RAHASIA DIBALIK ASAP CAIR *)
(The
Secrets behind Wood vinegar)
Sri Komarayati & Gusmailina **)
Peneliti pada Pusat Penelitian dan
Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan
Hasil.Hutan, Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16610, Telp./Fax. : (0251) 8633378 / 8633413, email : srikomp3hh@yahoo.com; gsmlina@gmail.com
ABSTRAK
Asap
cair atau cuka kayu adalah cairan destilat yang diperoleh dari proses
karbonisasi, cairan tersebut berwarna kuning kecoklatan – hitam. Asap cair dihasilkan dari asap yang
didinginkan yang dapat dibuat dari limbah lignoselulosa dengan teknologi yang
sederhana. Rahasia yang dimiliki asap cair selain bersifat asam, memiliki aroma
dan rasa spesifik ,juga mengandung komponen kimia yang multi guna bagi manusia,
hewan maupun tumbuhan, seperti asam asetat, fenol dan methanol. Cairan asap
cair ini dapat digunakan sebagai obat penyakit kulit, biopestisida, pemacu pertumbuhan
tanaman, pengawet makanan, pengawet kayu, pembersih ruangan, penyerap racun
dalam tubuh, anti oksidan, anti mikroba, koagulan dan menghilangkan bau pada
pengolahan karet, pencegah jamur dan lain-lain. Tulisan ini bertujuan untuk
menyebar luaskan informasi dan hasil penelitian sekaligus mengungkap rahasia
yang terdapat pada asap cair (cuka kayu).
Kata kunci :
karbonisasi, limbah lignoselulosa,asap cair, manfaat,
============================================================================
* )
Disampaikan
sebagai makalah poster pada Seminar Hasil Penelitian PUSTEKOLAH di Bogor,
Nopember 2014.
**)
Peneliti pada Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan
(Pustekolah), Badan Litbang Kehutanan. Bogor.
ABSTRACT
Wood vinegar or liquid smoke refers to
the distillate liquid obtained from the carbonization on wood or other
ligno-cellulosic stuffs. Such liquid
usually exhibits brownish yellow to black color. The technology as employed is quite simple,
whereby the smoke as evolved during wood/other ligno-cellulosic stuff
carbonization is condensed into liquid and then collected as a so-called wood
vinegar. It smells aromatic and tastes
specific, inherently acidic and containing chemical compounds such as acetic
acid, phenol, and methanol. Each of the
wood vinegar compounds can impart benefits to humans, animals, as well as
plants. Liquid smoke is beneficial for
curing skin diseases, biopesticide, plant-growth enhancer, food preservative,
wood preservative, room cleaning, poison adsorption in human body, antioxidant,
antimicrobe, coagulants, odor elimination during rubber processing, fungi
prevention, etc. This paper aims to
disseminate widely information and research results about wood-vinegar-related
aspects, and concurrently to unveil the secrets possibly still hidden in the
wood vinegar.
Keywords: Wood vinegar, carbonization, ligno-cellulosic
wastes, benefits
I. PENDAHULUAN
Asap cair atau cuka kayu
adalah cairan organik alami yang dihasilkan dari kondensasi asap pada proses
karbonisasi. Asap terbentuk karena pembakaran yang tidak sempurna yaitu
pembakaran dengan jumlah oksigen terbatas yang melibatkan reaksi dekomposisi
bahan polimer menjadi komponen organik dengan bobot yang lebih rendah. Asap
cair/ cuka kayu berwarna kuning kecoklatan
sampai kehitaman dan berbau menyengat. Bahan yang digunakan untuk dibuat asap cair
banyak terdapat disekeliling kita yaitu limbah lignoselulosa seperti potongan
atau sebetan kayu, potongan bambu, tempurung kelapa, tempurung kelapa sawit,
dan lain-lain.
Saat ini sudah banyak masyarakat yang
mencoba memproduksi asap cair, baik untuk keperluan sendiri maupun dijual. Hal
ini terjadi karena proses pembuatan asap cair sangat mudah dengan menggunakan
tungku yang sederhana, selain itu dari
satu kali proses dapat diperoleh dua produk yaitu arang dan asap cair.
Dalam asap cair terdapat komponen kimia
organik yang sangat berguna bagi kehidupan. Antara lain sebagai pengawet
makanan, pemacu pertumbuhan tanaman, pengendali/penghambat hama dan penyakit
tumbuhan, pencegah jamur, bakteri, disinfektan, obat penyakit kulit, penyubur
hewan ternak , menghilangkan bau kotoran dalam kandang, dan lain-lain.
Tujuan dari tulisan ini
adalah untuk menyebar luaskan informasi dan hasil penelitian sekaligus
mengungkap rahasia yang terdapat pada asap cair (cuka kayu).
II. RAHASIA ASAP CAIR
A. Cara Mendapatkan Asap Cair
Asap
cair adalah hasil kondensasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran baik secara
langsung maupun tidak langsung dari bahan yang banyak mengandung lignin,
selulosa, hemiselulosa serta senyawa karbon lainnya. Asap cair bisa juga berarti hasil pendinginan
dan pencairan asap dari bahan yang dibakar dalam ruang tertutup (kiln). Asap
yang semula partikel padat didinginkan dan kemudian menjadi cair itu disebut
dengan asap cair.
Untuk mendapatkan asap cair bisa dengan cara
pirolisis, dengan bantuan panas tanpa adanya oksigen atau oksigen yang
terbatas. Dari proses juga dihasilkan gas, pyrolisis oil, dan arang, yang
proporsinya tergantung dari metode pirolisis dan karakteristik bahan baku. Inilah
keunikan dari asap cair. Asap yang kalau
dibiarkan lepas ke udara akan menjadi polutan, namun dengan sedikit input
teknologi dapat dirubah menjadi sumberdaya yang multifungsi
B. Kandungan Asap Cair
Asap cair mengandung berbagai komponen kimia antara
lain : alkohol, aldehid, keton, asam organik seperti furfural, formaldehid yang
berfungsi sebagai bahan pengawet, Fenol, quinol dan pirogalol berperan sebagai
antioksidan, antiseptik dan anti bakteri. Kelompok asam yang sangat berperan
penting dalam asap cair adalah asam
asetat yang dapat memacu pertumbuhan tanaman, sedangkan asam propionat dapat
mencegah pertumbuhan jamur dan juga sebagai pengawet ikan. Senyawa asam yang
terdapat dalam asap cair merupakan asam organik yang terbentuk akibat proses
pirolisis komponen kimia kayu seperti lignin, selulosa dan hemiselulosa.
Alkohol, fenol dan asam asetat
diindikasikan merupakan senyawa-senyawa yang memiliki fungsi sinergi sebagai
denaturan protein dan dapat menghidrolisi lipid, sehingga dapat merusak
membrane sel pada jaringan tubuh cendawan dan menginaktivasi enzim yang
disekresikan oleh cendawan (Pelczar, 1988 dalam Aisyah et al, 2013); Wibowo, 2012.
Fenol merupakan senyawa yang berbau
khas, mempunyai sifat antiseptic, fungsi fenol antara lain dalam pengaturan
aktivitas enzim tertentu, bersifat racun pada serangga, merupakan racun bagi
hewan pemangsa tumbuhan (Wawoeruntu et al,
1971 dalam Darmawan, 2014). Selain itu, fenol berpengaruh terhadap rayap,
bersifat anti jamur dan bakteri (Cowan, 1999 dalam Darmawan, 2014).Senyawa lain
selain fenol yaitu senyawa furfural, berfungsi sebagai pengendali hama dari
kelompok binatang Nematoda. Menurut S. Wiyono dalam Rahimah 2014, menyebutkan
bahwa asap cair mengandung alkaloid dan metabolit sekunder yang dapat digunakan
sebagai pestisida.
Asam asetat dan furfural merupakan
senyawa yang mempunyai kemampuan untuk menolak hama siput. Penolakan terhadap
hama, disebabkan keberadaan senya-senyawa tersebut secara bersamaan
(Hagner, 2013).
Gambar 1 : Komposisi komponen
kimia asap cair dari limbah kayu mindi
C. Aplikasi Asap Cair
Dalam beberapa tahun belakangan
ini asap cair telah dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, sebagian besar
digunakan untuk mendukung sistem budidaya pertanian, baik sebagai pemacu
pertumbuhan maupun sebagai pencegahan serangan hama dan penyakit. Pada tabel 1 dapat dilihat beberapa hasil
penelitian penggunaan asap cair dari beberapa jenis bahan baku terhadap beberapa
jenis tanaman.
Tabel 1. Aplikasi
Asap Cair Pada Beberapa Jenis Tanaman
No
|
Jenis asap
cair
|
Dosis Asap
cair
|
Jenis tanaman
|
Hasil
|
Keterangan
|
1.
|
Kayu tusam
|
1%
|
-
|
Dapat menghambat bakteri Pseudomomnas solanacearum
|
1)
|
2.
|
Kayu bakau
|
0,1%
|
-
|
Dapat menghambat pertumbuhan jamur Scieritium rolfsii
|
2)
|
3.
|
Kayu tusam
|
1%
|
Jahe
|
Per rimpang 650 gr
|
3)
|
4.
|
Kayu tusam
|
4%
|
Tusam/ Pinus sp
|
Bercak daun Pestalotia
sp dpt dikendalikan, daun sehat & segar kembali
|
4)
|
5.
|
Kayu campuran
|
2,5%
|
Padi varietas Ciherang
|
Produksi gabah kering meningkat
|
5)
|
6.
|
Kayu mangium
|
1%
|
Kol/ Kubis
|
Produksi meningkat, hama menurun
|
6)
|
7.
|
Kayu tusam
|
1 – 2%
|
Mentimun, cabe, caisin
|
Tanaman tdk diserang cendawan
|
7)
|
8.
|
Kayu tusam
|
2 – 3%
|
Pinus sp muda
|
Hama kutu sisik dpt dikendalikan
|
8)
|
9.
|
Kayu campuran
|
1 – 3%
|
Sengon dan jabon
|
Dpt meningkatkan .pertumbuhan & melindungi serangan
hama & penyakit
|
9)
|
10.
|
Kayu campuran
|
2%
|
Temulawak
|
Efektif untuk mencegah hama & penyakit
|
10)
|
11.
|
Kayu campuran
|
6%
|
-
|
Dpt mengendalikan serangga hama Spodoptera litura
|
11)
|
12.
|
Kayu mahoni
|
2%
|
Sengon
|
Dpt meningkatlkan pertumbuhan tinggi & riap
|
12)
|
13.
|
Kayu tusam
|
1%
|
Benih Pinus merkusii
|
Dpt mempercepat wkt per kecambahan benih
|
13)
|
14.
|
Tempurung kelapa
|
0,25 – 6,00%
|
-
|
Mampu menghambat pertumbuhan koloni cendawan Colletotrichum gloeosproides &
Fusarium oxysporum
|
14)
|
15.
|
Tempurung kelapa
|
0,5%
|
Benih jagung & kedelai
|
Dpt menurunkan tingkat serangan patogen tular benih
jagung & kedelai
|
15)
|
16.
|
Kayu tusam
|
1%
|
Bibit Pinus
merkusii di persemaian
|
Mampu menekan penyakit lodoh dan bercak daun
|
16)
|
Sumber :
1)
dan 2) Nurhayati, 2000 ; 3) Nurhayati et
al, 2003 ; 4) Utami et al,
2009
5)
Nurhayati et al, 2006 ; 6) Nurhayati, 2007 ; 7) Pari &
Nurhayati, 2009
8) Anggraeni
et al, 2006 ; 9) Komarayati et al, 2011 & 2013 ;
10)
Komarayati et al, 2013 ; 11)
Utami et al, 2009 ; 12)
Siarudin& Suhaendah,
2007 ; 13) dan 16) Sumantoro
& Astanti, 2012 ; 14) Aisyah et
al, 2013 ;
15) Nugroho & Aisyah, 2013
Pada Tabel 1 dapat diketahui
beberapa aplikasi asap cair yang dibuat dari berbagai limbah lignoselulosa.
Aplikasi dilakukan pada beberapa jenis
tanaman dengan dosis yang bervariasi .
Dari hasil pengamatan ternyata asap cair merupakan cairan yang multi manfaat dengan
fungsi yang berbeda. Selain pernyatan tersebut di atas, ternyata asap cair
telah terbukti dapat mengusir serangan Ganoderma pada kebun kelapa sawit. Ganoderma
dapat menyebabkan busuk pangkal batang, dimana dalam 2-3 tahun pasca serangan,
tanaman akan mati. Setelah dilakukan penyemprotan dengan asap cair dari
tempurung kelapa sawit, serangan Ganoderma dapat diusir dan tanaman kelapa
sawit terlindungi. Hal terjadi karena asap cair mengandung fenol yang mampu
menghambat pertumbuhan cendawan, juga asap cair mengandung asam-asam organik
seperti asam propionat yang mampu menghambat pertumbuhan cendawan Poliporus alcularius (Thamrin, 2014
dalam
Rahimah,
D. Asap Cair Sebagai Bahan Pengawet
Makanan
Pengawet makanan termasuk dalam kelompok zat tambahan makanan yang bersifat inert secara farmakologik (efektif dalam jumlah kecil dan tidak toksis). Pemakaian pengawet sangat luas. Hampir seluruh industri mempergunakannya, termasuk industri farmasi, kosmetik, dan makanan. Di bidang kesehatan dan farmasi, penggunaan pengawet dibatasi jenis dan jumlahnya. Khusus untuk pengawet makanan, diatur melalui Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88. Namun, banyak pihak tidak bertanggung jawab menggunakan bahan pengawet yang dilarang BPOM untuk makanan seperti formalin, yang biasanya digunakan pada bakso, tahu, ikan dengan alasan biaya murah dan produk keliatan lebih bagus serta tahan lebih lama. Penggunaan formalin bisa digantikan dengan asap cair, karena harganya yang cukup murah dan alami.
Beberapa cara proses pengawetan menggunakan asap cair (Hidayat, 2013) yaitu
:
1. Asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai antioksidan,
sehingga menghambat kerusakan pangan dengan cara mendonorkan hidrogen. Dalam jumlah sangat kecil, asap cair efektif
untuk menghambat autooksidasi lemak, sehingga dapat mengurangi kerusakan pangan
karena oksidasi lemak oleh oksigen.
2. Kandungan asam pada asap cair juga efektif dalam mematikan dan
menghambat pertumbuhan mikroba pada produk makanan dengan cara senyawa asam itu
menembus dinding sel mikroorganisme yang menyebabkan sel mikroorganisme menjadi
lisis kemudian mati. Dengan menurunnya jumlah bakteri dalam
produk makanan, kerusakan pangan oleh mikroorganisme dapat dihambat sehingga
meningkatkan umur simpan produk pangan.
3. Asap cair grade 3 tak dapat digunakan untuk pengawet makanan, karena
masih banyak mengandung tar yang karsinogenik. Asap cair grade 3 tidak
digunakan untuk pengawet bahan pangan, tapi dipakai pada pengolahan karet
penghilang bau dan pengawet kayu biar tahan terhadap rayap. Cara penggunaan
asap cair grade 3 untuk pengawet kayu agar tahan rayap dan karet tidak bau
adalah 1 cc asap cair grade 3 dilarutkan dalam 300 mL air, kemudian
disemprotkan atau merendam kayu ke dalam larutan.
4. Asap cair grade 2 dipakai untuk pengawet makanan sebagai pengganti
formalin dengan taste asap (daging asap, ikan asap/bandeng asap) berwarna
kecoklatan transparan, rasa asam sedang, aroma asap lemah. Cara penggunaan asap
cair grade 2 untuk pengawet ikan adalah celupkan ikan yang telah dibersihkan ke
dalam 25 persen asap cair dan tambahkan garam. Biasanya ikan yang diawetkan
dengan menggunakan asap cair grade 2 bisa tahan selama tiga hari.
5. Asap cair grade 1 digunakan sebagai pengawet makanan siap saji seperti
bakso, mie, tahu, bumbu-bumbu barbaque. Asap cair grade 1 ini berwarna bening,
rasa sedikit asam, aroma netral dan merupakan asap cair paling bagus
kualitasnya serta tidak mengandung senyawa yang berbahaya untuk diaplikasikan
ke produk makanan. Cara menggunakan asap cair grade 1 untuk pengawet makanan
siap saji adalah 15 cc asap cair dilarutkan dalam 1 liter air, kemudian
campurkan larutan tersebut ke dalam 1 kg adonan bakso, mie atau tahu. Saat
perebusan juga digunakan larutan asap cair dengan kadar yang sama dilarutkan
dalam adonan makanan. Biasanya bakso yang memakai pengawet asap cair grade 1
bisa tahan penyimpanan selama enam hari.
D. Testimoni
Dari hasil
sosialisasi pada kelompok masyarakat/ kelompok tani di beberapa daerah seperti
Pandeglang, Cianjur, Ciamis, Toraja, telah terbukti bahwa asap cair dapat
meningkatkan pertumbuhan dan produksi sayur-sayuran, dapat menghambat
pertumbuhan cendawan pada tanaman coklat, meningkatkan produksi padi, cabe,
untuk pengawetan bambu, kayu, mencegah rayap, pengawet makanan (ikan) sebagai
penggati formalin.
Di bidang kesehatan, asap cair diketahui
dapat digunakan sebagai detox pada telapak kaki, yaitu racun-racun dalam tubuh
dapat dikeluarkan, menunjang sirkulasi darah, mengaktifkan jaringan sel dan
memantapkan sistem kekebalan tubuh
V. PENUTUP
Di balik warna gelap dan bau
menyengat asap cair ternyata mengandung banyak manfaat yang menguntungkan bagi
manusia, hewan maupun tumbuhan. Di Indonesia banyak tersedia bahan baku yang
potensial untuk dibuat asap cair seperti limbah kayu, limbah bambu, limbah
tempurung kelapa sawit, limbah tempurung kelapa dan lain-lain. Dengan input
teknologi sederhana, dari limbah tersebut dapat dihasilkan asap cair yang
banyak manfaatnya. Semoga tulisan ini dapat memberikan dampak positif bagi
pengguna.
VI. DAFTAR
PUSTAKA
Aisyah, I., N. Juli dan G.
Pari. (2013). Pemanfaatan asap cair tempurung kelapa untuk
mengendalikan
cendawan penyebab penyakit antraknosa dan layu Fusarium
pada ketimun. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 31 (2) : 170 –
178. Bogor. Pusat
Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan
Anggraeni, I, S.E. Intari dan
W. Darwiati. (2006). Hama dan Penyakit Hutan
Tanaman. Prosiding Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Bogor. Badan Litbang Kehutanan. Bogor, Desember 2006
Darmawan. U.W. (2014). Cuka kayu sebagai
pengendali hama dan penyakit tanaman.
FORPRO. Vol 3, No.1: 25-29. Edisi Juni 2014.
Hagner, M. (2013). Potential of the slow
pyrolisis products birch tar oil, wood vinegar and biochar in suistenable plant
protection – pesticidal effects, soil improvement risks. Departement of
Environmental of Helsinki, Lahti. Finland (Thesis).
Komarayati, S; Gusmailina dan G.Pari. (2011).
Produksi cuka kayu hasil modifikasi
tungku arang terpadu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 29, no. 3:
234-247.
Puslitbang Teknologi Hasil
Hutan dan Pengolahan Hasil Hutan. Bogor.
Komarayati, S. (2012). Produksi, kualitas,
manfaat arang dan cuka kayu yang dihasilkan
dari
tungku drum modifikasi. Prosiding Seminar MAPEKI XV di
Makassar, 6-7 Nopember 2012.
Nugroho, A dan I. Aisyah. (2013).
Effektivitas asap cair dari limbah tempurung kelapa
sebagai biopestisida benih di gudang
penyimpanan. Jurnal Penelitian Hasil
Hutan 31(1) : 1-8. Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil
Hutan. Bogor.
Nurhayati,
T., Gusmailina, E. Basri, S. Suprapti, E. Suwardi . (2003). Aplikasi teknologi
hasil hutan dalam upaya mendukung pengembangan usaha kecil menengah dan
perhutanan sosial. Ekspose Hasil-Hasil
Litbang Hasil Hutan Dalam Mendukung Program Restrukturisasi Industri
Kehutanan. Bogor, 16 Desember 2003.
Nurhayati., R. A. Pasaribu dan
D. Mulyadi. (2006). Produksi dan pemanfaatan cuka kayu dari serbuk gergaji kayu
campuran. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan 24(5) : 395 – 411. Puslitbang
Hasil Hutan. Bogor.
Nurhayati,
T. (2007). Produksi arang terpadu dengan cuka kayu dan pemanfaatan cuka kayu
pada tanaman pertanian. Makalah pada
acara pelatihan pembuatan arang terpadu
dan produk turunannya. Di Dinas Kehutanan Kabupaten Bulungan, Kalimantan
Timur, 17-26 Juli 2007
Pari. G dan T. Nurhayati. (2009). Cuka kayu dari tusam dan
limbah campuran industri
penggergajian kayu untuk
kesehatan tanaman dan obat. Laporan Hasil
Penelitian
tahun 2009. Puslitbang Hasil Hutan. Bogor. Tidak diterbitkan
Rahimah,D.S.
2014. Asap usir elmaut.
Trubus, no. 536, Juli 2014/XLV.
Siarudin, M dan E. Suhaendah. (2007). Uji pengaruh
mikoriza dan cuka kayu terhadap pertumbuhan lima provenan sengon dipesemaian. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan 1 (1) :
1 - 4 , Juli 2007. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan
Tanaman Hutan. Balai Penelitian Kehutanan. Ciamis.
Sumantoro,P dan F. Astanti. (2012). Pengendalian penyakit lodoh dan
bercak daun pada persemaian Pinus (Pinus
merkusii) dengan cuka kayu. Prosiding
Seminar Nsional Kesehatan Hutan dan Kesehatan Pengusahaan Hutan untuk
Produktivitas Hutan. Bogor, 14 Juni 2014.
Utami, S, I. Anggraeni dan A. Ismanto. (2009).
Pemanfaatan cuka kayu (Wood Vinegar)
untuk pengendalian larva Spodoptera
litura secara invitro. Prosiding
Seminar Nasional Biologi UGM, 24 Sepetember 2009 di Yogyakarta.
Wibowo. S. (2012). Karakteristik asap cair tempurung nyamplung. Jurnal Penelitian
Hasil Hutan, 30(3). Pusat
Penelitian Dan Pengembangan Keteknikan Dan
Pengolahan Hasil Hutan. Bogor.
Dika Junianto Hidayat . (2013). Pembuatan Asap
Cair Dengan Metoda Pirolisis.
http://asapcairsebagaipengawet.blogspot.com.
Diakses Agustus 2013.
ayam tarung
BalasHapus