ARANG KOMPOS BIO
AKTIF (ARKOBA) *)
Oleh : GusmaiLina
& Sri Komarayati **)
A. PENDAHULUAN
Arang kompos bioaktif (Arkoba) adalah gabungan
arang dan kompos yang dihasilkan melalui teknologi pengomposan dengan bantuan
mikroba lignoselulotik yang tetap hidup di dalam kompos. Apabila diberikan ke
tanah mikroba tersebut berperan secara
hayati sebagai biofungisida untuk
melindungi tanaman dari serangan penyakit akar, sehingga disebut bioaktif. Selain bioaktif, arkoba mempunyai keunggulan
karena keberadaan arang yang menyatu
dalam kompos, sehingga bila diberikan pada tanah ikut andil dan berperan
sebagai agent pembangun kesuburan tanah,
sebab arang mampu meningkatkan pH tanah
sekaligus memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah. Oleh sebab itu Arkoba cocok dan tepat
dikembangkan secara luas di Indonesia mengingat 2/3 (66,67%) dari lahan
pertanian maupun kehutanan berada dalam kondisi masam (pH rendah), kritis dan
marjinal akibat menurunnya kandungan bahan organik tanah dimana tidak bisa digantikan
perannya oleh pupuk kimia.
Arkoba dapat dibuat dari limbah organik yang ada
disekitar kita, mulai dari limbah rumah tangga, pertanian, perkebunan,
kehutanan dan industri. Membuang sampah (organik) atau memusnahkan sampah
melalui pembakaran adalah perbuatan yang sangat merugikan lingkungan. Karena dengan pengolahan yang sederhana,
sampah akan menjadi sesuatu yang sangat berharga untuk lingkungan. Asap yang ditimbulkan dengan membakar sampah
juga merusak lingkungan dan sangat tidak dianjurkan apalagi dalam skala
besar. Sampah adalah sumberdaya, oleh
sebab itu dengan sedikit upaya sampah dan limbah organik lainnya dapat
dijadikan kompos, bahkan bisa ditingkatkan menjadi pupuk organik.
Tulisan ini menguraikan secara global tentang
arkoba, fungsi dan manfaat serta teknik membuatnya. Pustekolah sejak tahun 1997/1998 telah
memulai penelitian tentang pemanfaatan arang sebagai pembangun kesuburan tanah,
dan kemudian dilanjutkan lagi dengan pemanfaatan arang pada proses komposting
sehingga dihasilkan arang kompos
bioaktif (Arkoba).
*) Disampaikan sebagai materi pada Pelatihan
Arang Terpadu, Kerjasama Pustekolah dengan YPPK (Yayasan Perseketuan Perempuan
Kampung) di Tana Toraja. April 2013
**) Peneliti Utama pada Puslitbang
Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan,
(PUSTEKOLAH) Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Jl. Gunung Batu/ Jl.
Veteran No.5. PO. BOX 182. Bogor
Telp/Fax : (0251) 8633378 /
(0251) 8633413. Email : gsmlina@gmail.com
B. ARANG
SEBAGAI PEMBANGUN KESUBURAN TANAH (PKT)
1. Fungsi
dan manfaat arang
Arang bukan pupuk, walaupun pada arang
terkandung beberapa unsur makro dan mikro element tetapi dalam jumlah yang
sangat kecil. Arang memiliki pori pada permukaannya, sehingga jika arang
digunakan sebagai campuran media tanam
dapat memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah. Selain itu arang dapat meningkatkan pH tanah
sehingga kondisi ini akan memberikan ruang bagi perkembangan mikroba tanah yang
berfungsi dalam penyediaan unsur hara dalam tanah yang nantinya akan di serap
tanaman. Oleh sebab itu arang disebut
sebagai pembangun kesuburan tanah.
Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penambhan arang pada
media tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan spora ekto dan endo mikoriza pada
tanaman. Sehingga dapat mempercepat pertumbuhan tanaman baik di persemaian
maupun di lahan.
2.
Meningkatkan aktivitas mikrorganisme tanah dan pH tanah
Pemberian arang pada tanah dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme
tanah. Pada Gambar 1 dapat dilihat pengaruh pemberian arang terhadap
peningkatan perkembangan mikroba tanah yang berfungsi dalam penyedian unsur
hara bagi tumbuhan.
Gambar
1. Pengaruh penambahan arang terhadap
perkembangan mikroorganisme tanah
(SB= bakteri perombak; NFB = Bakteri pengikat
nitrogen bebas udara)
3. Komponen hara yang terkandung pada ASG (Arang
Serbuk Gergaji)
Komposisi
arang umumnya terdiri dari air, volatile matter tar dan cuka kayu, abu, dan karbon
terikat. Komposisi tersebut tergantung
dari jenis bahan baku, dan metode pengarangan, namun tetap memiliki keunggulan
komparatif pada setiap penggunaan.
Misalnya pada pertanian kesemua unsur sangat diperlukan, namun di bidang
industri kandungan air diharapkan seminimal mungkin (Anonimus, 2002). Kandungan hara yang terdapat pada arang
serbuk gergaji bergantung kepada bahan baku serbuk gergaji. Secara umum arang yang dihasilkan dari serbuk
gergaji campuran mempunyai kandungan hara N berkisar antara 0,3 sampai 0,6 %;
kandungan P total dan P tersedia berkisar antara 200 sampai 500 ppm dan 30
sampai 70 ppm ; kandungan hara K berkisar antara 0,9 sampai 3 meq/100 gram;
kandungan hara Ca berkisar antara 1 sampai 15 meq/100 gram; dan kandungan hara
Mg berkisar antara 0,9 sampai 12 meq/100 gram (Gusmailina dkk.
1999).
Tabel 1. Komposisi dan kualitas ASG
No
|
Karakteristik
|
Jumlah
|
1
|
Rendemen, %
|
24,5
|
2
|
Kadar
air, %
|
2,78
|
3
|
Kadar
abu, %
|
5,74
|
4
|
Kadar
zat terbang, %
|
20,10
|
5
|
Kadar
karbon, %
|
74,16
|
6
|
Derajat
keasaman (pH)
|
10,20
|
|
Kandungan
unsur hara, ppm
|
|
7
|
Nitrogen (N)
|
5397,60
|
8
|
Fosfor (P)
|
1476,0
|
9
|
Kalium (K)
|
783,13
|
10
|
Natrium (Na)
|
313,69
|
11
|
Kalsium (Ca)
|
1506,03
|
12
|
Magnesium (Mg)
|
1234,0
|
13
|
Besi (Fe)
|
1617,6
|
14
|
Tembaga (Cu)
|
103,64
|
15
|
Seng (Zn)
|
62,32
|
16
|
Mangan (Mn)
|
112,95
|
17
|
Belerang (S)
|
528,92
|
C.
ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA)
Arang kompos bioaktif (Arkoba)
adalah gabungan arang dan kompos yang dihasilkan melalui teknologi pengomposan
dengan bantuan mikroba lignoselulotik yang tetap hidup di dalam kompos. Apabila
diberikan ke tanah mikroba tersebut berperan
secara hayati sebagai biofungisida untuk
melindungi tanaman dari serangan penyakit akar, sehingga disebut bioaktif.
1.
Manfaat dan
Aplikasi Arkoba
Arang kompos bioaktif (Arkoba) dapat
memacu perkembangan mikroorganisme tanah, meningkatkan nilai kadar tukar kation
(KTK) tanah, pH tanah pada tingkat yang lebih sesuai bagi pertumbuhan tanaman,
sehingga cocok untuk reklamasi lahan yang mempunyai tingkat kesuburan dan
keasaman tanah yang rendah. Arang kompos
bioaktif mempunyai sifat yang lebih baik dari kompos konvensional karena
keberadaan arang yang menyatu dalam kompos.
Morfologi arang yang
mempunyai pori sangat efektif untuk mengikat dan menyimpan hara. Hara tersebut dilepaskan secara perlahan
sesuai dengan konsumsi dan kebutuhan tanaman (efek slow release).
Karenanya hara tersebut tidak mudah tercuci,
lahan akan selalu berada dalam kondisi siap pakai. Dari beberapa aplikasi arang kompos yang
telah diuji cobakan, baik di laboratorium, maupun di lapangan menunjukkan bahwa
pertumbuhan tanaman yang diberi arang kompos bioaktif meningkat hingga 2 kali
lipat dibanding dengan yang tidak diberi arang kompos. Beberapa aplikasi arkoba yang telah diuji
cobakan antara lain :
|
a. Aplikasi
arang kompos bioaktif pada tanaman pak choi, brokoli, dan wortel secara tumpang
sari dengan pinus di Ciloto, menunjukkan
bahwa hasil dalam satuan luas 400 m persegi, produksi meningkat 1, 5
kwintal, jika dibandingkan dengan pupuk yang yang biasa digunakan oleh petani
seperti pupuk bokasi, selain itu juga
mengurangi penggunaan pupuk kimia sebesar 40 % (Gambar 2).
Gambar 2.
Aplikasi Arang Kompos Bioaktif pada tanaman sayuran di bawah tegakan
Pinus di Ciloto
b. Di desa Karyasari, Kabupaten Bogor, produksi arang kompos bio aktif difokuskan
untuk memacu produktivitas daun murbei untuk budidaya ulat sutera. Selain itu juga diaplikasikan pada budidaya
nilam, pepaya, dan tanaman Melaleuca
bracteata. Hasil yang diperoleh
sangat meyakinkan, karena hanya dengan memberi arang kompos bioaktif 0,5 kg/rumpun pada tanaman murbei yang
berumur sekitar 10 bulan, meningkatkan jumlah daun murbei sebesar lima kali
lipat, selain meningkatkan kualitas benang
sutera yang dihasilkan.
Gambar 3. Aplikasi Arang
Kompos Bioaktif pd tanaman Murbei, nilam, cabai dan pepaya di kampung Cibogo,
Desa. Karyasari, Kecamatan. Leuwiliang, Kabupaten. Bogor.
c. Pemanfaatan
Arang kompos bioaktif pada tanaman Kol di Cibeureum, Kabupaten Garut (Gambar 4)
menunjukkan hasil yang sangat baik. Hal
ini ditunjukkan dengan produksi Kol yang lebih besar dan lebih padat dengan
kisaran berat 3-5 kg/buah. Padahal biasanya maksimum hanya 2kg/buah.
Gambar 4. Aplikasi Arang Kompos pada tanaman sayuran Kol
d. Penggunaan
arang kompos bioaktif sebagai campuran media tanaman hias (bunga ros/mawar dan
algebra) sangat bagus. Efek yang ditunjukkan adalah selain warna bunga dan daun
lebih cerah dan tajam, juga lebih tahan (tidak mudah gugur), bahkan jika dibiarkan
kelopak bunga sama sekali tidak rontok sampai kering (Gambar 5).
Gambar 5. Aplikasi Arang kompos pada tanaman bunga
3. Penggunaan
arang kompos bioaktif pada tanaman tembakau hasilnya sangat bagus. Tembakau
yang ditanam dengan arang kompos bioaktif menghasilkan daun rajangan seberat
7,5 ons, sedangkan yang tidak menggunakan arang kompos hanya mempunyai berat 3
ons. Dengan demikian daun tembakau yang ditanam dengan arang kompos bioaktif
menhasilkan daun 2 kali lebih banyak dibanding daun tembakau yang tanpa
menggunakan arang kompos bioaktif.
Pengeringan daun tembakau yang ditanam dengan menggunakan arang kompos
bioaktif juga lebih efisien, yaitu hanya perlu 3-4 hari pengeringan, sedangkan
yang tidak menggunakan arang kompos bioaktif memerlukan waktu lebih lama. Demikian juga aroma rajangan daun tembakau
yang ditanam dengan arang kompos bioaktif lebih tajam dibanding dengan aroma
rajangan daun yang tidak pakai arang kompos bioaktif.
D. PEMBUATAN ARKOBA
1. Bahan dan peralatan yang dibutuhkan antara
lain :
- Bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat arkoba cukup sederhana, dengan memanfaatkan limbah yang ada disekitar kita, antara lain limbah organik rumah tangga, limbah pertanian, seperti limbah sayuran, jerami, kulit atau tongkol jagung, kotoran hewan, bahkan sampah organik dari perkotaan juga dapat dijadikan bahan baku. Limbah asal industri yang dapat dijadikan arkoba antara lain seperti: serbuk gergaji dibuat arang sebagai pencampur dalam proses pengomposan, limbah penyulingan seperti minyak kayu putih dan minyak nilam. Pangkasan pohon dari tanaman perkotaan juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku, gulma dan serasah daun yang ada disekitar perumahan dan perkantoran juga juga baik dimanfaatkan sebagai bahan baku.
Gambar
6. Contoh bahan baku limbah organik
- Tempat pengomposan.
Beberapa tempat atau wadah dapat digunakan sebagai tempat atau wadah
dimana proses pengomposan berlangsung seperti dapat dilihat pada Gambar 6. Diantaranya (1) kotak yang terbuat dari
kayu bekas yang bisa dipindah sesuai keinginan. (2) Kotak semi permanen terbuat
dari semen dan penutupnya terbuat dari papan bekas yang bisa dibuka sewaktu
pengisian bahan. (3) Bak permanent yang terbuat dari semen. (4) terbuat dari
plastik terpal yang bisa ditempatkan sesuai keinginan
Gambar 6.
Tempat atau wadah pembuatan arkoba
c. Aktivator
Berguna
untuk mempercepat proses pengomposan dengan bahan aktif mikroorganisme. Jenis aktivator yang digunakan disesuaikan
dengan jenis bahan baku
yang akan dikomposkan. Untuk limbah yang
sulit hancur (serbuk gergaji, serasah tusam dan serasah mangium) harus
menggunakan aktivator yang mengandung bahan aktif khusus mikroorganisme
pengurai lignoselulosa diantaranya bahan aktiv yang mengandung mikroorganisme Trichoderma
pseudokoningii dan Cytophaga sp (Away, 2003 dan Goenadi & Away,
1997).
Gambar
7. Aktivator pengomposan
2. Pembuatan arang dengan tungku/kiln semi
kontinyu
Tungku
semikontinyu dirancang khusus untuk membuat arang dari serbuk gergaji atau
sekam padi. Terbuat dari besi siku 4x5
cm yang ditutup dengan plat seng atau bata merah kemudian diplester, serta
dilengkapi dengan cerobong yang terbuat dari drum bekas. Tungku ini terdiri dari 4 bagian utama,
yaitu: bahagian bawah (dasar) tempat
pengarangan, bahagian tengah (ram besi)
tempat pembakaran, leher cerobong dan cerobong. Spesifikasi tungku semi kontinyu ini dapat
dilihat pada gambar 8.
Gambar 8. Tungku semi kontinyu dan spesifikasi
Langkah-langkah
membuat arang dengan tungku semi kontinyu:
·
Masukkan
serpihan kayu sebanyak 5-10 kg sebagai umpan bakar di bahagian pengarangan
kemudian biarkan terbakar sampai panas dan membara;
·
Masukkan
serbuk gergaji atau sekam padi ke bagian pembakaran sebanyak 3 kg (sekitar
35-40 kg) melalui pintu bagian belakang tungku;
·
Biarkan
sampai membara sambil sesekali diaduk, sehingga serbuk yang terbakar akan jatuh
ke bagian tempat pengarangan;
·
Biarkan
terbakar sampai warna menjadi hitam, lalu ditarik ke bagian penampungan yang
berisi air. Jika masih terlihat warna
serbuk yang coklat, aduk sampai semua
berubah menjadi arang;
·
Setiap
30 menit lakukan penambahan bahan baku
sebanyak 1 karung (10-15 kg);
·
Proses
selanjutnya sama , dilakukan berulang-ulang secara kontinyu sampai didapatkan
arang sesuai dengan kebutuhan;
·
Biarkan
arang terendam sesaat di dalam bak penampungan, kemudian dikeringkan. Setelah kering arang siap untuk dikemas atau
digunakan.
3. Langkah-langkah pembuatan Arang kompos
bioaktif
·
Bahan baku
yang sudah dicacah ditambah arang sebanyak 10-30 % dari berat volume bahan yang
akan dikomposkan;
·
Tambahkan aktivator sebanyak 0,5-10 % tergantung
jenis bahan yang akan dikomposkan, 0.5% (b/b)
atau 5 kg dalam
1 ton, untuk bahan organik lunak (daun-daunan, jerami, bagas tebu, dan lain-lain); 1.25% (b/b) atau 12.5 kg
per 1 ton bahan baku, untuk bahan organik berkayu ( TKKS, sisa pangkasan the/ranting pohon dan
sebagainya). Penggunaan aktivator 10 % diperuntukkan
bagi bahan baku yang sulit hancur atau terurai seperti serbuk
gergaji.
·
Aduk campuran hingga rata; lalu tambahkan air
hingga kondisi kadar air campuran bahan berkisar antara 20%-30 %;
·
Masukkan
ke dalam bak-bak pengomposan yang dipilih sesuai dengan keinginan, lalu ditutup dengan plastik hitam ;
·
Khusus
untuk bahan yang sulit hancur seperti limbah kehutanan, sebaiknya pada minggu
ke dua, ke tiga dan ke empat dibalik dan di aduk ulang hingga tercampur rata,
apabila kondisi bahan agak kering dapat ditambahkan air secukupnya;
·
Proses
berjalan dengan sempurna apabila pada minggu pertama dan ke dua suhu meningkat
hingga mencapai 55 o C - 60 oC, lalu menurun pada
minggu-minggu berikutnya. Apabila kondisi suhu sudah stabil berarti proses
pengomposan sudah selesai dan kompos
dapat dibongkar;
·
Proses
pengomposan berlangsung antara 2 minggu sampai 10 minggu tergantung bahan baku
yang digunakan. Limbah sayuran/dedaunan segar pengomposan berlangsung selama 2 minggu, pengomposan serasah dedaunan
kering berlangsung selama 1 bulan,
sedangkan serbuk gergaji selama 2-3 bulan;
·
Secara
visual kompos yang sudah matang akan mengalami perubahan warna, sedangkan indikator kompos yang siap pakai
yaitu mempunyai nisbah C/N di bawah atau sama dengan 20;
·
Untuk
menambah daya tarik penampilan, kompos digiling hingga halus kemudian
dikemas lalu disimpan ditempat yang kering dan teduh;
·
Arang
kompos siap digunakan atau dipasarkan.
Gambar 9. Bentuk arkoba selesai proses komposting
4. Pembuatan arang
kompos di antara tegakan hutan tanaman
Pembuatan arang
kompos juga dapat dilakukan di areal tegakan hutan. Bahan baku
yang dapat digunakan berupa limbah pemanenan hutan. Ranting dan cabang yang tertinggal dijadikan
arang kemudian sebagai bahan untuk kompos adalah dedaunan segar atau
serasah. Proses pengomposan dapat
dilakukan dengan jalan membuat lobang persegi atau lobang sepanjang larikan
sedalam 0,5 m. Lobang ini sebelumnya
dialas dengan plastik agar proses pengomposan tidak ada kontak langsung dengan
tanah, kemudian semua bahan yang akan dikomposkan dimasukkan ke dalam lobang
lalu ditutup lagi dengan plastik, kemudian biarkan sampai kompos
terbentuk. Kompos yang terbentuk
kemudian dapat dibongkar lalu dipindahkan, atau dibiarkan sebagai pengganti
pupuk pada penanaman berikutnya.
Gambar 10. Membuat Arkoba diantara tegakan
5. Kualitas dan mutu arang kompos
Beberapa jenis arang kompos yang
telah dibuat di Pustekolah mempunyai kandungan unsur hara makro yang bervariasi
walaupun dengan kadar yang tidak jauh berbeda, tergantung jenis bahan baku yang digunakan. Pengujian mutu dan kualitas arang kompos yang
dapat dilakukan di lapangan adalah penampakan secara visual berupa perubahan
bentuk, warna, serta penyusutan
volume. Bentuk berubah ukuran menjadi
lebih halus dan hancur, sedangkan warna menjadi coklat kehitaman sampai hitam,
sedangkan volume akan menyusut maksimum 20-30 %, serta tidak memberikan bau
yang menyengat. Selain itu pengujian
suhu dan pH arang kompos juga dapat dilakukan di lapangan. Suhu konstan berkisar antara 25 - 30 oC,
sedang pH netral antara 6-7. Analisis kimia di laboratorium diperlukan
sebagai upaya pendukung. untuk mengetahui apakah arang kompos telah dapat
digunakan secara benar perlu diketahui rasio/nisbah C/N, yaitu perbandingan
kadar C (carbon) dan kadar N (nitrogen).
Arang kompos dapat digunakan apabila nisbah C/N nya 20, tergantung pada
jenis tanaman. Tanaman sayuran dan bunga
biasanya membutuhkan kompos dengan C/N yang rendah (dibawah 20), sedangkan
tanaman perkebunan, buah-buahan, tanaman
kehutanan serta tanaman keras lainnya dapat menggunakan kompos dengan C/N yang
berkisar antara 20-30.
Tabel 2 : Analisis kandungan unsur hara makro dari
beberapa jenis arang kompos
No
|
Jenis
unsur hara
|
AKSr camp
|
AKSr
mangium
|
AKSR
tusam
|
AKSG
|
|
C organik
N total
P total
K
Ca
Mg
|
30 – 35
1,6 – 1,8
0,6 – 1,2
1,3 – 1,6
0,8 – 1
0,3 – 0,5
|
30 - 35
1,5 - 1,6
0,5 - 1,2
1 - 1,5
0,5 - 1,2
0,4 - 1
|
30 – 40
1,5 - 1,8
1 – 1,3
1,4 – 1,7
0,5 - 1,5
0,6 – 1,1
|
30 – 39
1,4 – 1,7
1 – 1,5
0,5 – 1
1 – 1,8
0,4 – 1,3
|
Keterangan : AKSR camp = Arang
kompos serasah daun campuram
AKSr mangium = Arang Kompos serasah
daun Acacia mangium
AKSR tusam = Arang kompos serasah daun tusam (
Pinus merkusii)
AKSG = Arang kompos serbuk gergaji
6.
Standar Mutu Arang Kompos
Standar mutu arang kompos sampai
saat ini belum ada. Untuk itu sementara
ini standar yang digunakan adalah standar mutu kompos yang berlaku secara
nasional, yaitu yang dikeluarkan oleh Biotrop dan Perum Perhutani, atau secara
internasional (Jepang) dan lain-lain.
Standar ini disajikan agar dapat
digunakan sebagai pembanding terhadap mutu dan kualitas kompos yang
dibuat.
Gambar 11.
Arkoba dalam kemasan sederhana
Tabel 3
. Pedoman Pengharkatan Hara Kompos oleh
BIOTROP
Parameter
|
Satuan
|
H A R K A T
|
||
|
|
Rendah
|
Sedang
|
Tinggi
|
Kadar air
Berat Jenis
pH
Bahan Organik
C Organik
Garam terlarut
N total
P2O5
K2O
Mg)
CaO
Boron
Mn
Zn
KTK (Kadar Tukar Kation)
Nisbah C/N
Bahan Humik
|
%
kg/l
-
%
%
%
%
%
%
%
%
ppm
ppm
ppm
meq/100 g
-
%
|
24,9
0,4
6,6
22,4
14,5
0,8
0,6
0,3
0,2
0,3
2,7
13,8
220
513
20,1
< 10
1,5
|
35,9
0,6
7,3
39,7
19,6
1,8
1,1
0,9
0,6
0,7
4,9
35,3
452
1570
30
10 - 20
3,7
|
52,6
0,9
8,2
68,7
27,1
2,9
2,1
1,8
1,4
1,6
6,2
124
654
2015
45
> 20
6,8
|
Sumber : Laboratorium Natural Product, SEAMEO
- BIOTROP (2000)
Selain
standar mutu kompos yang dikeluarkan oleh BIOTROP, pada Tabel 4 juga dapat
dilihat standar mutu yang dikeluarkan oleh Perum Perhutani, serta standar mutu
kompos yang dikeluarkan oleh Jepang.
Semua standar ini disajikan sebagai
pembanding.
Tabel
4. Standar mutu hara kompos
NO.
|
PARAMETER |
PERHUTANI
|
JEPANG
|
1
|
Carbon (C), %
|
19,6
|
-
|
2
|
Nitrogen (N), %
|
1,1
|
> 1,2
|
3
|
Posfor (P2O5), %
|
0,9
|
> 0,5
|
4
|
Kalium (K2O), %
|
0,6
|
> 0,3
|
5
|
Kalsium (CaO), %
|
4,9
|
-
|
6
|
Magnesium (MgO), %
|
0,7
|
-
|
7
|
C/N
|
10 – 20
|
< 35
|
8
|
pH
|
7,3
|
5,5 – 7,5
|
9
|
Kadar air, %
|
35,6
|
-
|
10
|
Berat jenis, kg/liter
|
-
|
-
|
11
|
Asam Humik, %
|
-
|
-
|
12
|
Asam Fulfik, %
|
-
|
-
|
13
|
KTK, meq/100 gram
|
-
|
-
|
Sumber (Source) :
Perhutani (1977) ; Harada et
al (1993) dalam Noor dkk. (1996),
PENUTUP
Arkoba merupakan produk yang
dihasilkan melalui teknologi yang mudah dan murah untuk diaplikasikan. Kualitas Arkoba lebih baik dibanding dengan
kompos yang dihasilkan secara konvensional karena adanya arang yang menyatu
dengan kompos.
Pembuatan Arkoba cukup
mudah dan murah untuk diterapkan, terutama skala kecil di lapangan atau di areal tegakan hutan. Motivasi dan kesadaran yang tinggi diperlukan agar sumber daya yang tersedia di
lingkungan sekitar berupa limbah dapat dimanfaatkan. Arkoba yang dihasilkan dapat diaplikasikan
untuk meningkatkan produktivitas lahan
menjadi lebih baik sekaligus akan meningkatkan produktivitas tanaman.
Akhir-akhir ini produk
budidaya organik menempati urutan tertinggi dalam permintaan maupun harga,
karena kecenderungan konsumen saat ini menginginkan pangan yang bebas dari
bahan-bahan kimiawi. Namun keberadaan
pupuk organik di pasaran masih terbatas.
Oleh sebab itu, pembuatan arang kompos mempunyai prospek yang besar
dalam menunjang sistem pertanian dan budidaya organik tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah lokasi
pembuatan arang kompos sebaiknya tidak jauh dari sumber bahan baku yang akan dibuat, karena hal ini akan
berpengaruh terhadap investasi biaya. Oleh sebab itu sebaiknya setiap industri
pengolahan kayu mempunyai satu unit peralatan untuk membuat arang kompos,
sehingga limbah yang sebelumnya dapat mencemari lingkungan, dapat dimanfaatkan
menjadi produk baru yang berguna. Selain
itu, membuat arang kompos dari serasah di bawah tegakan hutan tanaman sangat
dianjurkan, sebagai salah satu upaya antisipasi kebakaran hutan sekaligus
meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Away, Y, 2003. Uji coba
penggunaan bioaktivator “orgadec plus” pada sampah kota di TPA Bantar Gebang. Laporan.
Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia. Bogor
Goenadi, D.H. & Y. Away. 1995.
Cytophaga sp., and Trichoderma sp. as activators for
composting. Proc. Int. Cong. On Soils of
Trop. Forest Ecosystem. 3rd Conf.
On Forest Soils (ISSS-AISS-IBG). Poster Session, 8:184-192. Kyoto University.
Kyoto Japan.
Gusmailina, G. Pari dan S. Komarayati.
2002. Pedoman Pembuatan Arang Kompos.
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Hasil Hutan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Bogor.
Gusmailina, G. Pari, dan S.
Komarayati. 2002. Implementation study of compost and
charcoal compost production.
Laporan kerjasama Puslitbang Teknologi Hasil Hutan dengan JIFPRO -
Jepang (Tidak diterbitkan)
Gusmailina, G. Pari, dan S.
Komarayati. 2001. Teknik penggunaan arang sebagai soil
conditioning pada tanaman. Laporan hasil penelitian (tidak diterbitkan)
Mindawati, N.; M.H.L. Tata; Y.
Sumarna dan A.S. Kosasih. 1998. Pengaruh beberapa
macamlimbah organik terhadap mutu dan proses pengomposan ddengan bantuan efektif
mikroorganisme 4 (EM4). Bulletin
Penelitian Hutan. Bogor, No. 614 : 29 – 40
Ogawa, M. 1989.
Mycorrhizza and their utilization in forestry. Report of Shortterm
Research Cooperation. The Tropical Rain Forest
Research Project JTA-9A (137).
JICA. Japan.
Kontak : Gusmailina adalah Peneliti pada Pusat Litbang
Keteknikan Kehutan dan Pengolahan Hasil Hutan,
Balitbang Kehutanan, Jalan Gunung Batu No.
5. Bogor;
Telp/Fax : (0251) 8633378-8633413; Email :
gsmlina@gmail.com
LAMPIRAN
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar