Senin, 07 Maret 2016

TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN DRYNOBALANOPS SP UNTUK PENINGKATAN NILAI TAMBAH



LAPORAN HASIL PENELITIAN
TAHUN  2011


TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN DRYNOBALANOPS SP UNTUK PENINGKATAN NILAI TAMBAH

Identifikasi beberapa jenis Dryobalanops sp penghasil getah potensial


Oleh:

1.    Dra. Gusmailina, M.Si
2.    Dra. Sri Komarayati
3.    Dra. Zulnely

















PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN
KEMENTERIAN KEHUTANAN
BOGOR, 2011

LEMBAR PENGESAHAN


LAPORAN HASIL PENELITIAN
TAHUN  2011



TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN DRYNOBALANOPS SP UNTUK PENINGKATAN NILAI TAMBAH

Identifikasi beberapa jenis Dryobalanops sp penghasil getah potensial




                                                                                 Bogor, Desember  2011


Mengetahui
Ketua Kelti,



Djeni Hendra, M.Si.
NIP. 19550108 198503 1 001
Pelaksana Utama,




Dra. Gusmailina, M.Si
NIP. 19570801 198603 2 001

Menyetujui
Koordinator,



Ir. Totok K. Waluyo, M.Si
NIP. 19600506 198703 1 004

Mengesahkan
Kepala Pusat,



Dr. Ir. IB. Putera Parthama, MSc.
NIP. 19590502 198603 1 001



ABSTRAK

Dryobalanops spp merupakan jenis pohon yang termasuk ke dalam suku Dipterocarpaceae.  Jenis ini selain menghasilkan kayu untuk pertukangan, bangunan dan perkapalan, juga menghasilkan komoditi hasil hutan bukan kayu (HHBK) berupa getah yang diperoleh dari batang pohon. Di Indonesia terdapat sekitar 7 marga Dryobalanops.  Selama ini hanya 1-2 jenis yang dikenal penghasil HHBK yaitu jenis Aromatica.  Unsur yang dimanfaatkan dari pohon kapur ini adalah kristal kapur dan minyak kapur. Kristal kapur diperoleh pada bagian tengah (dalam) batang pohon, namun  informasi tentang produktivitas, kuantitas dan kualitas Dryobalanops spp sebagai penghasil HHBK belum banyak ditemukan.  Padahal Borneol salah satu komponen utama yang dihasilkan dari getah Dryobalanops sp yang mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi dan sangat dibutuhkan dalam pengembangan produk kosmetika dan obat.  Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian tentang jenis Dryobalanops spp secara menyeluruh, dalam rangka memperkaya dan meningkatkan nilai tambah hasil.
Penelitian ini merupakan upaya untuk mencari teknologi pengolahan dan pemanfaatan Dryobalanops spp yang tepat yang berguna untuk meningkatkan nilai tambah dari jenis tersebut.   Penelitian tahun pertama (2011) bertujuan untuk identifikasi beberapa jenis Dryobalanops spp penghasil getah potensial, sekaligus mengetahui sifat dan karakteristik getah yang dihasilkan.  Hasil yang diperoleh dijadikan dasar untuk penelitian pada tahun-tahun berikutnya.    Sasaran yang ingin dicapai adalah tersedianya informasi beberapa jenis Dryobalanops yang menghasilkan getah yang potensial. 
Metode penelitian yaitu inventarisasi Dryobalanops penghasil getah, analisis produktivitas getah, analisis kualitas getah secara chromatografi/GC-MS pyrolisis dan analisis data sesuai hasil yang diperoleh. Hasil tahun pertama diperoleh 4 sampel getah dari Sumatera dan Kalimantan, namun berdasarkan analisis chromatografi, hanya 2 sampel yang mengandung senyawa borneol sebagai penciri getah Dryobalanops, sedangkan 2 sampel merupakan getah keruing (Dipterocarpus sp). Data produktivitas getah Dryobalanops belum dapat dilakukan secara akurat, oleh karena keberadaan jenis pohon ini sudah sangat langka. Data sementara yang diperoleh perkiraan getah Dryobalanops aromatica yang diperoleh di hutan perbatasan Kalimantan-Serawak adalah 20 gram setelah menunggu selama 3 jam. 



Kata kunci :  Dryobalanops, getah, identifikasi, potensial


 

I.  PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang

Dryobalanops spp merupakan jenis pohon yang termasuk ke dalam suku Dipterocarpaceae.  Jenis ini selain menghasilkan kayu untuk pertukangan, bangunan dan perkapalan, juga menghasilkan komoditi hasil hutan bukan kayu (HHBK) berupa getah yang mengandung resin yang diperoleh dari batang pohon. Di Indonesia terdapat sekitar 7 marga Dryobalanops, salah satu jenis Dryobalanops yang sudah dikenal sejak lama adalah jenis Aromatica/kampher.  Getah diambil dari batang pohon dan selama ini langsung dijual, sehingga nilai jual lebih rendah dibanding apabila getah diolah terlebih dahulu.  Padahal hasil olahan getah D. aromatica ini dipasaran dikenal dengan nama Borneol mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi, tetapi belum banyak yang mengetahui bagaimana cara mengolah getah Dryobalanops menjadi kristal Borneol. Oleh sebab itu perlu dicari teknologi yang tepat untuk mengolah getah menjadi kristal, sehingga kemurnian borneol tetap terjaga.
Secara keseluruhan penelitian bertujuan untuk mendapatkan teknologi pengolahan dan pemanfaatan Dryobalanops spp sebagai HHBK untuk peningkatan nilai tambah, yang akan dilakukan dalam waktu 4 tahun. Sebelum mendapatkan teknologi yang diinginkan, perlu dilakukan eksplorasi dan identifikasi terlebih dahulu terhadap keberadaan jenis-jenis Dryobalanops yang ada.  Karena sangat dibutuhkan dalam pengembangan penelitian selanjutnya, sehingga penelitian lanjutan akan dilakukan terhadap jenis Dryobalanops yang potensial baik itu potensi keberadaan, produktivitas, maupun kualitas dari getah yang diperoleh.
Penelitian ini merupakan penelitian tahun pertama (2011), bertujuan untuk mengidentifikasi beberapa jenis dari marga Dryobalanops yang menghasilkan getah yang potensial, serta untuk mengetahui sifat dan karakteristik getah yang dihasilkan.  Hasil yang diperoleh kemudian menjadi dasar untuk penelitian pada tahun-tahun berikutnya. 
B.  Tinjauan Pustaka

Dryobalanops spp merupakan jenis yang termasuk ke dalam suku Dipterocarpaceae.  Penyebarannya mulai dari  Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan seluruh Kalimantan. Dryobalanops  juga dikenal dengan nama Kapur, diantaranya yang penting adalah:  Dryoblanops aromatica Gaertn. (Kapur singkel),  Dryobalanops fusca V.Sl. (Kapur empedu),  Dryobalanops. lanceolata Burck (Kapur tanduk),  Dryobalanops beccarii Dyer (Kapur sintuk),  Dryobalanops  rappa Becc. (Kapur kayat),  Dryobalanops keithii Symington  (kapur gumpait),  dan Dryobalanops oblongifolia Dyer  atau kapur keladan (Heyne, 1987).  
Umumnya pemanfaatan Dryobalanops spp selama ini lebih kepada kayunya   untuk balok, tiang dan konstruksi atap, papan pada bangunan perumahan dan jembatan, serta juga dipakai untuk perkapalan, peti (koper) dan mebel.  Kecuali  beberapa jenis Dryoblanops seperti aromatica, terkenal sebagai penghasil barus atau kamper.  di Korea dan Jepang, pohon yang menghasilkan barus atau kamper ini dikenal dengan nama Cinnamomum camphora dari Famili Lauraceae, sedangkan kamper di Indonesia diperoleh dari pohon Dryobalanops aromatica Gaertn, yang masuk dalam Famili Dipterocarpaceae. Di Pulau Sumatera. Pohon kapur tumbuh liar pada tanah datar, dengan serapan air yang baik maupun pada daerah lereng bukit di hutan tropis yang mencapai ketinggian hingga 500 meter dari permukaan laut. Umumnya pohon ini tumbuh dengan ukuran diameter batang yang besar dan membentuk barisan pohon dengan ketinggian yang relatif sama dan rata (Whitten dkk.,1984 ; Simarangkir, 2000).  Pada abad ke-17, selain di daerah Barus pohon ini juga banyak tumbuh di daerah Dairi dan Kelasan yang merupakan daerah pegunungan, serta di tepi sungai Cinendang, Singkel (Vurren,1908 dalam Sutrisna, 2008).

B.1.  Jenis-jenis Dryobalanops
Menurut Tong Shaoquan & Tao Gouda (1990),  Dryobalanops memiliki 16 spesies subspecies, varieties, forms, and cultivars dalam genus antara lain: D. abnormis · D. aromatica (Sumatra Camphor) · D. beccarii · D. camphora · D. fusca · D. kayanensis · D. keithii · D. lanceolata · D. neglectus · D. oblongifolia · D. oblongifolia oblongifolia · D. oiocarpa · D. oocarpa · D. rappa · D. schefferi · D. sumatrensis.  Beberapa ahli Taksonomi dan Botani menjelaskan di dalam Wikipedia dan http://www.gwannon.com, jenis Dryobalanops terdiri dari 7 spesies yang kesemuanya terdapat di pulau Kalimantan dan Sumatera, akan tetapi saat ini keberadaan Dryobalanops sudah sangat jarang ditemukan di tegakan hutan alam baik di Sumatera maupun Kalimantan.  Di beberapa tegakan hutan tanaman dan penelitian telah ditanam beberapa spesies Dryobalanops seperti D. Lanceolata dan D. Oblongifolia.  Sebagai penelitian awal perlu diketahui ke tujuh jenis Dryobalanops berdasarkan beberapa pustaka antara lain :
1.      Dryobalanops aromatica, umumnya dikenal sebagai Borneo Kamper, Kamper Pohon, Melayu Kamper, atau Sumatera Kamper, adalah spesies tanaman dalam keluarga Dipterocarpaceae. Para aromatica nama spesies berasal dari bahasa Latin (aromaticus = rempah-rempah seperti) dan mengacu pada bau damar (resin). Spesies ini salah satu sumber utama dari kapur barus yang mempunyai nilai lebih dari emas yang digunakan untuk dupa dan parfum, sehingga pada awalnya pedagang Arab yang datang untuk mencari sebagai komoditi perdagangan. Hal ini ditemukan di Sumatera, Semenanjung Malaysia dan Kalimantan. Pohon besar mencapai 65 m atau bahkan 75 m, dahulu banyak ditemukan di hutan Dipterocarpaceae campuran pada kedalaman tanah berpasir kuning humat, pada hutan lindung.  Kayu berat yang dijual dengan nama dagang Kapur.
2.      Dryobalanops Rappa.  Nama spesies ini berasal dari suku Iban (rawa kerapa = dangkal) dan mengacu pada habitat spesies. Spesies ini endemik Kalimantan. Hal ini ditemukan pada kawasan yang dilindungi (Gunung Mulu National Park), tetapi di tempat lain terancam karena kehilangan habitat  Pohon ini dapat mencapai tinggi sampai 55 m, sering ditemukan di hutan rawa gambut pantai campuran dan hutan pegunungan rendah kerangas. Ini adalah kayu berat yang dijual dengan nama dagang  Kapur.
3.      Dryobalanops keithii.  Spesies ini dinamai HG Keith pada tahun 1899-1982 suatu Konservator Hutan di Borneo Utara. Spesies ini endemik Kalimantan, di mana ia terancam karena kehilangan habitat. Pohon dengan kanopi utama mencapai tinggi 40 m.  Ditemukan di hutan Dipterocarpaceae campuran baik di lahan kering tetapi tanah liat dan lembab. Kayunya berat dijual dengan nama Kapur.
4.      Dryobalanops lanceolata Nama spesies ini berasal dari bahasa Latin (lanceolatus = berbentuk seperti kepala tombak) dan mengacu pada bentuk daun. Spesies ini endemik Kalimantan. Hal ini ditemukan dalam sedikitnya lima kawasan hutan lindung, namun di tempat lain terancam punah karena kehilangan habitat. Pohon besar mencapai 80 m, ditemukan di hutan campuran Dipterocarpaceae di lapangan pada tanah liat yang kaya.  Kayu berat yang dijual dengan nama dagang Kapur.
5.      Dryobalanops oblongifolia  Nama spesies ini berasal dari bahasa Latin (oblongus = agak panjang dan folium = daun) dan mengacu pada bentuk daun. Ada dua subspesies: Dryobalanops oblongifolia Dyer subsp. oblongifolia Dyer (sinonim = Baillonodendron malayanum & Dryobalanops abnormis) adalah endemik di Kalimantan. Hal ini ditemukan dalam satu kawasan lindung, namun di tempat lain terancam punah karena hilangnya habitat. Pohon  mencapai ketinggian hingga 60 m, ditemukan di hutan Dipterocarpaceae campuran pada tanah liat berpasir. Yang kedua subspesies Dryobalanops oblongifolia Dyer subsp. occidentalis P.S. Ashton (sinonim = Dryobalanops beccariana & Dryobalanops ovalifolia) ditemukan di Sumatera dan Semenanjung Malaysia. Keduanya kayu berat dijual dengan nama Kapur.
6.      Dryobalanops keithii Spesies ini dinamai HG Keith pada tahun 1899-1982 suatu Konservator Hutan di Borneo Utara. Spesies ini endemik Kalimantan, di mana ia terancam punah karena kehilangan habitat. Ini adalah pohon yang mempunyai kanopi utama hingga 40 m, ditemukan di hutan Dipterocarpaceae campuran pada tanah liat lembab. Kayu berat yang dijual dengan nama dagang  Kapur.
7.      Dryobalanops fusca  Spesies fusca namanya berasal dari bahasa Latin (fuscus = berwarna gelap) dan mengacu pada bulu burung berwarna gelap Spesies ini endemik Kalimantan, di mana ia terancam punah karena kehilangan habitat. Pohon besar mencapai tinggi hingga 60 m, ditemukan di kerangas di pantai. Kayu berat yang dijual dengan nama dagang  Kapur.
Pada gambar berikut dapat dilihat beberapa jenis Dryobalanops dari beberapa pustaka yang diperoleh (Ashton, P.S. 2004; Anonim, 2007).

       
                         Dryobalanops aromatica                                 Dryobalanops oblongifolia            
       
                                Dryobalanops beccarii                                 Dryobalanops lanceolata  
           
                                    Dryobalanops fusca                            Dryobalanops keithii         
Gambar 1. Jenis Dryobalanops (Ashton, P.S. 2004; Anonim, 2007)
B.2.  Borneol bahan aktif potensial Dryobalanops
Borneol adalah terpena alkohol menyerupai powder atau kristal yang berwarna putih (CHOH), menyerupai kamper, yang diperoleh dari batang pohon yang terdapat di Asia Tenggara, yang banyak digunakan dalam pembuatan wewangian, sebagai antiseptik dan lain-lain (Huo, 1995). Di China dikenal dengan nama Bing pian's yang berfungsi sebagai anti-inflammasi dan analgesik. Borneol alami hampir tidak pernah ditemukan di Eropah atau Amerika.  Permintaan besar akan komoditi ini selalu datang dari China, karena China lebih awal memanfaatkan borneol ini dalam pengobatan dan kosmetika, sekalipun yang umum digunakan adalah borneol yang berasal dari Cinnamommum.  China menyebutnya juga sebagai Kalimantan kamper atau kapur barus Melayu atau camphol.
Unsur yang dimanfaatkan dari pohon kapur ini adalah kristal kapur dan minyak kapur. Kristal kapur diperoleh pada bagian tengah (dalam) batang pohon. Kedua unsur tersebut tidak selalu ada pada pohon kapur terutama pada pohon yang berusia ratusan tahun atau pada pohon yang masih terlalu muda (Vurren,1908 dalam Sutrisna, 2008).  Dahulu proses pengambilan kristal kapur meliputi beberapa  tahap, mulai dari memilih dan menebang, kemudian memotong batangnya dalam bentuk balok-balok. Tidak selamanya pemilihan pohon berhasil mendapatkan barang yang dicari. Penebanganpun dilakukan secara sembarangan sebelum menemukan sebatang pohon yang berisikan cukup kapur barus.  Bila kemudian ditemukan pohon yang memang berisikan cukup kapur barus, barulah dilakukan proses pengumpulan/pengambilannya. Ada dua cara yang dilakukan yaitu :  potongan balok kayu dibelah. Dari setiap potongan balok inilah diperoleh kristal kapur. Pengambilan kristal kapur itu juga dapat dilakukan dengan cara mentakik tiap potongan balok.  Dari satu pohon yang ditebang dapat diperoleh sekitar 1,5–2,5 kilogram kristal kapur dengan kualitas yang berbeda.  Cara lain pengambilan kristal kapur adalah dengan mengambil langsung dari batang pohon kapur yang keluar secara alami dari pori-pori kulitnya.   Cara ke dua lebih baik dari cara pertama, karena untuk mendapatkan barus tidak harus menebang pohon, cukup menyadap dari batang pohon.

Gambar 2.  Kristal D. keithii, D. lanceolata, D. oblongifolia, D. Rappa yang
                   terletak pada sel-sel parenkim aksial
                  (Sumber :  Toshihiro Yamada and Eizi Suzuki, 2004)

Borneol (C10H18O) banyak tersebar di alam sebagai komponen minyak atsiri. Di bidang industri borneol murni bersama juga isoborneol digunakan sebagai bahan baku penyusun parfum dan bahan pengester. Borneol murni bersifat racun yang dapat mengakibatkan kekacauan mental.  Borneol di China dikenal juga dengan nama Bing Pian.  Salah satu penggunaannnya adalah sebagai bahan tambahan pada pembalut wanita (bio panty) yang bermanfaat untuk mengurangi kesakitan dan tekanan ketika haid, mengurangi kesakitan otot dan sendi, membantu membersihkan darah beku, dan mencegah perkembang biakan kuman (Choi, 2003 dan Duke, 2005). 

(1S)-(-)-Borneol, molecular structure https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhf6LbT4zpJ-BKkvq_GJ7bn3g0VlaHY_w3NAH4RlVz0RuAFv6Gk6Yx7X1fIjMRMQomk5fMqWHDFhOPjGKaJm7PMBJ0WEajq-SvqnKPTxTIsQELtCdMEwVpdD_aYw0HKIOfie0xX3V4-THUa/s1600/borneol.jpg  https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhf6LbT4zpJ-BKkvq_GJ7bn3g0VlaHY_w3NAH4RlVz0RuAFv6Gk6Yx7X1fIjMRMQomk5fMqWHDFhOPjGKaJm7PMBJ0WEajq-SvqnKPTxTIsQELtCdMEwVpdD_aYw0HKIOfie0xX3V4-THUa/s1600/borneol.jpg   
Gambar 1.  Struktur Kimia Borneol

Borneol banyak terdapat pada tanaman lain selain pada getah Dryobalanops spp, antara lain seperti Sembung, Kencur,  Jahe, Sage, Thyme, dan masih banyak tumbuhan lainnya, bahkan pada minyak nilam juga terdapat kandungan Borneol, akan tetapi hanya dalam jumlah dan konsentrasi yang relatif kecil (Chung & Shibamoto, 1993).
Akhir-akhir ini Borneol asal Dryobalanops banyak dicari oleh periset, herbalist maupun pedagang.  Karena penggunaan Borneol dalam jumlah yang relatif sedikit saja sangat efektif untuk mencairkan darah beku pada kasus pembekuan darah/ penyumbatan pembuluh darah pada jantung maupun otak manusia (Dharmananda, 2003).
Informasi tentang produktivitas, kuantitas dan kualitas Dryobalanops spp sebagai penghasil HHBK belum banyak ditemukan, bahkan hampir tidak ditemukan.  Beberapa institusi yang telah melakukan penelitian tentang borneol, kebanyakan yang berasal dari tumbuhan sembung dan temu-temuan. Padahal borneol asal Dryobalanops ini mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi dan sangat dibutuhkan dalam pengembangan produk kosmetika dan obat.  Diperkirakan borneol asal Dryobalanops mempunyai kualitas yang lebih baik dari borneol asal tumbuhan lainnya.  Namun hal ini perlu pembuktian lebih lanjut. 

C.  Tujuan Dan Sasaran

1. Tujuan
Penelitian tahun pertama ini bertujuan untuk mengidentifikasi beberapa jenis dari marga Dryobalanops yang menghasilkan getah yang potensial, serta untuk mengetahui sifat dan karakteristik getah yang dihasilkan. 
2.    Sasaran
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah: tersedianya informasi beberapa jenis Dryobalanops yang menghasilkan getah yang potensial. 

D.  LUARAN
1.   Laporan hasil penelitian yang berisi informasi beberapa jenis Dryobalanops yang menghasilkan getah yang potensial, sifat dan karakteristik getah yang dihasilkan.
2.   Draft karya tulis ilmiah

II.  BAHAN DAN METODE

A.  Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah Getah Dryobalanops yang diperoleh dari Sumatera dan Kalimantan.  Peralatan yang digunakan antara lain : erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, buret, kompor gas, spatula, ekstraktor, magnetic stirrer, penyaring, timbangan, termometer, stopwatch dan chromatografi serta alat-alat bantu lainnya. 
B.  Metode
1.        Inventarisasi jenis-jenis Dryobalanops yang potensial menghasilkan getah yang dapat meningkatkan nilai tambah yang terdapat di Sumatera dan Kalimantan, termasuk identifikasi jenis/spesies dengan  cara mengumpulkan informasi / data sekunder di Balai/ Dinas Kehutanan setempat mengenai keberadaan jenis-jenis Dryobalanops yang diusahakan (yang diambil getahnya) sekaligus untuk mengetahui keberadaan Dryobalanops saat ini.  Informasi langsung ke lokasi dan masyarakat petani yang pernah mengumpulkan getah Drybalanops pada waktu lalu, baik sebagai pedagang maupun sebagai pengumpul.  Sampel (daun/bunga/buah) dibawa ke laboratorium botani untuk diidentifikasi spesiesnya.
2.        Analisis produktivitas getah beberapa jenis Dryobalanops sp,  data dikumpulkan dari lokasi penghasil getah yang ada di Sumatera dan Kalimantan dengan cara menghitung produksi getah per satuan tertentu misalnya kg/pohon/hari.  Hal ini perlu dilakukan karena ini merupakan penelitian awal, sehingga hasil yang diperoleh menjadi dasar dan fokus pada penelitian selanjutnya.  Hasil yang diperoleh akan menunjukkan jenis Dryobalanops mana yang lebih potensial dari segi produksi getah.
3.        Analisis kualitas getah beberapa jenis Dryobalanops sp untuk mengetahui kualitas yang terbaik dan potensial. Analisis dilakukan dengan cara chromatografi.  Dari hasil chromatografi akan diketahui komponen yang terkandung pada masing-masing contoh.

C.  Analisis Data
1.         Data yang dianalisis meliputi: jenis Dryobalanops yang potensial berdasarkan hasil inventarisasi di lapangan.  dari Sumatera dan Kalimantan;
2.         Produktivitas getah dari jenis Dryobalanops yang ditemukan dengan cara menghitung produksi getah per satuan tertentu   (misalnya kg/pohon/hari);
3.         Analisis kualitas getah dari jenis Dryobalanops yang diperoleh, data diperoleh berdasarkan hasil pengujian Laboratorium secara Chromatografi untuk mengetahui sifat dan karakteristiknya dengan menggunakan / mengikuti stándar kualitas getah.


III.  HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Punahnya potensi Dryobalanops di Sumatera Utara
      Di Sumatera Utara pohon kapur (Dryobalanops aromatica C. F. Gaertn) semakin sulit ditemukan di habitatnya. Pohon ini sudah termasuk salah satu tanaman langka di Indonesia. Bahkan IUCN Redlist memasukkannya dalam status konservasi Critically Endangered atau Kritis. Status ini merupakan status keterancaman dengan tingkatan paling tinggi sebelum status punah.  Tumbuhan ini kebanyakan tumbuh di hutan Dipterocarp campuran hingga ketinggian 300 meter dpl. Persebaran tumbuhan langka ini mulai dari Indonesia (pulau Sumatera dan Kalimantan) dan Malaysia (Semenanjung Malaysia, Sabah, dan Serawak).  Menurut Heyne (1987), di Sumatera potensi Dryobalanops tersebar di Sumatera Utara, Aceh, Riau dan Sumatera Barat.  Di Sumatera selain disebut Kapur atau Barus tanaman ini dinamai Haburuan atau Kaberun.  Sedangkan di Kalimantan disebut juga sebagai Ampadu, Amplang, Kapur, Kayatan, Keladan, Melampit, Mengkayat, Mohoi, Muri, dan Sintok.  Dalam bahasa Inggris tumbuhan ini disebut sebagai Borneo Camphor, Camphor Tree, Malay camphor atau Indonesian Kapur. Sedangkan dalam bahasa latin (ilmiah) nama resminya adalah Dryobalanops aromatica yang bersinonim dengan Dryobalanops sumatrensis (JF Gmel.) Kosterm., Laurus sumatrensis JF Gmel., Arbor camphorifera Rumph., Dipterocarpus Dryobalanops Steud., Dipterocarpus teres Steud, Dryobalanops camphora Colebr., Dryobalanops junghuhnii Becc., Dryobalanops vriesii Becc Correa., Pterigium teres, dan Shorea camphorifera Roxb (Heyne, 1987).
Di Sumatera Utara  pohon ini dahulu sangat terkenal sebagai penghasil kapur barus, sehingga ada satu daerah dinamai kota Barus. Kapur barus dari pohon Kapur ini telah menjadi komoditi perdagangan internasional sejak abad ke-7 Masehi. Namun sekarang tumbuhan ini sudah tidak ditemukan lagi. Kelangkaan dan terancam punahnya spesies tanaman ini diakibatkan oleh penebangan yang membabi buta untuk mendapatkan kristal kapur barus di dalamnya. Padahal kandungan kapur dalam setiap pohon tidak sama, bahkan terkadang sangat kurang. Ancaman lainnya diakibatkan oleh kerusakan hutan dan kebakaran hutan serta konversi lahan menjadi kebun kelapa sawit. 
Informasi yang diperoleh berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada bulan Agustus 2011,  pada tahun 1980-1990an potensi Dryobalanops masih cukup banyak dan diusahakan oleh masyarakat di sekitar hutan, tetapi sejak 10 tahun terakhir sudah tidak ada lagi tanamannya, karena tidak ada peremajaan dan lahannya telah diganti dengan tanaman kelapa sawit, sehingga tanaman tersebut menjadi punah.  Hasil informasi yang diperoleh dari seorang mantan pengumpul getah Dryobalanops di kecamatan Barus,  daerah Barus, Sorkam dan juga di Singkil (Aceh Barat) sekitar 3,5 jam dari Barus, merupakan daerah yang  cukup potensial pada jaman Belanda.  Barus merupakan  sentra penghasil getah / kapur barus dan minyak, yang harga getahnya pada jaman dahulu mereka jual bervariasi antara  50 – 100 ribu per kg getahnya, sedangkan minyaknya mereka gunakan sebagai obat gosok untuk menghangatkan badan.  Namun sekarang semua itu tinggal cerita belaka, karena Dryobalanops sudah tidak ditemukan lagi di Barus.

B.  Potensi Dryobalanops di KalimantanTimur
Sama hal nya  di Sumatera Utara,  di Propinsi Kalimantan Timur jenis pohon ini sudah hampir tidak ditemukan lagi di hutan alam.  Hal ini dikemukakan oleh Dr. Ir. Kade Sidyase seorang peneliti señor bidang Botani di BTP Semboja (komunikasi pribadi , 2011).  Disebutkan juga beberepa jenis Dryobalanops yang tersebar di pulau  Kalimantan yang kemungkinannya masih tersisa yaitu :  Dryobalanops rappa Becc.; dan Dryobalanops fusca Slooten Yaitu di Kalimantan Barat sekitar Kapuas hilir dan Ketapang,  Dryobalanops keithii Symington kemungkinan ada di Sandakan, Nunukan, Malinoks.  Sedangkan Dryobalanops yang terdapat di hutan penelitian di Samarinda dan Semboja adalah Dryobalanops lanceolata,  dan sebagian besar masih memiliki diameter batang dibawah 30 cm, sehingga belum bisa ditakik/disadap getahnya.   Di wilayah Arboretum dan KHDTK Semboja hanya ditemukan satu jenis Dryobalanops dengan spesies lanceolata, demikian juga di Arboretum B2PD, Samarinda ditemukan beberapa pohon Dryobalanops lanceolata, namun masih berumur dibawah 10 tahun.
     
Gambar 4.  Dryobalanops lanceolata di hutan penelitian B2PD Samarinda

      
Gambar 5.  Dryobalanops aromatica di hutan perbatasan Kalimantan-Serawak

Di Kalimantan Timur hanya ditemukan satu jenis Dryobalanops lanceolata.  Jenis Dryobalanops aromatica dijumpai di hutan perbatasan Kalimantan dengan Serawak Malaysia.  Ciri khas dari jenis pohon ini adalah pucuk daun termuda berwarna kemerahan. Pohon diperkirakan berumur antara 15- 20 tahun dengan diameter batang sekitar 40 cm.    Oleh sebab itu untuk wilayah Kalimantan perlu dieksplorasi lagi untuk wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, sedangkan untuk wilayah Sumatera, perlu dieksplorasi lagi untuk wilayah Aceh, Sumatera Barat, dan Jambi.  Hal ini berdasarkan informasi dari Perguruan tinggi yang berada di Jambi, Sumbar dan NAD, bahwa ada ditemukan beberapa jenis Dryobalanops di masing-masing wilayah tersebut, hanya belum diketahui spesiesnya.
Dari hasil survey yang telah dilakukan baik di Sumatera Utara, maupun Kalimantan Timur, menunjukkan bahwa Dryobalanops sudah sangat jarang ditemukan.  Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya konservasi mengingat potensi manfaatnya bagi kesehatan umat manusia, sekarang maupun di masa mendatang.  

C.  Analisis produktivitas getah Dryobalanops sp,
            Analisis produktivitas getah Dryobalanops belum dapat dilakukan secara akurat, oleh karena keberadaan jenis pohon ini sudah sangat langka, bahkan hampir punah.  Perlunya memperoleh data produktivitas adalah salah satu parameter untuk untuk mengetahui potensi volume getah dari beberapa jenis Drobalanops yang ada.  Karena diperkirakan tidak semua jenis Dryobalanops menghasilkan getah yang diinginkan.  Apabila diperoleh data produktivitas, maka penelitian selanjutnya akan difokuskan pada jenis yang potensial menghasilkan getah, salah satunya berdasarkan data produktivitas.  Namun pada tahun pertama ini data tersebut belum diperoleh, karena sulitnya menemukan pohon Dryobalanops saat ini.
Pohon  Dryobalanops yang ada dijumpai di beberapa hutan penelitian baik di Kalimantan, maupun di Jawa Barat (Haurbentes) masih berumur di bawah 10 tahun,  sehingga belum menghasilkan getah. Akan tetapi perkiraan getah Dryobalanops aromatica yang diperoleh di hutan perbatasan Kalimantan-Serawak yaitu sekitar 20 gram getah setelah menunggu selama 3 jam.  Sedikitnya getah yang diperoleh ini mungkin disebabkan karena waktu proses pengambilan getah berlangsung pada waktu sore hari, pengambilan getah tidak pada batang tapi masih pada posisi banir. Selain itu mungkin juga disebabkan karena umur pohon yang belum cukup untuk menghasilkan getah secara optimal.
C.  Analisis kualitas getah Dryobalanops sp
Getah yang dianalisis sebanyak 4 sampel yaitu :
  1. Sampel 1 getah yang diperoleh dari Kalimantan Tengah berbatasan dengan Kalimantan Timur.  Getah ini diambil dari kebun keluarga masyarakat Dayak.  Menurut informasi masyarakat getah ini berasal dari jenis Dryobalanops.
  2. Sampel 2.  Getah diperoleh dari pedagang berdasarkan diskripsi yang diberikan yang diyakini oleh pedagang tersebut adalah getah dari Dryobalanops. Getah diperoleh dari perbatasan Sumatera Utara dan Aceh.
  3. Sampel 3.  Getah berasal dari kalimantan Timur jenis Dryobalanops lanceolatus
  4. Sampel 4.  Getah berasal dari Kalimantan Barat jenis Dryobalanops aromatica

Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.  Analisis getah
No sampel
Asal getah
12  Komponen terbanyak
%
Keterangan
1
Kal-Teng





Alpha.-Gurjunene
13.81
Penciri keruing


Alloaromadendrene
6.98
odor


.delta.-Cadinene
5.11



3-Azabicyclo
4.57



spathulanol
4.17



Hexadecanoic acid (CAS) Palmitic acid
4.04



Rosifoliol
3.95



EPOXYDEACETYLGEDUNIN
3.47



.alpha.-Cadinol
3.40



.beta.-Eudesmol
2.53



trans-Caryophyllene
2.49



.alpha.-Cadinol
2.47






2
Sumut-Aceh





32.37 Lupene-3-one
32.37
antioksidan/antibiotik



Tidak terdeteksi
28.17



Tidak terdeteksi
6,94



Rosifoliol
6.09



alpha.-Gurjunene
4,79
Penciri keruing


Epi-.psi.-Taraxastanonol
4.75



9,19-Cyclo-9.beta.-lanostane
3,35



A'-Neogammacer
2.67



A'-Neogammacer
1.87



Alloaromadendrene
1,61



Juniper camphor
0.44

3
Kaltim





Androstan-3-ol, 9-methyl-, acetate, (3.beta.,5.alpha.)- (CAS)
15.05
golongan steroid prohormon.  Senyawa ini telah banyak dijual bebas dengan kisaran harga $19.97/2 mg 10 ml hingga $ 67,97/10mg.10ml.



trans-Caryophyllene
11.17



Phenol, 2,6-dimethyl- (CAS) 1-Hydroxy-2,6-dimethylbenzene
7.48



Phenol, 3,4,5-trimethyl- (CAS) 3,4,5-Trimethylphenol
6.52



beta.-Santalene
6.21



Cedranone (CAS) 9-CEDRANON
4.17



2,4,6-Octatriene, 2,6-dimethyl-, (E,Z)-
3.11



 dl-Limonene
2.78



ALPHA.-PINENE
2.77



Camphor
0.74



Borneol
0.37
Penciri Dryobalanops
4
Kalimantan Barat





Caryophyllene oxide
16.16
Beta Caryophyllene Oxide merupakan senyawa selain bersifat sebagai anti inflamasi juga  potensial digunakan untuk pemberi aroma pada balsam, baby powder, soft candy dll



8-Octadecenoic acid, methyl ester (CAS) METHYL OCTADEC-8-ENOATE
9.25



camphor
7.97



Caryophyllene oxide
7.67



Hexadecanoic acid, methyl ester (CAS) Methyl palmitate
6.80



TRANS(.BETA.)-CARYOPHYLLENE
5.89



HUMULENE OXIDE
4.96



TETRACYCLO
4.28



beta.-Selinene
3.25



BETA-CEDRENOXYD
3.21



ALPHA.-PINENE
1.13



Borneol
0,21
Penciri Dryobalanops


Hasil identifikasi sampel 1 dengan instrumen GC-MS Pyrolisis menunjukkan 35 senyawa penyusun getah  yang terdeteksi.  Komponen  utama dengan konsentrasi terbanyak adalah Alpha.-Gurjunene dengan konsentrasi 13,81 %.  Senyawa (-)-alpha gurjunene, beta-selinene, (+)-spathulenol dan lainnya umumnya merupakan senyawa golongan hidrokarbon seskuiterpen (Astuti, 2006).  Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.  Hasil analisis menunjukkan bahwa getah yang diperoleh bukan termasuk getah Dryobalanops, akan tetapi getah keruing (Dipterocarpus sp).  Karena tidak ada satu senyawa yang teridentifikasi yang menunjukkan bahwa getah tersebut adalah getah Dryobalanops.  Hal ini disebabkan getah yang diperoleh berasal dari pedagang.
Hasil identifikasi sampel 2.  menunjukkan 20 senyawa penyusun  yang terdeteksi.  Senyawa dominan yang terdeteksi adalah Lupene-3-one sebesar 32.37 %.  Lupene-3-one atau Lupenon menurut Eun-Mi Kim, Hae-Ryong Jung, dan Tae-Jin Min (2001), senyawa ini merupakan golongan antioksidan/antibiotik.  Kemudian sama dengan sampel 1, pada sampel 2 juga terdapat senyawa Alfa Gurjunene.  Senyawa ini merupakan salah satu senyawa penciri dari getah keruing (Dipterocarpus sp). Namun selain itu juga ditemukan senyawa Junifer camphor. Sehingga getah yang dianalisis diyakini juga bukan getah Dryobalanops.
Hasil identifikasi sampel 3 menunjukkan 45 senyawa penyususn yang terdeteksi (Lampiran).  Senyawa dominan yang terdeteksi adalah Androstan-3-ol, 9-methyl-, acetate, (3.beta.,5.alpha.)- (CAS) sebanyak 15 %. Senyawa ini termasuk golongan steroid prohormon (Young, 2005). Senyawa ini telah banyak dijual bebas dengan kisaran harga $19.97/2 mg 10 ml hingga $ 67,97/10mg.10ml.  Sampel ini berasal dari getah Dryobalanops lanceolatus, yang diperoleh dari Hutan Penelitian di Kaltim.  Pada awal getah di peroleh, berbau harum dan wangi sekali, namun lama kelamaan aroma wangi ini akan hilang.  Hasil analisis identifikasi mengandung senywa borneol, yang merupakan senyawa penciri dari getah Dryobalanops, walaupun konsentrasinya rendah.  Hal ini mungkin disebabkan getah yang diambil berasal dari pohon yang berumur masih di bawah 10 tahun (White, dkk., 2004).
Hasil identifikasi sample 4 menunjukkan 30 senyawa penyusun  yang terdeteksi.  Senyawa dominan yang terdeteksi adalah Caryophyllene oxide dengan konsentrasi 16,16 %.  Senyawa ini dikenal juga nama Beta Caryophyllene Oxide merupakan senyawa selain bersifat sebagai anti inflamasi juga  potensial digunakan unutk pemberi aroma pada balsam, baby powder, soft candy dll (Chung, 1993  dan Choi, 2003).  Senyawa ini juga ditemukan pada minyak cengkeh, dan banyak digunakan sebagai bahan pemberi aroma parfum, pada gum (permen karet), sabun dan deterjen.  Identifikasi berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa sampel 4 ini berasal dari getah Dryobalanops, karena terdapat senyawa penciri yaitu senyawa borneol, walau dalam jumlah yang sedikit yaitu hanya 0,21 %.  Hasil analisis yang diperoleh ini merupakan hasil sementara, karena terbatasnya sampel contoh yang diperoleh untuk analisis.  Sejak dahulu diketahui bahwa Dryobalanops aromatica adalah jenis pohon yang menghasilkan senyawa barus atau kamper yang sangat terkenal dan banyak dicari.  Akan tetapi berdasarkan hasil analisis, senyawa borneol yang terkandung lebih rendah dibanding Dryobalanops lanceolatus asal Kalimantan.  Hal ini mungkin disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : getah D. Aromatica diambil pada sore hari, posisi pengambilan getah belum sampai batang (diperkirakan masih pada posisi banir), karena kesulitan dalam pengambilan sampel karena pohon yang sangat besar.  Atau bisa juga disebabkan hilangnya senyawa tersebut dalam perjalanan karena pengemasan yang kurang baik.  Oleh sebab itu pada tahun ke dua, kegiatan ini akan tetap di ulang untuk memperoleh data yang lebih akurat.



IV.  KESIMPULAN DAN SARAN


A.  Kesimpulan

  1. Produktivitas getah Dryobalanops aromatica yang diperoleh di hutan perbatasan Kalimantan-Serawak yaitu sekitar 20 gram getah setelah menunggu selama 3 jam. 
  2. Hasil identifikasi dari 4 sampel getah yang diperoleh, dua diantaranya adalah dari spesies Dryobalanops lanceolata dan Dryobalanops aromatica, sedangkan dua yang lainnya adalah getah keruing (Dipterocarpus sp).
  3. Hasil identifikasi Dryobalanops lanceolata menunjukkan 45 senyawa penyususn yang terdeteksi, dengan senyawa dominan adalah Androstan-3-ol, 9-methyl-, acetate, (3.beta.,5.alpha.)- (CAS) sebanyak 15 %. Sedangkan senyawa borneol hanya 0,37
  4. Hasil identifikasi Dryobalanops aromatica menunjukkan 30 senyawa penyusun  yang terdeteksi.  Senyawa dominan yang terdeteksi adalah Caryophyllene oxide dengan konsentrasi 16,16 %, sedangkan senyawa borneol hanya 0,21 %.
B.  Saran

1.       Perlu dilakukan upaya konservasi yang lebih serius, mengingat sebagian besar dari jenis Dryobalanops tidak ditemukan lagi dan terancam punah.
2.       Jika dimungkinkan eksplorasi perlu dilakukan lagi pada tahun berikutnya, agar diperoleh informasi yang lebih akurat.



DAFTAR PUSTAKA



Anonim, 2007.    "Dryobalanops fusca". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. 1998. Retrieved 11 November 2007. Listed as Critically Endangered
Anonim.  2007.  "Dryobalanops keithii". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. 1998. Retrieved 11 November 2007. Listed as Critically Endangered
Ashton, P.S. 2004. Dipterocarpaceae. In Tree Flora of Sabah and Sarawak, Volume 5, Soepadmo, E., Saw, L.G. and Chung, R.C.K. eds. Government of Malaysia, Kuala Lumpur, Malaysia.

Astuti, M.S.  2006. Isolasi Dan Identifikasi Komponen Minyak Atsiri Umbi Teki (Cyperus Rotundus L.) Uns-Fmipa Jurusan Kimia. Skripsi. Surakarta
Choi, H.-S. (2003). J. Agric. Food Chem. 51(9): 2687-2692. Jirovetz, L., G. Buchbauer, et al. (2002). Journal of Chromatography A 976(1-2): 265-275. Korea
Chung, Eiserich & Shibamoto 1993; J. Agric. Food Chem., 41, 1693-1697. Korea
Eun-Mi Kim, Hae-Ryong Jung, and Tae-Jin Min. 2001.  Purification, Structure determination and Biological Activities of  20(29)-lupen-3-one from Daedaleopsis tricolor (Bull. ex Fr.) Bond. et Sing. Bull. Korean Chem. Soc. 2001, Vol. 22, No. 1. Korea.

Heyne.  1987.  Tumbuhan Berguna Indonesia.  Terjemahan Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan.  Jakarta.
Huo GZ. 1995.  Bing pian's anti-inflammation and analgesia effects on laser burn wounds. China Journal of Pharmacy 1995;30(9):532-534.
Simarangkir B.D.A.S, 2000. Analisis Riap Dryobalanops lanceolata Burck pada Lebar Jalur yang Berbeda di Hutan Koleksi Universitas Mulawarman Lempake. Frontir Nomor 32. Kalimantan Timur.

Suhardi, 1994. Seedling Growth Of Drybalanops Sp Inoculated With Mycorrhiza At Wanagama I Buletin Penelitian Nomor 25. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Sutrisna, D.  2008.  Kapur barus : pohon dan sumber tertulis asing.  Balai Arkeologi.  Medan

Tong Shaoquan & Tao Gouda. 1990. Dipterocarpaceae. In: Li Hsiwen, ed., Fl. Reipubl. Popularis Sin. 50(2): 113-131.  China-Korea
Whitten, A.J.  1984.  The Ecology Of Sumatra. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

 




LAMPIRAN 
Contoh 1.  Asal Kalteng


Contoh 2.  Asal Sumut
 







Contoh 3.  Asal Kaltim
 

















Contoh 4.  Asal Kalbar
 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar