APLIKASI ASG (ARANG
SERBUK GERGAJI) SEBAGAI PKT
(PEMBANGUN KESUBURAN
TANAH)
Oleh :
Gusmailina, Sri
Komarayati, Gustan Pari & Djeni Hendra
(Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Hasil Hutan)
RINGKASAN
Meningkatnya harga pupuk kimia serta
tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hara tanah baik pertanian, perkebunan ataupun
kehutanan merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian. Demikian juga dengan peningkatan kualitas
lingkungan hidup sudah menjadi program pembangunan nasional lintas sektoral.
Salah satu tindakan yang umum dilakukan
untuk memenuhi dan memperbaiki sifat dan hara tanah yaitu dengan pemberian
bahan organik, baik yang berasal dari tanaman maupun hewan. Pemberian bahan organik yang berasal dari
tanaman, diantaranya limbah serbuk
gergaji yang apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan masalah
lingkungan, seperti pengotoran lingkungan, sumber penyakit, serta akan menjadi sumber pemicu kebakaran. Serbuk gergaji belum dapat digunakan langsung
sebagai sumber bahan organik terutama pada tanaman, karena butuh waktu untuk
proses degradasi dari bahan komplek menjadi sederhana. Oleh sebab itu sebelum serbuk gergaji
digunakan perlu perlakuan terlebih dahulu, antara lain dibuat arang serbuk
gergaji (ASG), yang selanjutnya dapat digunakan langsung sebagai PKT (pembangun
kesuburan tanah) atau sebagai bahan pembuat arang kompos atau arang
kandang. Produk ini merupakan hasil
pengembangan dari Puslitbang Teknologi Hasil Hutan) Bogor yang dapat digunakan
sebagai pembangun kesuburan tanah (PKT) atau soil conditioning. Dari beberapa hasil penelitian yang
diperoleh sangat baik dan mempunyai prospek untuk dikembangkan dan
disosialisasikan.
Kata kunci : arang serbuk
gergaji, pembangun kesuburan tanah
I. PENDAHULUAN
Kandungan bahan organik pada lahan yang
dicadangkan untuk hutan tanaman umumnya rendah.
Pada pemanenan kayu telah terjadi proses pengeluaran hara secara
besar-besaran akibat penggunaan alat pemanenan hutan. Selain itu bahan organik
pada lapisan permukaan tanah semakin terancam akibat penyiapan lahan hutan tanaman secara mekanis. Rendahnya bahan organik akan menurunkan
produktivitas lahan hutan, terutama pada rotasi berikutnya. Kenyataan juga menunjukkan bahwa program
rehabilitasi kerusakan lahan yang masih meninggalkan lahan kritis seluas
7.269.700 ha yang harus dihijaukan, serta hutan seluas 5.830.200 ha yang masih
harus dihutankan kembali.
Di sektor pertanian, terjadi penurunan
produksi padi jenis IR 36 akibat pemberian pupuk kimia/anorganik secara intensif selama 25 musim tanam
(Martodiresi dan Suryanto, 2001). Hal
ini akibat menurunnya kandungan bahan organik tanah dari musim ke musim yang
tak bisa digantikan perannya oleh pupuk kimia NPK, sehingga kemampuan padi
membentuk anakan menurun. Keadaan ini
menunjukkan betapa pentingnya pemeliharaan stabilitas bahan organik tanah bagi
kelestarian produktivitas baik pertanian, perkebunan maupun kehutanan. Bahan organik tanah bukan hanya berfungsi
sebagai pemasok hara, tetapi juga berguna untuk menjaga kehidupan biologis di
dalam tanah. Oleh sebab itu untuk membangun kembali kesuburan lahan diperlukan
suatu teknologi, salah satu teknologi yang dapat diterapkan adalah dengan
penambahan arang. Hal ini dimungkinkan karena arang mempunyai pori yang efektif
untuk mengikat dan menyimpan hara tanah yang akan dilepaskan secara perlahan
sesuai konsumsi dan kebutuhan tanaman (slow release). Selain itu arang bersifat higroskopis sehingga hara dalam tanah tidak
mudah tercuci dan lahan berada dalam keadaan siap pakai.
Serbuk gergaji merupakan limbah yang dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan arang.
Dengan demikian pemanfaatan serbuk gergaji sebagai arang dapat ditujukan
untuk : mencari peluang strategis dalam peningkatan pengelolaan hasil hutan
melalui pemanfaatan kembali limbah serbuk gergaji. Arang serbuk gergaji (ASG) selain
dapat digunakan sebagai sumber energi juga dapat dimanfaatkan langsung sebagai
pembangun kesuburan tanah (PKT), untuk arang kompos, kompos arang
kandang, atau arang kandang.
Arang kompos merupakan salah satu produk
pupuk organik alternatif yang dapat diandalkan untuk mengatasi berbagai masalah
penurunan tingkat kesuburan tanah atau produktivitas lahan di Indonesia. Hal ini sesuai dengan salah satu kebijakan
Departemen Kehutanan yaituuntuk
memanfaatkan kayu seoptimal mungkin (Zero waste) yang berarti bahwa
semua industri pengolahan kayu baik besar maupun kecil harus mengusahakan tidak
menghasilkan limbah kayu. Namun demikian kenyataan di lapangan umumnya rendemen
industri penggergajian kayu masih berkisar antara 50 – 60 % yang di dalamnya
sebanyak 15-20 % terdiri dari serbuk gergajian.
Sampai tahun ini Indonesia memiliki 300 industri prnggergajian HPH dan
2505 unit industri kecil yang membutuhkan log sebanyak 15,6 juta m3.
Dari jumlah ini berarti akan dihasilkan limbah sebanyak 7,8 juta m3
termasuk serbuk kayu gergajian sebanyak
0,78 juta m3. Untuk industri besar dan terpadu, limbah serbuk
kayu gergajian sudah dimanfaatkan menjadi bentuk briket arang dan arang aktif
yang dijual secara komersial. Namun untuk industri penggergajian kayu skala
kecil yang jumlahnya mencapai ribuan unit dan tersebar di pedesaan, limbah ini
belum dimanfaatkan secara optimal.
Tulisan ini merupakan tinjauan tentang prospek ASG sebagai PKT yang didasari
oleh beberapa hasil percobaan.
II. ARANG SEBAGAI PKT
A. Arang, fungsi dan manfaatnya
Arang merupakan hasil
pembakaran dari bahan yang mengandung karbon yang berbentuk padat dan
berpori. Sebagian besar porinya masih
tertutup dengan hidrokarbon, ter dan senyawa organik lain yang komponennya
terdiri dari abu, air, nitrogen dan sulfur.
Proses pengarangan akan menentukan dan berpengaruh terhadap kualitas
arang yang dihasilkan (Sudradjat dan Soleh, 1994).
Proses pembuatan arang
dilakukan dengan cara memanaskan dalam suatu tempat tertutup (kiln) tanpa
kontak dengan udara langsung pada suhu 400 - 600 oC. Kiln dapat terbuat dari bata, logam, atau
tanah liat. Pembuatan arang pada
prinsipnya hampir sama di beberapa negara (Pari dan Nurhayati, 1997). Perbedaannya hanya pada disain dan model tungku yang digunakan, namun
tujuannya sama yaitu untuk mendapatkan arang yang berkualitas tinggi.
Menurut Ogawa (1989),
keuntungan pemberian arang sebagai pembangun kesuburan tanah (PKT), pada tanah
yaitu karena arang mempunyai kemampuan dalam memperbaiki sirkulasi air dan
udara di dalam tanah, sehingga dapat merangsang pertumbuhan akar serta
memberikan habitat yang baik untuk pertumbuhan semai tanaman. Selain dapat meningkatkan pH tanah, arang juga
dapat memudahkan terjadinya pembentukan dan peningkatan jumlah spora dari ekto
mupun endomikoriza. Suhardi (1998),
mengemukakan bahwa pemberian arang pada tanah selain dapat membangun
kesuburan tanah, berfungsi sebagai pengikat.
Hal ini erat kaitannya dengan isu tentang peranan ekosistem hutan (hutan
dan tanah) sebagai potensi rosot dalam penyerapan karbondioksida udara.
Di Jepang, penggunaan arang
dapat meningkatkan produksi padi sampai 50 %.
Selain itu penggunaan arang dapat menambah jumlah daun serta memperluas
tajuk pohon tanaman hutan kota, sehingga efektif untuk mengurangi serta
menurunkan polusi dan suhu udara melalui penyerapan CO2 udara (Japan
Domestic Fuel Dealers Association/JDFDA, 1994).
Hasil penelitian JDFDA
(1994), menunjukkan bahwa pemberian arang dan kalsium posfat secara bersamaan
pada beberapa jenis tanaman kehutanan dapat meningkatkan populasi mikoriza 4
kali lebih banyak dibanding tanpa pemberian arang. Pada tanaman Pinus, secara nyata
meningkatkan pembentukan cabang dan daun.
Demikian juga pada tanaman bambu dapat meningkatkan jumlah anakan. Di Indonesia,
Faridah (1996), menyimpulkan bahwa pemberian serbuk arang pada kadar 10
% volume media berpengaruh positif terhadap pertumbuhan awal tinggi semai kapur
(Dryobalanops sp). Sunarno dan
Faiz (1997) menyarankan pemberian arang
sekam padi sebagai bahan utama media semai di dalam pot tray sebagai
alternatif pengganti gambut.
B. Komponen hara yang
terkandung pada ASG
Kandungan hara yang
terdapat pada arang serbuk gergaji bergantung kepada bahan baku serbuk
gergaji. Secara umum arang yang
dihasilkan dari serbuk gergaji campuran mempunyai kandungan hara N berkisar
antara 0,3 sampai 0,6 %; kandungan P total dan P tersedia berkisar antara 200
sampai 500 ppm dan 30 sampai 70 ppm ; kandungan hara K berkisar antara 0,9
sampai 3 meq/100 gram; kandungan hara Ca berkisar antara 1 sampai 15 meq/100
gram; dan kandungan hara Mg berkisar antara 0,9 sampai 12 meq/100 gram
(Gusmailina dkk. 1999). Pemberian
arang sebagai campuran media semai tanaman secara nyata meningkatkan diameter
batang Eucalyptus urophylla (Gambar 1)
Cm
|
Gambar 1. Pengaruh pemberian beberapa jenis arang
terhadap pertumbuhan diameter batang
tanaman
E urophylla (Sumber: Gusmailina, dkk. 1999)
Keterangan :
ASP = arang sekam padi
ASG = arang serbuk gergaji
AB = arang bambu
Kp = kompos
K = kontrol
Aplikasi arang memberikan respon positif, baik terhadap tinggi
tanaman maupun diameter batang tanaman Acacia mangium sampai umur 1,5
bulan (Gambar 2 ). Penambahan 20 %
beberapa jenis arang menunjukkan bahwa media yang dicampur dengan arang serasah
memberikan respon terbaik, kemudian diikuti oleh perlakuan penambahan arang sekam padi. Demikian juga perlakuan penambahan 30 %,
menunjukkan bahwa pertumbuhan anakan lebih baik pada media yang dicampur dengan
arang serasah. Hasil sementara aplikasi arang pada
tanaman Eucalyptus urophylla di lapangan sampai umur 15
bulan menunjukkan bahwa rata-rata
pertambahan tinggi pada perlakuan penambahan arang bambu memberikan hasil yang
lebih baik diabnding ASG (Gambar 3) Gambaran
hasil secara umum hingga saat ini menunjukkan bahwa pemberian arang baik
sebagai campuran media, ataupun di lapangan memiliki prospek untuk
dikembangkan. Pemberian arang
berpengaruh baik terhadap pertumbuhan
tanaman Acacia mangium dan Eucalyptus urophylla. Serbuk
gergaji dan serasah merupakan bahan baku yang potensial dan mempunyai
prospek yang baik serta dapat disarankan sebagai arang untuk PKT
mau yang asik ? adu ayam
BalasHapus