Senin, 07 Maret 2016

PEMANFAATAN ARANG KOMPOS BIOAKTIF



PEMANFAATAN ARANG KOMPOS BIOAKTIF

(GUSMAILINA)



1.  Pengertian Arang Kompos Bioaktif (Arkoba)

Arang kompos bioaktif (Arkoba) adalah gabungan arang dan kompos yang dihasilkan melalui teknologi pengomposan dengan bantuan mikroba lignoselulotik yang tetap hidup di dalam kompos. Apabila diberikan ke tanah mikroba tersebut berperan  secara hayati sebagai biofungisida untuk  melindungi tanaman dari serangan penyakit akar, sehingga disebut bioaktif.    Keunggulan lain Arkoba adalah  keberadaan arang yang menyatu dalam kompos, sehingga bila diberikan pada tanah ikut andil dan berperan sebagai agent pembangun kesuburan tanah,  sebab arang mampu meningkatkan pH tanah  sekaligus memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah.  Oleh sebab itu Arkoba cocok dan tepat dikembangkan secara luas di Indonesia mengingat 2/3 (66,67%) dari lahan pertanian maupun kehutanan berada dalam kondisi masam (pH rendah), kritis dan marjinal akibat menurunnya kandungan bahan organik tanah dimana tidak bisa digantikan perannya oleh pupuk kimia.  Pengembangan produksi Arkoba saat ini minimal dapat memenuhi konsumsi lokal serta mendongkrak suksesnya program gerakan rehabilitasi hutan dan lahan (GERHAN) yang berlangsung hingga tahun 2009 dan Go Organik 2010, serta yang tidak kalah pentingnya adalah solusi tepat mengatasi persoalan limbah dan sampah kota.
Produk Arkoba ini dibuat dengan tujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah di sektor kehutanan dimana selama ini sebagai sumber polutan terutama serbuk gergaji dari industri perkayuan.  Selain itu juga karena volume limbah pada saat pemanenan hutan masih tinggi.  Oleh sebab itu teknologi Arkoba merupakan salah satu solusi alternatif untuk mengurangi limbah, menaikkan efisiensi dan menurunkan tingkat pencemaran. Selain itu Inovasi produk Arkoba dilatar belakangi oleh perbandingan dari beberapa hasil uji coba pengamatan pertumbuhan tanaman yang ditanam pada beberapa jenis media  arang serbuk gergaji.  Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pertumbuhan tanaman yang ditanam pada media campuran arang serbuk gergaji dan kompos, sehingga sejak tahun 1999 kelompok peneliti Pengolahan Kimia dan Energi Hasil Hutan (PKEHH) pada Puslitbang Hasil Hutan (P3HH) mulai mengembangkan produk arang kompos dengan bahan baku utama arang adalah serbuk gergaji, sedangkan bahan baku sekunder kompos dapat berasal dari limbah organik pertanian, serasah mangium, serasah tusam, dan serasah campuran dari beberapa jenis pohon.    
2.            Manfaat Arang kompos bioaktif
Arang kompos bioaktif dapat memacu perkembangan mikroorganisme tanah, meningkatkan nilai kadar tukar kation (KTK) tanah, pH tanah pada tingkat yang lebih sesuai bagi pertumbuhan tanaman, sehingga cocok untuk reklamasi lahan yang mempunyai tingkat kesuburan dan keasaman tanah yang rendah.  Arang kompos bioaktif mempunyai sifat yang lebih baik dari kompos konvensional karena keberadaan arang yang menyatu dalam kompos.  Morfologi arang yang mempunyai pori sangat efektif untuk mengikat dan menyimpan hara.  Hara tersebut dilepaskan secara perlahan sesuai dengan konsumsi dan kebutuhan tanaman (efek slow release). Karenanya hara tersebut tidak mudah tercuci,  lahan akan selalu berada dalam kondisi siap pakai.  Dari beberapa aplikasi arang kompos yang telah diuji cobakan, baik di laboratorium, maupun di lapangan menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman yang diberi arang kompos bioaktif meningkat hingga 2 kali lipat dibanding dengan yang tidak diberi arang kompos.   
     Aplikasi arang kompos bioaktif pada tanaman pak choi, brokoli, dan wortel secara tumpang sari dengan pinus di Ciloto, menunjukkan  bahwa hasil dalam satuan luas 400 m persegi, produksi meningkat 1, 5 kwintal, jika dibandingkan dengan pupuk yang yang biasa digunakan oleh petani seperti pupuk bokasi, selain itu juga mengurangi penggunaan pupuk kimia sebesar 40 % (Gambar 1 dan 2).

 
Gambar 1.  Aplikasi Arang Kompos Bioaktif pada tanaman sayuran di bawah tegakan Pinus di Ciloto

Di desa Karyasari, Kabupaten Bogor,  produksi arang kompos bio aktif difokuskan untuk memacu produktivitas daun murbei untuk budidaya ulat sutera.  Selain itu juga diaplikasikan pada budidaya nilam, pepaya, dan tanaman Melaleuca bracteata.  Hasil yang diperoleh sangat meyakinkan, karena hanya dengan memberi arang kompos bioaktif  0,5 kg/rumpun pada tanaman murbei yang berumur sekitar 10 bulan, meningkatkan jumlah daun murbei sebesar lima kali lipat,  selain meningkatkan kualitas benang sutera yang dihasilkan.
     
Gambar 2. Aplikasi Arang Kompos Bioaktif pd tanaman Murbei, nilam, cabai dan pepaya di kampung Cibogo, Desa. Karyasari, Kecamatan. Leuwiliang, Kabupaten. Bogor.


               Salah satu daerah yang menggunakan Arang Kompos untuk menunjang program GERHAN 2003-2004 adalah Kabupaten Garut, yang telah mengembangkan arang kompos sebanyak 360 ton sampai dengan bulan April 2004, dan hingga tahun 2008 kelompok ini telah melakukan produksi secara besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan GERHAN di Kabupaten Garut. Arang kompos yang dihasilkan juga digunakan pada persemaian bibit, serta sebagian juga sudah diaplikasi di lapangan dengan hasil yang memuaskan.  Untuk itu bagi daerah-daerah lain yang akan menggunakan arang kompos sebagai sarana penunjang program gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan (GNRHL) dapat mencontoh keberhasilan Kabupaten Garut.  Kegiatan tersebut langsung dikelola oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Garut bekerja sama dengan Koperasi Lestari Dinas Kehutanan Kabupaten Garut (Gambar 3 dan 4). 
Aplikasi arang kompos bioaktif sebagai campuran media tumbuh anakan jati di KRPH Jembolo Utara (Jawa Tengah) selama 4 bulan menunjukkan bahwa pemberian arang kompos bioaktif dari serbuk gergaji dapat meningkatkan tinggi dan jumlah anakan yang hidup sebesar 100 %. Demikian juga pada percobaan penggunaan arang kompos bioaktif pada anakan Gmelina, dimana hasil yang diperoleh dapat meningkatkan pertambahan tinggi dan diamater batang tanaman masing-masing 2,2 dan 1,6 kali lebih baik dibanding kontrol.



3.  Pemanfaatan  Arang Kompos Bioaktif di kabupaten Garut

           Pemanfaatan Arang kompos bioaktif pada tanaman Kol di Cibeureum, menunjukkan hasil yang bioaktif  sangat baik.  Hal ini ditunjukkan dengan produksi Kol yang lebih besar dan lebih padat dengan kisaran berat 3-5 kg/buah. Padahal biasanya maksimum hanya 2kg/buah (Gambar 3).

 
                      Gambar 3.  Aplikasi Arang Kompos pada tanaman sayuran Kol

Penggunaan arang kompos bioaktif sebagai campuran media tanaman hias (bunga ros/mawar dan algebra) sangat bagus. Efek yang ditunjukkan adalah selain warna bunga dan daun lebih cerah dan tajam, juga lebih tahan (tidak mudah gugur), bahkan jika dibiarkan kelopak bunga sama sekali tidak rontok sampai kering (Gambar 4).

  
Gambar 4.  Aplikasi Arang kompos pada tanaman bunga


Pemanfaatan arang kompos bioaktif di lahan Gerhan di lokasi Ranca Salak, pada tanaman Suren, tahun tanam 2004.  Rata-rata tinggi tanaman yang ditanam pakai arang kompos bioaktif sekitar 6 m dengan diameter kl 15-20 cm, sedangkan yang tidak pakai arang kompos baru mencapai 3m.
Gambar 5.  Aplikasi arang kompos bioaktif pd lahan Gerhan di lokasi Ranca Salak, Kab. Garut


Penggunaan arang kompos bioaktif pada tanaman tembakau hasilnya sangat bagus. Tembakau yang ditanam dengan arang kompos bioaktif menghasilkan daun rajangan seberat 7,5 ons, sedangkan yang tidak menggunakan arang kompos hanya mempunyai berat 3 ons. Dengan demikian daun tembakau yang ditanam dengan arang kompos bioaktif menhasilkan daun 2 kali lebih banyak dibanding daun tembakau yang tanpa menggunakan arang kompos bioaktif.   Pengeringan daun tembakau yang ditanam dengan menggunakan arang kompos bioaktif juga lebih efisien, yaitu hanya perlu 3-4 hari pengeringan, sedangkan yang tidak menggunakan arang kompos bioaktif memerlukan waktu lebih lama.   Demikian juga aroma rajangan daun tembakau yang ditanam dengan arang kompos bioaktif lebih tajam dibanding dengan aroma rajangan daun yang tidak pakai arang kompos bioaktif.

1 komentar: