PROSPEK Eucaliptus citriodora
SEBAGAI ATSIRI POTENSIAL *)
Oleh : Zulnely**)
, Gusmailina**) dan Evi Kusmiati***)
Pusat Litbang
Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (PUSTEKOLAH), Badan Litbang
Kehutanan, Jalan Gunung Batu No. 5.
Telp/Fax (0251) 8633378; 8633413. Bogor. Email : gsmlina@gmail.com
ABSTRAK
Minyak
atsiri disebut juga dengan
essential oils, etherial
oils, atau volatile
oils yang mudah menguap, sering digunakan sebagai bahan baku dalam
berbagai industri, misalnya industri parfum, kosmetika, farmasi, bahan penyedap
(flavoring agent) dalam industri makanan dan minuman. Kebutuhan minyak atsiri dalam negeri cukup
besar baik dari volume maupun jenisnya, karena kebutuhan industri juga makin
pesat dan berkembang. Dewasa ini minyak atsiri banyak Dimanfaatkan untuk
aromaterapi, SPA dan lain sebagainya. Dari segi kebutuhan untuk ekspor maupun
impor masih akan meningkat terus sehingga peluang pengembangan minyak atsiri
baik yang telah berkembang maupun minyak atsiri baru masih terbuka luas. Peluang
pasar minyak atsiri dalam maupun luar negeri sangat besar. Salah satu minyak atsiri yang berpotensi
untuk dikembangkan adalah Eucayiptus
citriodora. Tumbuhan ini berasal
dari Australia, merupakan salah
satu pohon kayu
putih paling
populer yang tumbuh hampir di seluruh Australia, dan sekarang ditemukan
tumbuh hampir di seluruh daerah tropis
dunia termasuk Indonesia, namun di Indonesia belum terdengar ada perkebunan
atau hutan tanaman Citriodora ini.
Hal ini mungkin disebabkan karena belum banyak yang mengenalnya. Tulisan ini
menyajikan hasil penelitian awal tentang penyulingan Eucalyptus citriodora berikut analisis minyaknya. Rendemen minyak atsiri yang diperoleh
berkisar antara 1,1 sampai 2,4%. Minyak
beraroma wangi, menenangkan, menyenangkan dan lembut. Rata-rata bilangan ester 8,00, Indek bias
berkisar antara :
1,3990-1,4506; dan bilangan asam berkisar antara 2,25-2,93. hasil analisis GC-MS menunjukkan
bahwa 53% dari 30 komponen yang terkandung adalah 1,4-Cyclohexadiene,
1-methyl-4-(1-methylethyl, merupakan senyawa organik dengan rumus C6H8,
tergolong terpenoid. Dari hasil
penelitian awal ini dapat disimpulkan bahwa bagian Eucalyptus citriodora yang
berpotensi sebagai sumber atsiri adalah daun dan sedikit ranting, hasil
analisis kandungan berpotensi sebagai parfum, bahan farmasi, dan penolak
serangga.
Kata kunci :
Eucalyptus citriodora, minyak atsiri, potensi, analisis
================================================================================
*) Disampaikan sebagai makalah pada Seminar
Nasional Masyarakat Biodiversitas 20 Desember 2014 di Wisma Makara, UI Depok.
20 Desember 2014
**) Peneliti pada PUSTEKOLAH (Pusat Litbang
Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan), Badan Litbang Kehutanan,
Kementerian Kehutanan. Jalan Gunung Batu
No. 5. Telp/Fax (0251) 8633378; 8633413. Bogor.
***) Teknisi Litkayasa pada
PUSTEKOLAH (Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan),
Badan Litbang Kehutanan, Kementerian Kehutanan.
Jalan Gunung Batu No. 5. Telp/Fax (0251) 8633378;
8633413. Bogor.
I. PENDAHULUAN
Indonesia
merupakan Negara dengan biodiversitas tinggi yang menyimpan berbagai jenis
minyak atsiri yang kemudian banyak dikembangkan dan menjadi komoditas khas
Indonesia. Seorang pakar aromaterapi bahkan menyatakan bahwa di Indonesia
terdapat 900 jenis tanaman potensial sebagai penghasil atsiri. Oleh karena itu,
tidak tertutup kemungkinan masih banyak jenis atsiri baru khas Indonesia yang
bisa digali dan dikomersilkan. Dari 150 jenis minyak atsiri yang selama ini diperdagangkan
di pasar internasional, 40 jenis diantaranya dapat diproduksi di Indonesia. Di
Indonesia jenis minyak atsiri dikatagorikan menjadi 3 kondisi yaitu sudah
berkembang, sedang berkembang dan potensial dikembangkan. Tanaman penghasil minyak atsiri yang sudah
berkembang seperti nilam, akar wangi, seraiwangi dan kenanga pengembangannya
diarahkan pada peningkatan volume produksi dan mutunya dengan menggunakan benih
unggul dan cara pengolahan (penanganan bahan tanaman dan penyulingan) yang
tepat. Selain itu dukungan teknologi budidaya yang direkomendasikan dengan SOP
dan efisiensi usahatani yang tepat akan meningkatkan usahatani minyak atsiri
yang pada gilirannya akan meningkatkan daya saing minyak atsiri Indonesia di
pasaran dunia.
Eucalyptus citriodora merupakan salah satu jenis yang berpotensi untuk dikembangkan. Tumbuhan
ini berasal dari Australia, merupakan salah
satu pohon kayu
putih paling
populer yang tumbuh hampir di seluruh Australia, dan sekarang ditemukan
tumbuh hampir di seluruh daerah
tropis dunia termasuk Indonesia, namun di Indonesia belum terdengar ada
perkebunan atau hutan tanaman khusus untuk penanaman Citriodora ini. Hal ini mungkin disebabkan karena
belum banyak yang mengenal jenis pohon ini.
Tulisan ini menyajikan hasil penelitian awal tentang penyulingan Eucalyptus citriodora berikut analisis
minyaknya.
II. BAHAN DAN METODE
A. Bahan dan
Peralatan
Bahan yang
digunakan adalah daun dan ranting Eucalyptus
citriodora yang diambil dari pekarangan sekitar kantor Pustekolah (Gambar
1). Peralatan pokok yang digunakan
adalah sepeangkat alat suling kapasitas 2 kg bahan kering. Ketel suling berbentuk silinder yang terbuat
dari stainless steel untuk menghindari terjadinya reaksi antara minyak dengan
logam. Pada bagian atas ketel terdapat lubang
yang dihubungkan dengan pipa yang akan mengalirkan uap dan minyak yang
dilengkapi dengan pendingin. Proses
penyulingan menggunakan kompor berbahan bakar gas (Gambar 2). Untuk mengukur kadar air bahan baku digunakan
alat Aufhauser. Selain itu digunakan
juga beberapa alat kaca/gelas untuk melakukan beberapa pengujian.
Gambar 1. Pohon Eucalyptus citriodora (foto dok.
Gusmailina)
B. Prosedur kerja.
1. Persiapan
bahan baku
Bagian
tanaman yang akan disuling adalah daun dan
ranting. Sebelum disuling
dikeringkan terlebih dahulu hingga mengandung kadar air sekitar 12-15 %, lalu
dicacah/dirajang hingga berukuran 2-5 cm.
2. Penyulingan
Teknik penyulingan yang dipakai adalah sistem kukus, prinsip penyulingan
cara ini dengan menggunakan tekanan uap rendah (Gambar 2). Bahan yang disuling tidak berhubungan
langsung dengan air. Bahan diletakkan
diatas piringan yang terbuat dari plat seng yang dilubangi. Setelah air mendidih uap air akan keluar melalui lubang dan mengalir melalui sela-sela
bahan. Bersama uap air akan ikut terbawa
minyak Citriodora yang terkandung pada bahan.
Uap mengalir ke pipa yang dilengkapi dengan pendingin sehingga akan terkondensasi menjadi
air dan minyak. Karena perbedaan berat
jenis, air akan terpisah dari minyak. Kemudian
air dan minyak dipisahkan lalu dihitung volumenya (Gusmailina, dkk., 2005). Komponen bahan yang diuji adalah : daun, dan campuran
daun dan ranting dengan waktu penyulingan selama 6 jam.
Gambar 2. Alat
suling
3. Analisis dan
sifat fisiko kimia minyak Citriodora
Kadar air bahan
ditetapkan sebelum bahan disuling dengan menggunakan Aufhauser (Chon dan Ta’minuddin, 1978). Penetapan sifat fisiko kimia antara lain
Indek bias, Bilangan asam, bilangan ester.
Untuk mengetahui komponen yang terkandung pada minyak Citriodora,
dianalisis dengan metode GC-MS.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Rendemen minyak
Citriodora
Penyulingan
daun maupun campuran daun dan ranting Eucalyptus
citriodora menghasilkan minyak berwarna kuning muda, bening, cerah dan
memiliki aroma yang wangi. Rendemen minyak Citriodora hasil penyulingan yang
tertinggi diperoleh berasal dari daun yaitu mencapai 2,85% per berat kering
oven, yang terendah diperoleh dari cabang dan ranting masing-masing 0,1 dan
0,21%. Dengan demikian diketahui bahwa
potensi minyak atsiri Citriodora terbanyak hanya berasal dari daun. Pada tabel 1 dapat dilihat Rendemen minyak
Citriodora .
Tabel
1. Rata-rata Rendemen minyak Eucalyptus Citriodora
No
|
Bagian tanaman yang disuling
|
Rendemen minyak, %
|
1
|
Daun
|
2,85
|
2
|
Cabang
|
0,01
|
3
|
Ranting
|
0,2
|
4
|
Daun dan ranting
|
2,46
|
Pada penelitian ini penyulingan khusus daun dilakukan
untuk mengetahui apakah ada perbedaan diantara bagian tanaman tersebut. Pada kenyataan, dalam proses penyulingan daun
dan ranting sering tercampur. Hasil penyulingan menunjukkan seedikit perbedaan
antara daun dan campuran daun dan ranting, namun tidak berbeda jauh.
B. Sifat fisiko kimia
Sifat fisiko kimia minyak Citriodora yang ditetapkan
antara lain Indek bias, bilangan asam, dan bilangan ester, hal ini terbatas
karena perolehan minyak yang sedikit sehingga sifat fisiko kimia lainnya belum
dapat disajikan, karena penelitian masih terus berlangsung baik penyulingan
maupun penetapan sifat-sifat minyak yang
lainnya. Sifat fisiko kimia yang terukur
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel
2. Analisis beberapa sifat fisiko kimia
minyak Eucalyptus citriodora
No
|
Sifat fisiko kimia
|
Daun E, citriodora
|
Daun dan ranting E. citriodora
|
|
Indek bias
|
1,4506
|
1,3990
|
|
Bilangan asam
|
2,25
|
2,93
|
|
Bilangan ester
|
8,00
|
8,00
|
Indeks bias adalah
perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam udara dan di dalam minyak yang
dihasilkan. Semakin banyak kandungan airnya, semakin kecil nilai indeks
biasnya. Indek bias minyak Citriodora berkisar antara 1,3990
(minyak dari campuran ranting dan daun) sampai 1,4506 (minyak asal daun). Bilangan asam menunjukkan semakin banyak
minyak kontak dengan udara, semakin banyak senyawa asam yang terbentuk. Proses
oksidasi juga dapat disebabkan oleh tekanan dan temperatur yang tinggi saat
proses menghasilkan minyak. Sedangkan
bilangan ester merupakan parameter penentuan yang menandakan bahwa minyak
tersebut mempunyai aroma yang baik.
Semakin tinggi bilangan ester semakin baik dan aroma minyak tersebut. Hingga sekarang standar minyak citriodora
belum ada, sehingga dalam hal ini sebagai pembanding digunakan standar minyak
nilam yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Selain itu juga dipakai standar Essential Oil Association (EOA).
Tabel 3. Standar Nasional Indonesia
dan Essential Oil Association untuk minyak nilam
Karakteristik
|
Minyak Citriodora
|
SNI *)
|
EOA *)
|
Bobot jenis
|
|
0,943-0,983 (pada 25°C)
|
0,950-0,975 (pada 20°C)
|
Indeks bias, 25°C
Daun
Daun + Ranting
|
1,4506
1,3990
|
1,506-1,516 (pada 20°C)
|
1,570-1,515 (pada 25°C)
|
Putaran optic
|
|
(-47o) – (-66o)
|
(-48° ) -
(- 65°)
|
Bilangan asam, %
Daun
Ranting
|
2,25
2,93
|
Maksimum 5
|
Maksimum 5
|
Bilangan ester, %
Daun
Daun + Ranting
|
8,00
8,00
|
Maksimum 10
|
Maksimum 20
|
Kelarutan dalam alkohol 90%
|
|
Larut jernih atau opelesensi
ringan dalam perbandingan
volume
1 s/d 10 (1:10)
|
Larut jernih dalam perbandingan 1: 10
|
Warna
|
Kuning muda, cerah
|
Kuning muda sampai coklat
|
|
Hasil sementara
menunjukkan bahwa minyak citriodora yang diperoleh termasuk ke dalam standar
SNI maupun EOA. Namun belum semua
parameter dapat disajikan, karena penelitian masih berlanjut.
C.
Analisa Komponen Minyak Atsiri Citriodora dengan GC-MS
Analisa komponen minyak atsiri merupakan masalah yang cukup rumit karena
minyak atsiri mengandung campuran senyawa dan sifatnya yang mudah menguap pada
suhu kamar. Setelah ditemukannya kromatografi gas (GC), kendala dalam analisis
komponen minyak atsiri mulai dapat diatasi. Pada penggunaan GC, efek penguapan
dapat dihindari bahkan dihilangkan sama sekali. Perkembangan teknologi
instrumentasi yang pesat akhirnya dapat menghasilkan suatu alat yang merupakan
gabungan dua system dengan prinsip dasar yang berbeda satu sama lain tetapi
saling melengkapi, yaitu gabungan antara kromatografi gas dan spectrometer
massa. Kromatografi gas berfungsi sebagai alat pemisah berbagai campuran
komponen dalam sampel sedangkan spectrometer massa berfungsi untuk mendeteksi
masing-masing komponen yang telah dipisahkan pada kromatografi gas (Agusta,
2000). Pada Gambar 3 dan 4,
masing-masing dapat dilihat chromatogram minyak atsiri daun E. citriodora dan minyak dari campuran
daun dan ranting.
Gambar 3. Chromatogram GC-MS minyak daun E. citriodora
Gambar 4. Chromatogram GC-MS minyak daun dan ranting E. Citriodora
Umumnya perbedaan komposisi
minyak atsiri disebabkan perbedaan jenis tanaman penghasil, kondisi iklim,
tanah tempat tumbuh, umur panenan, metode ekstraksi yang digunakan dan cara
penyimpanan minyak. Minyak atsiri
biasanya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari
unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan oksigen (O). Pada umumnya komponen kimia
minyak atsiri dibagi menjadi dua golongan yaitu: 1) Hidrokarbon, yang terutama
terdiri dari persenyawaan terpen dan 2) Hidrokarbon teroksigenasi.
a.
Golongan
hidrokarbon : Persenyawaan
yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur Karbon (C) dan Hidrogen (H).
Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri sebagian besar terdiri dari
monoterpen (2 unit isopren), sesquiterpen (3 unit isopren), diterpen (4 unit
isopren) dan politerpen.
b.
b. Golongan hidrokarbon teroksigenasi : Komponen kimia dari golongan persenyawaan ini
terbentuk dari unsure Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Persenyawaan
yang termasuk dalam golongan ini adalah persenyawaan alcohol, aldehid, keton,
ester, eter, dan fenol. Ikatan karbon yang terdapat dalam molekulnya dapat
terdiri dari ikatan tunggal, ikatan rangkap dua, dan ikatan rangkap tiga.
Terpen mengandung ikatan tunggal dan ikatan rangkap dua. Senyawa terpen
memiliki aroma kurang wangi, sukar larut dalam alkohol encer dan jika disimpan
dalam waktu lama akan membentuk resin. Golongan hidrokarbon teroksigenasi
merupakan senyawa yang penting dalam minyak atsiri karena umumnya aroma yang
lebih wangi. Fraksi terpen perlu dipisahkan untuk tujuan tertentu, misalnya
untuk pembuatan parfum, sehingga didapatkan minyak atsiri yang bebas terpen
(Ketaren, 1985).
Analisis awal dengan GC-MS ini bertujuan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan komponen yang terkandung antara minyak yang diperoleh
dari daun dan minyak yang diperoleh dari campuran daun dan ranting. Hasil
analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan komponen yang
terkandung antara minyak yang berasal
dari daun maupun ranting. Oleh karena
itu untuk penyulingan E. Citriodora
selanjutnya campuran daun dan ranting dapat disarankan, namun tidak disarankan
untuk bagian cabang saja, karena minyak tidak akan diperoleh. Hasil analisis GC-MS menunjukkan bahwa
teridentifikasi 33 komponen yang terkandung pada minyak yang berasal dari daun
E. Citriodora, sedangkan pada minyak campuran daun dan ranting teridentifikasi
32 komponen. Komponen
1,4-cyhexadiene, merupakan komponen
tertinggi dengan menempati luas area 53,21%, baik yang berasal dari minyak daun
maupun campuran daun dan ranting.
Komponen ini merupakan komponen penciri dari minyak Eucalyptus pada
umumnya. 10 komponen yang mendominasi
minyak citriodora yang teridentifikasi dari minyak baik yang diperoleh dari
daun maupun campuran daun dan ranting dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Komponen
yang mendominasi minyak E. citriodora
No
|
Komponen Minyak asal
daun E. citriodora
|
komponen Minyak asal
campuran daun dan ranting E. citriodora
|
||
|
Komponen
|
% relatif
|
Komponen
|
%, relatif
|
1
|
Cyclohexadiene
|
53,83
|
Cyclohexadiene
|
49,65
|
2
|
Benzene
|
17,97
|
Benzene
|
18,58
|
3
|
Cyclohexen
|
6,53
|
Cyclohexen
|
8,36
|
4
|
Allyl-6-methoxyphenol
|
2,24
|
caryophyllene
|
2,54
|
5
|
bycyclogermacrene
|
2,14
|
bycyclogermacrene
|
2,39
|
6
|
caryophyllene
|
2,08
|
cyclopropazulene
|
2,32
|
7
|
cyclopropazulene
|
2,01
|
globulol
|
1,75
|
8
|
globulol
|
1,65
|
Allyl-6-methoxyphenol
|
1,71
|
9
|
cubenol
|
1,43
|
cubenol
|
1,70
|
10
|
cadinene
|
1,01
|
Terpinenyl acetate
|
1,45
|
Hasil analisis Komponen yang mendominasi antara minyak
asal daun dan campuran daun dan ranking tidak begitu berbeda, hanya persen
relatif yang membedakannya. Ada satu
komponen yang berbeda dari masing-masing bagian yaitu componen cadinene pada
daun dan Terpinenyl acetate pada bagian daun dan ranking. Namur demikian hasil ini merupakan hasil
awal, karena masih dilakukan penelaahan dan pendalaman selanjutnya, karena
penelitian masih berlanjut.
Jika dibandingkan dengan hasil analisis yang dilakukan
oleh Keville (1995) pada Tabel 5, bahwa terlihat komponen yang terkandung yang
diperoleh sudah dikelompokkan ke dalam beberapa golongan antara lain : Monoterpenes, Sesquiterpen, Monoterpenols,
Aldehydes, Oxides dan phenols. Disebutkan juga bahwa berdasarkan kandungan yang ada maka minyak citriodora ini sangat berpotensi digunakan
untuk pengobatan dan bahan baku industri.
Dalam hal pengobatan minyak citriodora digunakan sebagai inhalansia untuk meringankan pilek dan
gejala flu, selain sebagai antiseptik dan atau anti bakteri. Minyak citriodora memiliki aroma yang
menyegarkan sehingga banyak digunakan selain sebagai bahan baku parfum,
juga digunakan dalam terapi Spa.
Tabel 5. Analisis Gas Chromatography (%)
No |
Kandungan / golongan
|
Persentase
|
Monoterpenes |
α-pinene
β-myrcene
β-pinene
d-limonene
|
0,38
0,16
1,46
0,15
|
Sesquiterpen |
α-humulene
β-caryophyllene
bicyclogermacrene
|
0,09
1,74
0,29
|
Monoterpenols |
α-terpineol
citronellol
isopulegol
|
0,09
3,99
10,14
|
Monoterpenols |
isopulegol isomer
linalool
neoisopulegol
|
0,75
0,26
5,25
|
Aldehydes |
citronelal
|
68,35
|
Esters |
citronellyl acetate
geranyl acetate
other esters
|
2,35
0,19
0,95
|
Oxides |
1,8-cineole
cis-rose oxide
|
0,43
0,16
|
Phenols |
menthyl eugenol
|
0,78
|
Sumber : Keville (1995)
Berdasarkan
analisis awal dapat dikemukakan bahwa jenis Eucalyptus
citriodora sangat berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Prospek
pengembangan ke depan sebagai hutan tanaman sangatlah berpeluang, karena selain
sebagai upaya reforestasi lahan juga daunnya secara berkala dapat dipanen
(dipangkas) untuk pemanfaatan sebagai bahan baku obat dan industri.
IV. KESIMPULAN
1. Terdapat 32
komponen yang terkandung pada minyak Eucalyptus
citriodora (asal daun dan ranting), 10 komponen yang mendominasi antara
lain : Cyclohexadiene (49,65%); Benzene (18,58%); Cyclohexen ( 8,36%); ; Caryophyllene
(2,54%) ; Bycyclogermacrene (2,39%); Cyclopropazulene (2,32%); Globulol (1,75%); Allyl-6-methoxyphenol (1,71%); Cubenol
(170%); Terpinenyl acetate
(1,45%).
2. Terdapat 33
komponen yang terkandung pada minyak Eucalyptus
citriodora (asal daun ), 10 komponen yang mendominasi antara lain : Cyclohexadiene
(53,83%); Benzene (17,97%); Cyclohexen (6,53%);
Allyl-6-methoxyphenol (2,24%); Bycyclogermacrene (2,14%); Caryophyllene (2,08%);
Cyclopropazulene (2,01%); Globulol (1,65%); Cubenol (1,43%); dan Cadinene
(1,01%).
3. Jenis Eucalyptus citriodora sangat
berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Prospek pengembangan ke depan
sebagai hutan tanaman sangatlah berpeluang, karena selain sebagai upaya
reforestasi lahan juga daunnya secara berkala dapat dipanen (dipangkas) untuk
pemanfaatan sebagai bahan baku obat dan industri.
DAFTARA PUSTAKA
Guenther, E. (1948), The Essential Oils,
Volume I, Van Nostrand Company Inc., New York
Gusmalina,
Zulnely dan E.S. Sumadiwangsa. 2005. Pengolahan Nilam Tumpangsari di Tasikmalaya. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan: Vol. 23.No.1:1-14.
Pusat Litbang Hasil Hutan, Bogor.
Gusmalina, Zulnely dan E.S.
Sumadiwangsa. 2002. profil pengusahaan nilam (Pogostemon cablin) pada lahan kawasan
hutan di daerah Jawa barat. (Studi Kasus 1: Desa Setianegara, Kabupaten
Kuningan). Seminar Hasil Penelitian Hasil Hutan 2002. Puslitbang Teknologi Hasil Hutan. Bogor.
Keville, K. 1995. Aromatherapy, A Complete Guide to
the Healing Art, The
Crossing press, USA, 1995
Mbak tolong tanya ya...
BalasHapusDimana saya bisa memperoleh/membeli bibit Eucalyptus citriodora?
Saya hanya butuh satu saja untuk ditanam sendiri.