ANDALAS (Morus
macroura Miq) ;
PROFIL DAN PROSPEK SEBAGAI TUMBUHAN OBAT DAN KOSMETIKA ASAL
HUTAN
Oleh : Gusmailina
Staf peneliti pada Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan
(PUSTEKOLAH), Badan Litbang Kehutanan
Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor
Telp./Fax.(0251)8633378/8633413
Email
: gsmlina@gmail.com
RINGKASAN
Tumbuhan
Andalas (Morus macroura Miq)
merupakan maskot tumbuhan dari Sumatera Barat. Tumbuh endemik di pulau Sumatera, namun saat ini sulit
ditemukan karena kelangkaannya. Di Indonesia, hanya terdapat dua spesies Morus,
yaitu M. alba dan M. macroura, termasuk kedalam familia Moraceae, dan hanya ditemukan di
Sumatera dan Jawa Barat. Pohon Andalas tergolong jenis kayu yang besar,
berkualitas tinggi dan pohonnya bisa mencapai tinggi 40 m dengan garis tengah 1
m. Kualitas kayu sangat baik untuk bahan perabotan rumah tangga maupun dipakai
dalam pembuatan rumah, baik sebagai tiang utama, balok untuk landasan lantai
rumah, papan lantai dan dinding rumah. Andalas memiliki kayu berwarna
kekuningan bila masih basah dan kecoklatan kalau sudah kering serta serat
kayunya halus. Kayu yang sudah tua hampir tidak dapat dibedakan
dengan kayu jati.
Selain memiliki kayu yang bagus dan kuat, Andalas juga
memiliki khasiat sebagai obat, mulai dari daun, akar dan batangnya. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
tumbuhan Andalas berpotensi sebagai penghasil antioksidan baru.
Dua senyawa turunan stilben, yakni lunularin dan oksiresveratrol.
Senyawa lunularin ditemukan dari kayu
akar dan menunjukkan toksisitas yang cukup tinggi terhadap udang A. salina dengan
LC50 58,5 µg/mL, sedangkan senyawa oksiresveratrol ditemukan pada kayu batang tetapi tidak toksik
dengan LC50 > 500 µg/mL. Mengandung
tiga senyawa turunan stilben,
yaitu lunularin, oksiresveratrol, dan andalasin A, bersama-sama dengan satu
turunan 2-arilbenzofuran, morasin M , satu turunan kumarin, umbeliferon, dan β-resolsilaldehid. Senyawa tersebut ditemukan pada
kayu batang dan kayu akar. Beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tersebut merupakan rujukan yang
berguna untuk menemukan senyawa antioksidan dan inhibitor tirosinase baru yang
potensial sebagai bahan kosmetika untuk perlindungan dan pemutihan kulit atau anti
browning
Kata
kunci : Andalas (Morus macroura),
langka, potensi, bahan aktif, tumbuhan obat dan
kosmetika
I.
PENDAHULUAN
Tumbuhan Andalas (Morus macroura Miq)
merupakan maskot tumbuhan dari Sumatera Barat. Tumbuh endemik di pulau
Sumatera, namun saat ini sulit ditemukan karena kelangkaannya, sehingga banyak masyarakat Sumatera yang tidak
mengenal tumbuhan Andalas. Untuk menemukan jenis ini di hutan
butuh perjalanan berhari-hari, menunjukkan bahwa jenis ini memang sudah
tergolong dalam pohon/tumbuhan langka. Mengingat manfaatnya yang cukup besar
dalam tradisi adat Minang, maka kayu jenis ini banyak dicari sehingga harganya
cukup mahal. Di Indonesia, hanya terdapat
dua spesies Morus, yaitu M. alba dan M. macroura, termasuk kedalam familia Moraceae. Morus alba merupakan
jenis murbey yang daunnya merupakan pakan ulat sutera. Buah pohon ini dapat dimakan.
Di Indonesia jenis ini hanya ditemukan di Sumatera dan Jawa Barat. Di Jawa
Barat, sudah sulit ditemukan jenis ini meskipun di hutan-hutan, sedangkan di
Sumatera masih dapat ditemukan di daerah Padang bagian Selatan.. Karena itulah
pemilihan jenis ini menjadi maskot tumbuhan Propinsi Sumatera Barat cukup tepat.
Dengan demikian tradisi adat Minang dapat terus dilaksanakan dengan merangsang
masyarakat memperbanyak, memelihara, membudidayakan dan memanfaatkannya secara
lestari. Dapat dikatan populasi andalas di alam sudah sangat terbatas dan hanya
dapat ditemukan di beberapa lokasi di Sumatera Barat (bpdas-agamkuantan, 2008).
Pohon andalas tersebar di Negara-negara Malaysia,
Indonesia, Filiphina dan Papua New Guine. Di Indonesia, andalas walaupun sudah
langka tapi masih dapat di temukan di daerah daratan kepulauan Sumatera yaitu
di Provinsi Sumatera Barat terutama di daerah lembah Anai dan Lembah Gunung
Merapi (Nagari Paninjauan, Andaleh, Balai Satu) Kabupaten Tanah Datar.
Disamping itu juga Andalas dapat ditemukan di kaki Gunung talang, sekitar
daerah Maninjau, Sungai Puar, Batang Barus dan di Gunung Sago.
Dalam situs milik Balai Pengelolaan DAS Agam Kuantan
(bpdas-agamkuantan, 2008). Dikemukakan bahwa
berdasarkan sejarah, Pulau Sumatera dulunya dikenal sebagai Pulau Andalas. Sementara itu, di Propinsi Sumatera Barat sendiri
yang dulunya merupakan pusat kerajaan Pagaruyung yang memiliki tiga luhaknya,
yaitu luhak Tanah Datar, Agam, dan Lima Puluh Kota pada luhak ini ditemukan
nagari (Daerah) yang bernama Andaleh. Di Kabupaten Tanah Datar ada
nagari Andaleh dan Andaleh Baruah Bukik, di Agam ada Nagari
Andaleh di Lawang dan di Lima Puluh Kota ada Andaleh Baruah Gunuang.
Sementara di kota Padang juga ada daerah bernama Andaleh. Semuanya ini
menyiratkan bahwa kata Andaleh yang di Indonesiakan menjadi Andalas tersebut
cukup populer dan diduga diambil dari nama tanaman Andalas, walaupun tidak ada
data tertulis yang cukup akurat.
Pohon Andalas tergolong jenis kayu yang besar, berkualitas
tinggi dan pohonnya bisa mencapai tinggi 40 m dengan garis tengah 1 m. Batang
bebas cabangnya bisa mencapai lebih dari 15 m sehingga untuk bahan balok cukup
baik, kualitas kayu sangat baik untuk bahan perabotan (Heyne, 1997). Masyarakat Minang umumnya mengenal kayu Andalas
sebagai kayu yang bagus. Dalam pembangunan rumah adat di Minangkabau kayu Andalas sudah menjadi
tradisi sejak lama dipakai dalam pembuatan rumah, baik sebagai tiang utama,
balok untuk landasan lantai rumah, papan lantai dan dinding rumah. Sering pula
kayunya dipakai sebagai bahan perabot rumah tangga. Status tumbuhan Andalas menurut kategori yang
ditetapkan oleh Survival service Commision for Plants and Animals The World
Conservation Union tergolong kedalam “vulnerable status” yaitu kategori untuk
taksa yang sedang menuju status terancam (endangered). Semenjak tahun 1990 tumbuhan
Andalas sesuai dengan keputusan Mendagri No. 48/1989 ditetapkan sebagai Flora
Identitas Sumatera Barat dengan SK Gubernur KDH TK I Sumatera Barat
No.522.51-414-1990 tanggal 14 Agustus 1990. jenis ini memiliki daerah
penyebaran dan habitat yang agak lebih khusus, hal ini menyebabkan
keberadaannya di alam semakin sedikit. Selain itu jarak jantan dan betina yang
jauh juga mnjadi faktor yang menyebabkan sulitnya terjadi penyerbukan.
II. PROFIL TUMBUHAN ANDALAS
Selain dikenal dengan nama Andaleh di daerah Minang
(Sumbar), pohon ini juga dikenal dengan nama karatau atau sama dengan kertau di
Jawa, di daerah Batak disebut Hole tanduk, di Inggris dikenal
dengan nama Himalayan Mulberry. Pohon
ini tumbuh didataran tinggi pada ketinggian 900 - 1600 meter dari muka laut di
hutan campuran yang cukup curah hujannya. Menyukai tanah yang subur, abu
vulkanis, cukup humus dan gembur. Jenis
ini tergolong cukup rajin menghasilkan bunga dan buah. Dari akhir buah yang
masak sampai muncul perbungaannya membutuhkan waktu
sekitar 6 bulan.
Pohon Andalas secara individu dalam satu tahun
dapat berbuah 2 kali. Namun buah yang terbanyak
biasanya didapatkan pada bulan Juli hingga Desember. Bentuk daun mirip daun
murbai yang memang kerabat dekatnya, seperti jantung namun permukaan daunnya
sedikit kasar karena berbulu. Tangkai daun maupun cabangnya
juga berbulu, bulu tersebut bisa menyebabkan gatal pada kulit yang peka.
Buahnya menggerombol berwarna merah bila masak, berair dan terasa asam-manis
mirip buah murbai.
Gambar
1. Buah Andaleh (Morus macroura) sumber :
Prosea (2013)
Pohon andalas berdaun tunggal, letak berseling, Helai daun bulat telur
sampai berbentuk jantung, ujung meruncing, pangkal tumpul, tepi bergerigi,
pertulangan menyirip agak menonjol, permukaan atas dan bawah kasar dan berwarna
hijau. Pada pangkal daun terdapat
daun penumpu atau stipula. Kayu Andalas berwarna kekuningan jika masih dalam
keaadaan basah dan kecoklatan kalau sudah kering dan memiliki serat kayu yang
halus, kayu andalas akan mengeluarkan getah berwarna putih agak keabu-abuan
mirip dengan getah yang terdapat pada nangka dan beringin. Pohon andalas bisa
mencapai tinggi 30 – 50 meter dengan diameter batang mencapai 2 meter lebih. Klasifikasi tumbuhan Andalas adalah:
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Dilleniidae
Ordo: Urticales
Famili: Moraceae (suku nangka-nangkaan)
Genus: Morus
Spesies: Morus macroura Miq.
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Dilleniidae
Ordo: Urticales
Famili: Moraceae (suku nangka-nangkaan)
Genus: Morus
Spesies: Morus macroura Miq.
Tumbuhan Andalas termasuk dioceous atau tumbuhan berumah
dua dimana terdapat tumbuhan andalas jantan yang mengasilkan bunga jantan saja,
dan tumbuhan Andalas betina yang mengasilkan bunga betina saja. Hal ini juga
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tumbuhan andalas terancam punah.
Biji-biji yang dihasilkan seringkali mandul karena jarang terjadinya penyerbukan
dan waktu matang sebuk sari juga berbeda dengan matangnya putik yang siap
dibuahi. Selain itu dari penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli diketahui
juga bahwa langkanya tanaman ini juga dikarenakan punahnya serangga yang biasa
membantu dalam penyerbukan. Buah Andalas
mirip dengan buah murbai. Buahnya berbentuk majemuk, menggerombol berwarna
hijau jika masih muda dan menjadi ungu kemerahan bila telah masak. Buahnya
berair dan dapat dimakan dengan rasa asam-asam manis. Perbanyakan pohon ini bisa
dengan cara stek.
Perbanyakan secara kultur jaringan telah dicoba
dilakukan namun hasil yang diperoleh kurang memuaskan karena setelah ditanam,
tanaman tidak mampu tumbuh dengan baik, bahkan banyak diantaranya yang mati. Sehingga
perbanyakan melalui biji tetap harus diteruskan, dan hal ini telah dimulai oleh
Dinas Pertanian Kota Padang. Saat ini tumbuhan andalas sudah sangat jarang
sekali ditemukan. Meskipun ada beberapa tumbuhan yang mampu beradaptasi yang tumbuh
di Taman Hutan Raya Bung Hatta, yang terletak diantara jalan Padang-Solok, di
samping kantor Dinas Pertanian Kota Padang di jalan Khatib Sulaiman, serta
beberapa pohon telah ditanam juga di kampus Universitas Andalas Limau Manis
Padang.
Gambar 2. Pohon
andalas yang ditanam di sampping rektorat Universitas Andalas
III. PROSPEK TUMBUHAN ANDALAS
1. Kayu
Andalas memiliki kayu berwarna kekuningan bila masih
basah dan kecoklatan kalau sudah kering serta serat kayunya halus. Kayu yang sudah tua hampir tidak dapat dibedakan
dengan kayu jati. Apabila dipotong, kayu andalas akan mengeluarkan getah
berwarna putih agak keabu-abuan. Pohon andalas bisa mencapai tinggi 30 sampai
50 m dengan diameter batang setinggi dada bisa mencapai 2 meter. Kayunya berat,
kuat dan keras tetapi mudah dikerjakan. Dan banyak dimanfaatkan untuk tiang balok,
papan lantai, mimbar masjid, etalase (Djam’an dan Muharam, 2010) Beberapa laporan menyebutkan bahwa kayunya banyak
dipergunakan sebagai bahan perabot, salah satu perabot yang menggunakan kayu
ini adalah etalase toko emas, lemari rumah tangga dan juga kincir air yang
digunakan sebagai alat pemutar roda pada tempat menumbuk padi di desa-desa.
2. Potensi Bahan Aktif
Tumbuhan andalas selain
memiliki kayu yang termasuk bagus dan kuat, juga memiliki khasiat sebagai obat,
mulai dari daun, akar dan batangnya. Beberapa jenis Morus, seperti M.
alba, M. bombycis, M. lhou, dan M. multicaulis, telah lama digunakan
sebagai obat tradisional Cina, misalnya untuk obat batuk, asma, hipertensi,
influenza dan rematik. Daun dan buah Morus
macroura mengandung alkaloida, saponin dan polifenol. Beberapa jenis
senyawa fenol telah ditemukan pada tumbuhan andalas (M macroura) antara lain : morasin B, morasin P, mulberosida
C, dan mulberofuran (Feng
WU, SUN Sheng-guo, CHEN Ruo-yun, 2003). Selain itu hasil penelitian Shen Jun Dai dan
De Quan Yu (2005), menemukan sejenis antioksidan baru pada tumbuhan andalas ini
yang diberi nama Guangsangon O.
Hasil penelitian Soekamto et al (2005) menemukan dua senyawa turunan stilben, yakni lunularin dan oksiresveratrol. Senyawa lunularin
ditemukan dari kayu akar dan menunjukkan toksisitas yang cukup tinggi terhadap
udang A. salina dengan LC50 58,5 µg/mL, sedangkan
senyawa oksiresveratrol ditemukan
pada kayu batang tetapi tidak toksik dengan LC50 > 500 µg/mL. Hasil
penelitian lain juga menunjukkan bahwa tumbuhan Andalas (M. Macroura) mengandung tiga senyawa turunan stilben, yaitu lunularin
(1), oksiresveratrol (2), dan andalasin A (3), bersama-sama dengan satu turunan
2-arilbenzofuran, morasin M (4),
satu turunan kumarin, umbeliferon (5),
dan β-resolsilaldehid (6). Senyawa (1), (2), (4), (5), dan (6),
ditemukan dari kayu batang, sedangkan senyawa (3) ditemukan dari kayu akar .
Hasil penelitian Syah, Y. M dkk (2000), berhasil mengisolasi
stilbene dimmer baru, andalasin A, bersamaan dengan stilbene oxyresveratrol
dan 2-arylbenzofuran glycoside
mulberroside C, dari kayu Morus macroura.
Gambar 3 Struktur
molekul senyawa lunularin (1) dan
oksiresveratrol (2) dari akar dan
batang Morus macroura (Sumber Soekamto
et. al., 2005)
Gambar 4. Beberapa
senyawa stilben utama dari M. macroura dan hasil biotransformasi senyawa
oksiresveratrol (Sumber : Hakim, dkk.,
2008)
Hakim dkk (2008)
mengemukakan bahwa beberapa senyawa turunan stilben, seperti resveratrol dan
glikosida resveratrol memperlihatkan aktivitas antioksidan (Jang, 1997; Teguo,
1998; Wright, 2001). Antioksidan turunan fenol, termasuk stilben, merupakan
kelompok antioksidan yang penting guna menghambat terjadinya oksidasi terhadap
jaringan-jaringan tubuh (substrat) yang penting. Fungsi antioksidan adalah
mencegat dan bereaksi dengan radikal bebas dengan kecepatan yang lebih besar
dibandingkan reaksi antara radikal bebas dengan substrat. Oleh karena radikal
bebas dapat menyerang berbagai target, termasuk lipida, lemak, dan protein, maka
radikal bebas dapat menyebabkan berbagai penyakit degeneratif. Kecuali sebagai
antioksidan, senyawa-senyawa turunan stilben juga memperlihatkan aktivitas
sebagai inhibitor tirosinase. (Likhitwitayawuid, 2001; Ohguchi, 2003). Perlu
pula dicatat bahwa pigmen melanin, yang diproduksi melalui proses fisiologis
yang disebut melanogenesis, memegang peranan yang sangat penting dalam
melindungi kulit terhadap fotokarsinogenesis. Tirosinase atau fenol
oksidase adalah enzim utama yang terlibat dalam biosintesis melanin. Inhibisi
terhadap enzim tirosinase untuk mengatur metabolisme pigmentasi telah menarik
banyak perhatian. Oleh karena itu, beberapa senyawa turunan stilben yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan telah diselidiki sebagai inhibitor tirosinase untuk menghindari
produksi melanin secara berlebihan pada lapisan epidermal, sehingga dapat
digunakan sebagai bahan kosmetik, atau sebagai bahan pemutih kulit. Ekstrak Morus
alba memperlihatkan aktivitas yang sangat tinggi sebagai inhibitor
tirosinase, dengan prosentase inhibisi 97%, dan oleh karena itu digunakan
sebagai kontrol positif dalam skrining tumbuh-tumbuhan untuk antitirosinase
(Baurin, 2002; Lee, 1997). Diduga, aktivitas antitirosinase yang tinggi dari
ekstrak M. alba disebabkan oleh adanya senyawa turunan stilben, yaitu
oksiresveratrol bersama-sama dengan senyawa aktif lainnya (Shin, 1998). Aktivitas biologi tersebut di atas erat kaitannya
dengan bahan kosmetika dan kecantikan.
Selanjutnya hasil
penelitian Hakim dkk. (2008), menyimpulkan
bahwa senyawa-senyawa
oksiresveratrol, andalasin A, dan andalasin B yang diisolasi sebagai komponen
utama tumbuhan Andalas (M. Macroura), dan senyawa resveratrol
yang banyak ditemukan pada spesies Dipterocarpaceae, merupakan senyawa-senyawa
yang sangat potensial sebagai bahan antioksidan atau inhibitor tirosinase. Hasil tersebut merupakan rujukan yang berguna
untuk menemukan senyawa antioksidan dan inhibitor tirosinase baru yang
potensial sebagai bahan kosmetika untuk perlindungan dan pemutihan kulit atau anti
browning.
Di Indonesia, masyarakat banyak memanfaatkan daun Andalas
karena dianggap berkhasiat sebagai obat kudis.
Untuk obat kudis dipakai + 50 gram daun segar Morus macroura, dicuci kemudian direbus dengan 3 gelas air sampai
airnya tinggal setengah, dinginkan lalu disaring. Hasil
saringan diminum tiga kali sehari pagi, siang dan sore sama banyak.
IV. PENUTUP
Pohon Andalas
tergolong jenis kayu yang besar, umumnya dikenal oleh masyarakat Minang sebagai
kayu yang bagus. Pemanfaatan kayu Andalas dalam pembangunan rumah adat di
Daerah Minangkabau memang sudah menjadi tradisi sejak lama. Kayu tersebut
dipakai dalam pembuatan rumah, baik sebagai tiang-tiang utama, balok-balok
untuk landasan lantai rumah, papan lantai dan dinding rumah. Sering pula
kayunya dipakai sebagai bahan perabot rumah tangga. Buah pohon ini dapat
dimakan. Di Indonesia jenis ini sudah sulit ditemukan hanya terdapat
di Sumatera dan Jawa Barat.
Selain
kayunya yang bagus dan berkualitas, pohon Andalas juga mempunyai potensi yang
sangat bermanfaat sebagai obat maupun kosmetika yang terdapat pada kayu batang
dan kayu akar. hasil
penelitian Hakim dkk. (2008),
menyimpulkan bahwa senyawa-senyawa
oksiresveratrol, andalasin A, dan andalasin B yang diisolasi sebagai komponen
utama tumbuhan Andalas (M. Macroura), dan senyawa resveratrol
yang banyak ditemukan pada spesies Dipterocarpaceae, merupakan senyawa-senyawa
yang sangat potensial sebagai bahan antioksidan atau inhibitor tirosinase. Hasil tersebut merupakan rujukan yang berguna
untuk menemukan senyawa antioksidan dan inhibitor tirosinase baru yang
potensial sebagai bahan kosmetika untuk perlindungan dan pemutihan kulit atau anti
browning.
Mengingat manfaatnya yang
cukup besar baik dalam mempertahankan dan melestarikan tradisi adat Minang,
maka kayu jenis ini banyak dicari sehingga harganya cukup mahal. Karenanya
pemilihan jenis Andalas menjadi maskot tumbuhan Propinsi Sumatera Barat cukup
tepat. Sehingga tradisi adat Minang dapat terus dilaksanakan dengan merangsang
masyarakat memperbanyak, memelihara, membudidayakan dan memanfaatkannya secara
lestari, ditambah kandungan bahan aktif pada tumbuhan Andalas ini banyak
berguna bagi kesehatan dan kecantikan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S.A., N. Aimi, E.L.Ghisalberti, E.H. Hakim,
Jasmansyah, L.D.Juliawaty, L.Makmur, Y.Manjang, U.Supratman, Suyatno, R.Tamin,
& A.Yelminda. 2001. Some New Compounds from Indonesian Moraceae. Proceedings,
International Seminar on Tropical Rainforest Plants, Padang.
Baurin,
N., T. Arnoult, Q. T. Scior, Q. T. Do and P. Bernard, 2002, Preliminary
screening of some tropical plants for anti-tyrosinase activity, J.
Etnopharmacology, 82,
155-158.
Djam’an, D.F. & A. Muharam. 2010. Mengenal
Pohon Andalas (Morus Macroura Miq)
Yang Mulai Sulit Ditemukan. Prosiding
Seminar Hasil-Hasil Penelitian, 20 Oktober 2010. Bandung,
Feng WU, SUN Sheng-guo, CHEN Ruo-yun. 2003. Studies
on Chemical Constituents from the Bark of Morus macroura. Institute of Materia Medica,
Chinese Academy of Medical Sciences and Peking Union Medical College, Beijing
100050, China.
Feng WU, SUN Sheng-guo, CHEN Ruo-yun,
2005. A new Anti-Oxidant Diels Alder
type Adduct from Morus macroura. School
of Pharmaceutical Science. Yantai
University. Yantai. P.R. China.
Hakim, E.H., S.A. Achmad, L.Makmur, Y.Manjang, L.D. Juliawati,, S. Kusuma, U.
Supratman, & R. Tamin. 1995. Sejumlah Senyawa Fenolik dari Tumbuhan Morus
Macroura Miq. (Moraceae)”, Prosidings Seminar Kimia Bersama ITB-UKM
Kedua, Bandung, 2, 21,
Hakim,E.H. Y. M. Syah,
L. D. Juliawati, dan D. Mujahidin. 2008. Aktifitas Antioksidan dan Inhibitor Tirosinase
Beberapa Stilbenoid dari Tumbuhan Moraceae dan Dipterocarpaceae yang Potensial
untuk Bahan Kosmetik. Jurnal Matematika Dan
Sains, Vol. 13 No. 2. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung. Bandung
Hakim, E.H., Y. M. Syah, L.
D. Juliawati, dan D. Mujahidin. 2003. Beberapa Senyawa Fenol dari Tumbuhan Morus macroura Miq. Jurnal Matematika dan Sains
Vol. 8 No. 1, Maret 2003, hal 35 – 40
http://www.bpdas-agamkuantan.net
- Gerhan Agam Kuantan. Powered by Mambo Generated: 31 October, 2008,
15:10.
Heyne,
K, “Tumbuhan Berguna Indonesia II”, Badan Litbang Kehutanan, Jakarta, 659,
(1987).
Jang, M., L. Cai, G. O.
Udeani, K. V. Slowing, C. F. Thomas, C. W. W. Beecher, H. H. S. Fong, N. R.
Farnsworth, A. D. Kinghorn, R. G. Mehta, R. C. Moon and J. M. Pezzuto, 1997,
Cancer Chemopreventive Activity of Resveratrol, a Natural Product Derived from
Grapes, Science, 275,
218-220.
Kimura, T., “International collation of traditional
and folk medicine”, Vol. 1, Part. 1, World Scientific, Singapore, 12, (1996).
Lee,
K. T., B. J. Kim, J. H. Kim, M. Y. Heo and H. P. Kim, 1997, Biological
Screening of 100 Plant Extracts for Cosmetics use (I): Inhibitory Activities of
Tyrosinase and DOPA Auto-oxidation, Int. J. Cosmetic Sci., 19,291-298.
Likhitwitayawuid, K. and B. Sritularak, 2001, A New
Dimeric Stilbene with Tyrosinase Inhibitory.
Activity from Artocarpus gomezianus, J. Nat. Prod., 2-6.
Ohguchi,
K., T. Tanaka, T. Ito, M. Iinuma, K. Matsumoto, Y. Akao and Y. Nozawa, 2003,
Inhibitory Effects of Resveratrol Derivatives from Dipterocarpaceae Plants on
Tyrosinase Activity, Biosci. Biotechnol. Biochem., 67:7,1587-1589.
Prosea. Yayasan Kehati.
Diakses desember 2013. http://www.proseanet.org/prohati4/browser.php?docsid=110
Shin, N. N., S. Y. Ryu, E. J. Choi, S. H. Kang, I.
M. Chang, K. R. Min and Y. Kim, 1998, Oxyresveratrol as the Potent Inhibitor on
DOPA Oxydase Activity of Mushroom Tyrosinase, Biochem. Biophysic. Comm.,
243,801-803.
Soekamto, N. H., S.A. Achmad, E.L. Ghisalberti, N.
Aimi, E.H. Hakim dan Y.M. Syah. 2005. Indo.Journal
Chem. 5 (3), 207-210. Departemen Kimia, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Syah,
Y.M., Achmad, S.A., Ghisalberti, E.L., Hakim, E.H. Iman, M.Z.N. Makmur, L.,
& Mujahidin, D. “Andalasin A, a new stilbene dimer from Morus macroura”,
Fitoterapia, 71, 630, (2000).
Venkataraman, K., “Wood Phenolics in the
Chemotaxonomy of the Moraceae”, Phytochemistry, 11, 1571, (1972).
Wright, J. S., E. R. Johnson and G. A. DiLabio,
2001, Predicting the Activity of Phenolic Antioxidants: Theoritical Method,
Analysis of Substituent Effects, and Application to Major Families of
Antioxidants, J. Am. Chem. Soc., 123,
1173-1183.
ayam tarung
BalasHapus