan hijau daun (khlorofil)
11 Seng (Zincum = Zn) Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Zn++ Fungsi unsur hara Seng (Zn) bagi tanaman ialah:
• Dalam jumlah yang sangat sedikit dapat berperan dalam mendorong perkembangan pertumbuhan
• Diperkirakan persenyawaan Zn berfungsi dalam pembentukan hormon tumbuh (auxin) dan penting bagi keseimbangan fisiologis
• Berperan dalam pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan biji/buah
12 Molibdenum (Mo) Diserap oleh tanaman dalam bentuk: Mo O4- . Fungsi unsur hara Molibdenum (Mo) bagi tanaman ialah:
• Berperan dalam mengikat (fiksasi) N oleh mikroba pada leguminosa
• Sebagai katalisator dalam mereduksi N
• Berguna bagi tanaman jeruk dan sayuran
• Molibdenum dalam tanah terdapat dalam bentuk Mo S2
13 Boron (Bo) Diserap oleh tanaman dalam bentuk: Bo O3 . Fungsi unsur hara Boron (Bo) bagi tanaman ialah:
• Bertugas sebagai transportasi karbohidrat dalam tubuh tanaman
• Meningkatkan mutu tanaman sayuran dan buah-buahan
• Berperan dalam pembentukan/pembiakan sel terutama dalam titik tumbuh pucuk, juga dalam pembentukan tepung sari, bunga dan akar
• Boron berhubungan erat dengan metabolisme Kalium (K) dan Kalsium (Ca)
• Unsur hara Bo dapat memperbanyak cabang-cabang nodule untuk memberikan banyak bakteri dan mencegah bakteri parasit
Sumber : Bolton, Elliott, Papendick and Bezdicek.1985
Pembuatan arang kompos bioaktif di Kabupaten Garut menggunakan bahan baku utama limbah pertanian, berupa sisa panen dari tanaman sayuran yang tertinggal atau dibuang yang dicampur dengan kotoran hewan/ternak serta serbuk gergaji dan arang serbuk gergaji. Bahan baku utama arang kompos bioaktif juga dapat memanfaatkan limbah organik pasar, sehingga keuntungan yang diperoleh akan lebih meningkat, karena selain diperoleh produk arang kompos bioaktif, juga membantu mengatasi masalah sampah perkotaan. Pemerintah kota dan pengelola dalam hal ini adalah LSM Gepak di bawah koordinasi Dinas Kehutanan, akan memperoleh tambahan penghasilan. Sebagai contoh jika dalam sehari ada 5.000 ton sampah, diantaranya tersedia 3.500 ton sampah organik yang siap dikonversi menjadi arang kompos bioaktif, lalu dengan asumsi 1 kg sampah organik bisa menghasilkan 0,6 kg arang kompos, maka dalam sehari bisa dihasilkan 2.100 ton arang kompos bioaktif. Dalam sebulan tersedia 63.000 ton arang kompos bioaktif. Jika tiap kg arang kompos bioaktif dijual dengan harga minimal Rp 200,- maka pendapatan kotor per bulannya mencapai 12,6 miliar sedangkan pendapatn bersih/net income bisa mencapai Rp 6,3 miliar. Oleh sebab itu, pabrik arang kompos bioaktif sudah layak didirikan di Kabupaten Garut.
V. PENUTUP
Penggunaan arang kompos bioaktif pada beberapa jenis tanaman yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Garut sangat memuaskan, baik pada tanaman sayuran, tanaman hias maupun pada tanaman kehutanan. Evaluasi dan pemantauan kegiatan penggunaan dan produksi arang kompos bioaktif telah berhasil diadopsi oleh masyarakat. Keberhasilan ini dapat dijadikan tolok ukur dan contoh untuk diterapkan di daerah lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2000. Pedoman Pengharkatan Hara Kompos. BIOTROP. Bogor.
Anonim. 2004. Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik. SNI 19-7030-2004. Badan Standarisasi Nasional [BSN]. Jakarta.
Adiningsih, J.S. (2000). Peranan bahan organik tanah dalam sistem usaha tani konservasi. Yayasan Penelitian Pertanian Indonesia/Kantor KIAT bekerja sama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan dan Proyek Pembinaan Kelembagaan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Bolton, H. Jr., L. F. Elliott, R. I. Papendick and D. F. Bezdicek. 1985. Soil Microbial Biomass and Selected Soil Enzyme Activities: Effect of Fertilization and Cropping Practices. Soil Biology and Biochemical 17: 297-302.
Hansen, P. Ott, S and H. Vogtman. 1994. Nitrats in relation to composting use of farmyard manures. The 4th International conf. of the IFOAM, Cambridge.
Karama, A.S., A. Rasyid Marzuki, dan Ibrahim Manwan. 1990. Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Pangan. Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Cisarua. Bogor.
Lin, C. F., T. S. L. Wang, A. H. Chang and C. Y. Cheng. 1973. Effects of Some Long Term Fertilizer Treatments on the Chemical Properties of Soil and Yield of Rice. Journal of Taiwan Agricultural Research 22: 241-292.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar