Kamis, 19 November 2009

IMPLIKASI "ONE MAN ONE TREE"

Kamis, 30 Juli 2009 @ 11:56 WIB - Diari

IMPLIKASI "ONE MAN ONE TREE"

oleh: GUSMAILINA

Bersamaan dengan momentum dilaksanakannya Pemilihan Umum tahun 2009 dengan azas One Man One Vote, maka Presiden berharap bangsa Indonesia harus dapat menanam One Man One Tree, sehingga jika penduduk Indonesia berjumlah 230 juta jiwa, maka tahun 2009 ini kita harus dapat menanam sebanyak 230 juta pohon. Penanaman pohon mempunyai manfaat yang besar dan luas, terutama untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup agar semakin baik, dan untuk mengendalikan terjadinya berbagai bencana alam banjir, tanah longsor di musim hujan, dan kekeringan serta kekurangan air bersih di musim kemarau, yang sekaligus juga untuk mengendalikan terjadinya kekurangan pangan.
Kegiatan penanaman serentak sudah dimulai sejak tahun 2007 dengan target :
a.Tahun 2007 sebanyak 79 juta bibit pohon, realisasi 86,9 juta pohon.
b.Tahun 2008 sebanyak 100 juta bibit pohon, 109 juta pohon.
c.Tahun 2009 sebanyak 230 juta pohon (one man one tree)
Sampai saat ini, realisasi penanaman 100 juta pohon melalui "kegiatan Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional (HMPI-BMN) telah terealisasi sebesar 109 juta batang (Iebih dari 100%). Gerakan Perempuan Tanam dan Program Ketahanan Pangan (GPT-PKP) juga terealisasi lebih dari 100% yaitu sebesar 5.083.467 batang dari rencana 5.010.000 batang.
Menteri Kehutanan, DR(HC) H.M.S. Kaban bersama Gubernur NTT Pada tanggal 12 Februari 2009 melakukan penanaman dan pencanangan pengembangan tanaman Cendana di desa Ponain, Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur bersama Kelompok Tani Cendana binaan Balai Penelitian Kehutanan Kupang yang bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Nusa Cendana. Program rehabilitasi tanaman pohon Cendana di NTT ini awalnya merupakan prakarsa Menteri Kehutanan pada tahun 2006.
Gerakan Penanaman Pohon Satu Orang Satu Pohon (One Man One Tree) tahun 2009 dicanangkan mulai tanggal 1 Februari sampai akhir tahun 2009.Adapun teknis pelaksanaan penanaman pohon di lingkungan Instansi atau lokasi resapan air/lahan kosong/lokasi lainnya pada wilayah kerja berkoordinasi dengan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) setempat dan Pemerintah Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota terkait. Gerakan penanaman dan Pelihara Pohon, harus terus digelorakan dan dilakukan secara kontinyu pada setiap tahun masa tanam. Dalam waktu 5 sampai 10 tahun mendatang, bangsa Indonesia akan menikmati indahnya bumi Indonesia hijau berseri. Kita harus mulai dari diri sendiri, kita mulai dari lingkungan kita sendiri, kita mulai dari sekarang, ONE MAN ONE TREE!

EMISI KARBON DIOKSIDA (CO2)

Pemanasan global dan perubahan iklim telah terjadi dan menimbulkan dampak multidimensi di tingkat global. Fenomena ini terjadi akibat pembangunan dan aktivitas ekonomi negara-negara maju selama dua abad terakhir dengan membakar bahan bakar fosil. Di saat yang bersamaan, terjadi perubahan tata guna lahan dan perusakan hutan yang meningkatkan volume gas-gas rumah kaca di atmosfer. Produksi gas rumah kaca Indonesia mengalami kenaikan pesat dalam satu dekade terakhir. Sumber-sumber emisi terbesar berasal dari sektor energi (pembangkitan listrik, konversi energi, industri, dan transportasi) dan perubahan tata guna lahan (land-use change).
Akibat aktivitas manusia meningkatkan jumlah CO2 atmosfer. Manusia melepaskan CO2 ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk menguranginya. Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu mengurangi karbondioksida di atmosfer, pada saat yang sama, jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida semakin berkurang akibat deforestasi, kebakaran hutan maupun konversi lahan. Pada tahun 1750, konsentrasi CO2 sebesar 281 ppm, pada Januari 2007 konsentrasi CO2 telah mencapai 383 ppm (peningkatan 36 persen). Jika prediksi saat ini benar, pada tahun 2100 CO2 akan mencapai konsentrasi 540 hingga 970 ppm. Studi yang dilakukan IESR dan WWF Indonesia tahun 2007 lalu memperkirakan, di tahun 2025, emisi CO2 akan meningkat tiga kali lipat
Sektor transportasi menyumbang 25 persen penyebab pemanasan global. Dari 25 persen itu, tiga per empatnya berasal dari transportasi darat yang memakai bahan bakar fosil. Karena setiap liter pembakaran BBM fosil akan melepaskan emisi CO2 sebesar 3 kg (www.fueleconomy.gov/rekomendasi solid team/EPA). Jika kadar CO2 terus bertambah di atmosfer berimplikasi pada penurunan kandungan gizi sejumlah bahan pokok makanan.
Indonesia seharusnya tidak perlu mengulangi kesalahan negara-negara maju yang berbasis tinggi karbon. Indonesia bisa memilih model pembangunan berbasis rendah karbon, tanpa menurunkan kualitas dan hasil pembangunan itu sendiri, sejalan dengan konsep pembangunan berkelanjutan. “Jika hal ini dilakukan, maka Indonesia sebagai negara berkembang telah mengimplementasikan hasil COP 13, yaitu Bali Action Plan, yaitu menurunkan emisi secara sukarela.”
Emisi CO2 lainnya yang berasal dari manusia yaitu proses pernafasan. Perkiraan Wikipedia pd th 2007 populasi manusia di bumi adalah 6,6 miliar. Paru-paru manusia mengambil 250 ml oksigen/menit, dari respirasi manusia melepaskan CO2 berkisar antara 288 liter sampai 450 liter (sekitar 565.36-900 g/per hari). Dengan demikian, jumlah CO2 dilepaskan oleh manusia per hari adalah 0,565 - 0,9 kg / hari. Dengan demikian Emisi CO2 dari respirasi manusia berkisar antara 1,362 x 10 9 ton/tahun - 2,168 x 10 9 ton/tahun (0.565 – 0,9 kg/hari x 365 x 6 600 000 000).

PERANAN VEGETASI HUTAN SEBAGAI PENYERAP KARBON

Carbon sink adalah istilah yang digunakan di bidang perubahan iklim. Istilah ini berkaitan dengan fungsi hutan sebagai penyerap (sink) dan penyimpan (reservoir) karbon. Beberapa hal yang paling penting peranan vegetasi hutan diantaranya:
1.Hutan memasok Oksigen, melalui proses fotosintesis, 1 ha lahan hijau dapat mengubah 3,7 ton CO2 menjadi 2 ton O2.
2.Air tanah yang sekarang ini kita nikmati sesungguhnya merupakan hasil resapan air hujan sekira 6.000 tahun lalu ketika areal serapan air masih sangat luas. Selain itu, akar pohon akan menahan tanah yang terkikis agar tidak masuk ke aliran sungai/saluran air yang akan menimbulkan endapan. Kemampuan inilah yang dapat mencegah terjadinya kekurangan air di musim kemarau dan banjir di musim hujan.
3.Tegakan hutan yang berdaun jarum mampu membuat 60% air hujan terserap tanah, bahkan tegakan hutan yang berdaun lebar mampu membuat 80% air hujan terserap tanah. Dengan kemampuan ini akan meningkatkan cadangan air tanah. Sebagai contoh kawasan Punclut yang merupakan kawasan resapan air bagi warga Bandung dan sekitarnya hanya mampu meresapkan air 5 liter/dt. Jumlah ini terus mengecil seiring dengan meluasnya permukaan tanah yang tertutup.

Jika seorang manusia beraktivitas maka ia akan melepas CO2 :
1.respirasi 0.565 – 0,9 kg/hari (rata-rata 0,7 kg/hari)
2.Kalau menggunakan kenderaan BBM 3-10 liter/hari, maka CO2 yang lepas ke atmosfir 3-10 x 3 kg CO2 = 9-30kg CO2/hari
3.emisi CO2 akan bertambah lagi apabila manusia itu merokok (data belum teridentifikasi).

Melihat kecenderungan ini sudah seharusnya setiap manusia mendukung program one man one tree, paling tidak untuk menjaga keseimbangan konsentrasi CO2.
Untuk mendukung suksesnya program ini, perlu penyediaan bibit yang berkualitas, terpilih sebagai salah satu jenis yang mampu menyerap karbon lebih besar, tahan terhadap hama penyakit serta tahan terhadap fluktuasi iklim yang berubah-ubah.
Salah satu cara yang dapat diterapkan adalah penyediaan bibit di persemaian dengan menggunakan media semai yang teruji. Karena bibit yang dihasilkan dari persemaian yang bagus akan menjamin pertumbuhan bibit di lapangan lebih stabil dan adapted.
Arang kompos bioaktif, pupuk organik mikoriza dan blok media semai merupakan alternatif cara untuk memperoleh bibit berkualitas. Beberapa uji coba menunjukkan bahwa pemberian arang kompos bioaktif pada tanah selain dapat menambah ketersediaan unsur hara tanah, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah, serta dapat meningkatkan pH dan nilai kapasitas tukar kation (KTK) tanah, sehingga cocok digunakan untuk rehabilitasi/reklamasi lahan-lahan kritis dan masam di Indonesia. Uji coba aplikasi arang kompos bioaktif pada tanaman meningkat hingga 2-3 kali lipat dibanding dengan kontrol. Pada tanaman tembakau di Kab. Garut pemberian arang kompos bioaktif ternyata meningkatkan kuantitas dan kualitas daun tembakau secara signifikan (volume daun meningkat sampai 2,5 kali, serta meningkatkan aroma daun).
Demikian juga pada tanaman murbei untuk budidaya ulat sutera, dengan memberi arang kompos bioaktif 0,5 kg/rumpun pada tanaman murbei yang berumur sekitar 10 bulan, meningkatkan jumlah daun murbei sebesar lima kali lipat, selain itu juga meningkatkan kualitas benang sutera yang dihasilkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar