Kamis, 19 November 2009

SINOPSIS HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ARANG KOMPOS

SINOPSIS HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ARANG KOMPOS

Peneliti Utama/Penanggung Jawab :
Dra. Gusmailina, M.Si (Peneliti Utama pada Pusat Litbang Hasil Hutan, Bogor)

Arang kompos adalah gabungan antara arang dan kompos, sejenis pupuk organik yang dihasilkan melalui proses pengomposan dengan menggunakan bahan baku limbah. Keunggulan arang kompos adalah karena keberadaan arang yang menyatu dengan kompos, sehingga kualitas lebih baik dibandingkan dengan kompos yang dihasilkan secara konvensional yang dibuat tanpa menggunakan arang. Semua bahan baku yang digunakan untuk produksi arang kompos berasal dari limbah, sehingga jika kegiatan ini berjalan lancar secara kontinyu, maka banyak sekali manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh antara lain : mengurangi pencemaran lingkungan, mendukung program zero waste, GERHAN dan Go Organik 2010.
Arang kompos dihasilkan melalui teknologi inovatif dan kemasyarakatan yang dikembangkan oleh P3THH Bogor, sejak tahun 2000. Pembuatan arang kompos cukup mudah dan murah untuk diterapkan, baik skala kecil mupun lapangan atau di areal tegakan hutan. Dalam waktu 2 minggu sampai 1 bulan (tergantung jenis bahan baku), arang kompos dapat dihasilkan, serta dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa melalui pendidikan khusus. Penerapan teknologi ini selain dapat meningkatnya produksi dan produktivitas tanah, juga menambah pendapatan dan kesejahteraan keluarga/ masyarakat, terutama masyarakat desa dan sekitar hutan.
Aplikasi arang kompos pada media persemaian dan pembibitan merupakan solusi yang tepat untuk dilakukan serta merupakan media yang cocok untuk menunjang kegiatan GERHAN, sebab selain dapat memacu pertumbuhan bibit, bibit yang dihasilkan lebih baik mutu dan kualitasnya. Hal ini sudah merupakan hasil penelitian dan uji coba baik di laboratorium, maupun di lapangan. Hal ini juga yang mendorong pemerintah Kabupaten Garut menggunakan arang kompos sebagai sarana penunjang pada program GERHAN 2003-2004. Sifat arang yang alkalis sangat cocok untuk lahan masam yang merupakan lahan target program GERHAN, selain itu arang kompos selain menambah ketersediaan unsur hara, juga dapat meningkatkan nilai KTK tanah, memperbaiki sifat fisik dan biologis tanah, serta sangat berperan dalam merangsang aktivitas mikro-organisme yang hidup berperan di dalam tanah.
Tujuan penambahan arang adalah untuk :
1. meningkatkan kualitas kompos;
2. menambah jumlah dan aktivitas mikroorganisme yang berperan dalam proses komposting, sehingga proses dekomposisi dapat berlangsung lebih cepat;
3. pada aplikasi akan memacu perkembangan mikroorganisme tanah;
4. meningkatkan nilai kadar tukar kation (KTK) tanah;
5. mengkondisikan pH tanah pada tingkat yang lebih sesuai bagi pertumbuhan tanaman, sehingga cocok untuk reklamasi lahan yang mempunyai tingkat kesuburan dan keasaman tanah yang rendah;
6. arang mempunyai pori sangat efektif untuk mengikat dan menyimpan hara, dan pada kondisi tertentu akan dilepaskan secara perlahan sesuai dengan konsumsi dan kebutuhan tanaman (efek slow release), sehingga tidak mudah tercuci, dan lahan akan selalu berada dalam kondisi siap pakai.
Kualitas arang kompos yang dihasilkan bervariasi, tergantung dari bahan baku yang digunakan. Beberapa jenis arang kompos yang telah dihasilkan di Puslitbang Teknologi Hasil Hutan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 : Analisis kandungan unsur hara makro dari beberapa jenis arang kompos
Jenis unsur hara AKSr camp AKSr mangium AKSR tusam AKSG Ar.komps
l.d.pisang Ar.komps
Lb.jgng
C organik
N total
P total
K
Ca
Mg 30 – 35
1,6 – 1,8
0,6 – 1,2
1,3 – 1,6
0,8 – 1
0,3 – 0,5 30 - 35
1,5 - 1,6
0,5 - 1,2
1 - 1,5
0,5 - 1,2
0,4 - 1 30 – 40
1,5 - 1,8
1 – 1,3
1,4 – 1,7
0,5 - 1,5
0,6 – 1,1 30 – 39
1,4 – 1,7
1 – 1,5
0,5 – 1
1 – 1,8
0,4 – 1,3 30 – 35
1,6 – 2
1 – 1,5
1 – 1,5
0,4 – 1,0
0,5 – 1,1 30 – 37
1,6 – 2
1 – 1,7
0,7 – 1,8
0,5 – 1,8
0,4 – 1,1
Keterangan : AKSR camp = Arang kompos serasah daun campuram
AKSr mangium = Arang Kompos serasah daun Acacia mangium
AKSR tusam = Arang kompos serasah daun tusam ( Pinus merkusii)
AKSG = Arang kompos serbuk gergaji
Ar.komps ld.pisang : Arang kompos dari limbah daun pisang
Ar.komps Lb.jgng : Arang kompos dari limbah kulit jagung

Aplikasi arang kompos baik di lapangan maupun skala laboratorium memberikan hasil yang baik sekali untuk dikembangkan Penambahan 20 % AKSr (Arang kompos serasah campuran) pada tanaman mengkudu dan saga hutan dapat meningkatkan pertumbuhan 2,7 x lebih baik. Penambahan 20 - 30 % AKSG (Arang kompos serbuk gergaji) pada tanaman Gmelina arborea dapat meningkatkan pertumbuhan 2,2 x lebih baik selama 3,5 bulan. Penambahan 30 % AKSG (Arang kompos serbuk gergaji) pada tanaman penghasil gaharu (Aquilaria sp) di kebun bibit Dinas Kehutanan Prop. Jambi, Jambi, .dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman 2,5 x lebih baik selama 3 bulan, serta dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman bulian ( E. zwageri) 3 x lebih baik selama 3 bulan
Aplikasi arang kompos serbuk gergaji oleh masyarakat Desa Brembang, Kec. Sekernan, Kabupaten Muaro Jambi cukup memuaskan, penambahan 50 % Arang kompos serbuk gergaji pada tanaman cabai merah dapat meningkatkan pH tanah dari 5 menjadi 7, diameter batang 2 kali lebih besar, serta produksi pertama mencapai 4 x.
Dengan menanam 10 - 15 cabai merah pada polybag, dan beberapa pot salderi dan sayuran lainnya dengan campuran media arang kompos serbuk gergaji, beberapa ibu-ibu rumah tangga di desa Brembang mengaku bisa menekan pengeluaran per bulan sampai Rp. 75.000,- (Gusmailina, dkk., 2001). Aplikasi arang kompos pada tanaman brokoli dan pak-choi yang ditanam di bawah tegakan Pinus di lahan sosial forestry Ciloto, BKPH Cianjur, meningkatkan produksi 3 kwintal per ha dibanding dengan aplikasi yang menggunakan bokasi.
Sejak tahun 2002, Puslitbang Teknologi Hasil Hutan, telah mensosialisaikan peragaan dan percontohan pembuatan arang kompos di beberapa daerah seperti : Kabupaten Muaro Jambi, Jambi; KRPH Jembolo Utara; Semarang; Kabupaten Ciamis; Tasik Malaya; Kabupaten Garut; Kabupaten Pandeglang.
Pada tahun 2004 dengan sumber dana SKO-R telah melakukan percontohan skala pilot di TPA (Tempat Penampungan Sampah Akhir) dengan memanfaatkan sampah organik kota di Pandeglang dan Palembang. Arang kompos yang dihasilkan telah diaplikasikan pada lahan GERHAN di Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang. Salah satu motivasi dari kegiatan ini adalah karena TPA merupakan emitter salah satu GRK (Gas Rumah Kaca) potensial pemanasan global yaitu methana (CH4). Kekuatan dalam efek pemanasan global gas ini 23 kali lebih tinggi dari CO2. Untuk mengejar target pengurangan emisi GRK, produksi gas methana perlu dikendalikan. Di Indonesia saat ini terdapat sekitar 450 TPA sebagai sumber emisi gas methana. Sebagai contoh, sampah sebanyak 1000 ton, dengan kandungan sampah organik 56 persen akan menghasilkan gas methana 21.000 ton setiap tahunnya atau setara dengan CO2 486.500 ton. Oleh sebab itu kegiatan ini juga memberi percontohan perbaikan sistem pengelolaan sampah di Indonesia. Sampah organik diolah terlebih dahulu agar gas tidak diproduksi dalam jumlah besar. Pengomposan adalah proses yang dipilih oleh Global Environment Facility yang dianggap sesuai untuk diterapkan di Indonesia untuk mereduksi produksi GRK.
Prospek masa depan aplikasi teknologi arang kompos di Indonesia merupakan salah satu peluang bisnis di Indonesia, baik usaha skala kecil, menengah maupun skala usaha besar. Banyak peluang yang mungkin diisi oleh produk ini seperti di sektor kehutanan, kegiatan Gerhan yang akan berlangsung sampai tahun 2009, Go Organik 2010 oleh Deptan, serta meningkatnya trend gaya hidup masyarakat yang lebih memilih produk-produk organik yang aman dan sehat, menuntut penyediaan bahan/pupuk organik berkualitas.
Prospek masa depan aplikasi teknologi arang kompos di Indonesia merupakan salah satu peluang bisnis di Indonesia, baik usaha skala kecil, menengah maupun skala usaha besar. Banyak peluang yang mungkin diisi oleh produk ini seperti di sektor kehutanan, kegiatan Gerhan yang akan berlangsung sampai tahun 2009, Go Organik 2010 oleh Deptan, serta meningkatnya trend gaya hidup masyarakat yang lebih memilih produk-produk organik yang aman dan sehat, menuntut penyediaan bahan/pupuk organik berkualitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar