MINYAK ATSIRI
DAUN KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii Blume) SERTA EKSPLORASI POTENSI PEMANFAATANNYA *)
Oleh : Gusmailina**), Zulnely**)
Evi Kusmiati ***) dan Umi Kulsum***)
Pusat
Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (PUSTEKOLAH), Badan
Litbang Kehutanan, Jalan Gunung Batu No.
5. Telp/Fax (0251) 8633378; 8633413. Bogor.
Email : gsmlina@gmail.com
RINGKASAN
Indonesia merupakan
salah satu penghasil kayu manis terbesar yang memasok sebagian besar pasar
internasional dunia. Tumbuhan kayu manis (Cinnamommum
burmannii Blume) termasuk keluarga Lauraceae, marga Cinnamomum yang terdiri atas ratusan spesies yang
tersebar di Asia dan Australia, salah satu diantaranya adalah Cinnamomum burmanii, yang banyak
dibudidayakan di Indonesia.. Kayu manis
dikenal sebagai salah satu jenis rempah-rempah yang tertua di dunia. Kulit
batang, cabang dan dahan kayu manis dapat digunakan sebagai rempah-rempah dan
merupakan salah satu komoditi ekspor Indonesia. Dari aspek fitokimia kayu manis memiliki sifat
yang hamper keseluruhan dari bagian tanaman mengandung minyak atsiri dengan
komposisi yang berbeda, tak terkecuali
daun kayu manis juga mengandung minyak atsiri yang cukup potensial untuk
dimanfaatkan. Pemanfaatan daun kayu manis merupakan upaya dalam mengoptimalkan
manfaat dari suatu jenis tumbuhan.
Selain melalui ekstrak, daun kayu
manis juga dimanfaatkan melalui destilasi daun sehingga diperoleh minyak atsiri
daun kayu manis.
Tulisan
ini menyajikan percobaan pendahuluan penyulingan daun kayu manis yang telah
dikering anginkan. Penyuligan dilakukan di laboratorium HHBK, Pustekolah, Bogor. Destilasi daun dan
ranting dilakukan secara uap langsung sebanyak 0,5 kg, 1kg dan 3 kg dengan
ulangan sebanyak 8 kali dengan perolehan rendemen sebesar 1,10 %. Pada tulisan ini juga diuraikan tentang eksplorasi
potensi dan prospek dari minyak dan ekstrak daun kayu manis dalam rangka
pengembangan pemanfaatan, terutama yang berkaitan sebagai sumber biofarmaka dan
biopestisida.
Kata kunci
: kayu manis, Cinnamomum burmannii,
daun, destilasi, minyak, atsiri, potensi pemanfaatan
=====================================================================================
*) Disampaikan sebagai makalah poster pada
Seminar Nasional XVII Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (MAPEKI) 11 November
2014 di Hotel Garuda Plaza,
Jalan Sisingamangaraja 18 Medan, Sumatera Utara. Indonesia.
**) Peneliti
pada PUSTEKOLAH (Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil
Hutan), Badan Litbang Kehutanan,
Kementerian Kehutanan. Jalan Gunung Batu
No. 5. Telp/Fax (0251) 8633378; 8633413. Bogor.
Email : gsmlina@gmail.com
***)
Teknisi Litkayasa pada PUSTEKOLAH
(Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan), Badan Litbang
Kehutanan, Kementerian Kehutanan. Jalan Gunung
Batu No. 5. Telp/Fax (0251) 8633378; 8633413. Bogor.
I. PENDAHULUAN
Kayu manis (Cinnamomum
burmannii ) termasuk famili
Lauraceae, dalam perdagangan lebih dikenal dengan nama Casiavera Indonesia.
Di Indonesia tanaman ini dikenal juga dengan nama manis jangan, kayu legi, kanigar,
hotim, huru mentek, kulit manis, ki amis, sedang di luar negeri dikenal dengan
nama Indonesian cinnamon, Batavia cinnamon dan Padang cassia. Tanaman ini dapat
tumbuh pada dataran rendah, sedang sampai dataran tinggi. Selain menghasilkan
kulit, dari ranting yang tidak dapat digunakan serta daun yang terbuang dapat
diproses menjadi minyak kayu manis atau cinamon oil. Minyak kayu manis yang sudah dikenal luas di
pasar dunia umumnya yang berasal dari jenis C. zeylanikum dan C.
cassia. Namun dewasa ini Sumatra Barat sudah mulai merintis pengembangan
minyak kayu manis jenis C. burmanii. Bahan baku minyak kayu manis dapat
berupa dari kulit (batang, cabang, ranting dan daunnya). Umumnya penyulingan
minyak kayu manis dilakukan dengan dikukus atau langsung dengan uap.
Pohon kayu manis dapat mencapai tinggi antara 8 - 27 m, dengan
panjang daun antara 5 - 17 cm dan lebar daun 3 - 10 cm. Warna daun hijau muda,
dan pucuk berwarna merah muda.
Kulit memiliki aroma yang kuat,
dimana kandungan utamanya adalah sinamaldehid (Zamarel dan Hamid, 1990), banyak
digunakan untuk menambah citarasa suatu masakan dan juga menambah aroma suatu
makanan. Kayu manis ini termasuk golongan pohon penghasil rempah-rempah,
termasuk bumbu tertua, bahkan sudah digunakan oleh bangsa mesir kuno sekitar
5000 tahun yang lalu. Secara tradisional juga digunakan sebagai ramuan obat herbal,
dengan ditambah madu misalnya untuk pengobatan radang sendi, jantung,
sakit kulit dan bisa digunakan juga bagi yang menderita perut kembung.
Masyarakat Mesir kuno memanfaatkan daun kayu manis untuk membalsem mumi
raja-raja. Riset Sri Muwarni dkk, dari Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur,
membuktikan khasiat ekstrak daun kayu manis memiliki aktivitas antimikroba
terhadap bakteri Salmonella typhi penyebab tifus. Kandungan utama minyak C burmanii umumnya adalah sinamaldehid (60 - 77%), untuk C
zeylanikum kandungan utama adalah eugenol (65 - 89%) sedangkan C cassia 65
- 75% eugenol dan sinamaldehid (26%). Namun jenis yang banyak ditanam di
Indonesia adalah C, burmanii, C, zeylanikum/ (Rusli dan Hamid, 1990). Mutu minyak yang dihasilkan tergantung dari
bahan (daun) yang disuling dan musim panen. Pada musim hujan dan musim semi,
rendemen minyak dari daun dan ranting lebih tinggi dibandingkan dengan daun
pada musim panas dan musim gugur. Kadar aldehida (terutama sinamat aldehida)
dalam minyak kayumanis Tiongkok lebih tinggi dibanding C. burmannii Indonesia yaitu berkisar antara 70-95 persen.
II. MINYAK DAUN
KAYU MANIS
Minyak Atsiri kayu manis dapat diperoleh dari kulit, ranting dan daun.
Di dunia perdagangan kayu manis, produk yang diminta dari minyak kayu manis didasarkan pada jenis kayu manis
dan asal bahan, yaitu cinnamon leaf oil, cinnamon bark oil, dan cassia oil.
Cinnamon leaf oil adalah minyak yang diperoleh dari daun kayu manis jenis Cinnamomum zeylanicum. Cinnamon bark oil adalah minyak yang
diperoleh dari kulit. Sedangkan cassia oil adalah minyak yang diperoleh dari daun,
ranting dan bubuk kulit kayu manis jenis Cinnamomum
burmanni atau Cinnamomum cassia.
Komponen utama yang terkandung dalam minyak kayu manis adalah eugenol, eceteugenol
dan aldehida. Selain itu masih ada kandungan lain yang menentukan aroma
specifik dari kayu
manis. Kandungan terbesar dalam minyak kayu manis adalah eugenol, yaitu sekitar
80-90 %. Sebagian besar komponen aromatik minyak kayu manis larut dalam air. Akibatnya,
pemisahan minyak
dan air menjadi sangat sulit sehingga rendemennya menjadi rendah. Untuk
memisahkan minyak
tersebut digunakan CO2
cair. Minyak kayu manis diperoleh dari
penyulingan atau destilasi air dan uap. Kandungan minyak yang diperoeh tergantung pada cara
penyulingannya. Penyulingan dengan uap akan menyebabkan sebagian besar minyak terdekomposisi,
sedangkan penyulingan dengan air atau air dan uap hanya sedikit yang
terdekomposisi.
Minyak atsiri kayu manis
banyak diminta oleh Amerika Serikat dan Eropa untuk keperluan industri, baik
makanan maupun farmasi. Minyak atsiri kayu manis Cinnamomum
cassia banyak diproduksi di Cina, Vietnam dan Taiwan. Indonesia sendiri
memproduksi minyak dari jenis Cainnamomum zeylanicum dan Cinnamomum
burmanni baik dari ranting maupun daun.
Kandungan senyawa aktif minyak atsiri daun kayu manis umumnya adalah L-Linalool
34,40 %, 1,8-Cineole 18,18 %
and α Pinene 13,96% (Jean-Claude Chalchat & Valade, 2000). Mutu minyak kayu manis
ditentukan oleh tingginya kadar sinamaldehid (Khasanah, Umi; Anandito, Katri, Utami dan Rohula, 2012). Menurut Standar Nasional Indonesia
kadar sinamaldehid dalam produk minyak kayu manis Indonesia minimal 50% (SNI
2006).
Gambar
1. Eugenol dan Acetyleugenol, merupakan
sebagian dari kandungan utama minyak daun kulit manis
Hasil penyulingan pendahuluan daun kayu manis dari
jenis Cinnamomum burmanni yang telah di lakukan di laboratorium HHBK
Pustekolah, menghasilkan minyak yang berwarna bening kekuningan dengan aroma
yang khas. Percobaan penyulingan daun
kayu manis yang telah dicacah dan dikering anginkan dilakukan secara destilasi
uap langsung sebanyak 0,5 kg, 1kg dan 3 kg dengan ulangan sebanyak 8 kali
dengan perolehan rendemen rata-rata sebesar 1,17 %. Hasil yang diperoleh lebih tinggi dari
perolehan hasil yang dilakukan oleh Cahyana (2005) yang hanya menghasilkan minyak 0,3 %. Demikian juga penyulingan yang dilakukan oleh
Sumangat dan Ma’mun (2003) maksimum minyak yang diperoleh hanya sebesar 0,9%.
Namun agak lebih rendah jika dibandingkan dengan Syahbirin dkk., (2011) yang menyuling daun Cinnamomum multiflorum yang memperoleh
minyak sebesar 1,39%. Akan tetapi dalam hal ini yang perlu ditekankan adalah
bahwa daun kayu manis bukan merupakan limbah.
Karena pada daun kayu manis juga tersimpan minyak atsiri yang potensial
untuk dikembangkan pemanfaatannya lebih lanjut.
II. MANFAAT MINYAK
ATSIRI KAYU MANIS
Selain untuk menambah citarasa masakan, penambah aroma pada kue, minyak
kayu manis juga dimanfaatkan sebagai obat herbal. Beberapa
bahan kimia yang terkandung dalam kayu manis diantaranya minyak atsiri eugenol,
safrole, sinamaldehide, tannin, kalsium, oksalat, damar, & zat penyamak. Minyak
pati/sari dari kulit kayu manis mengandung 2 jenis fenilpropanoid yaitu
cinnamaldehyd dan eugenol (Gillifer dari Department of
Agriculture Br. Salamon, 1971). Menurut Niu and Gilbert (2004), kandungan utama minyak
atsiri adalah senyawa sinamaldehida dan eugenol. Kandungan tersebut memiliki
potensi sebagai antibakteri dan antibiofilm. Lebih lanjut dikemukakan bahwa mekanisme
penghambatan bakteri oleh minyak atsiri kayu manis melibatkan beberapa aksi dan
hal ini dimungkinkan karena sifat hidrofobisitasnya. Kandungan minyak atsiri
dapat mempengaruhi lapisan lipid bi-layer membran sel sehingga menjadikannya
lebih permeabel, sehingga menyebabkan kebocoran isi sel vital. Penurunan
aktivasi enzim bakteri juga merupakan mekanisme aksi penghambatan bakteri oleh
minyak atsiri.(Burt, 2004; Juven et al
1994; dan Kim et al., 1995).
Selanjutnya dalam hal ini Inna, Atmania dan Prismasari (2010), menyimpulkan
bahwa minyak atsiri kayu manis (Cinnamomum bur-manii) mengandung zat
aktif sinamaldehid dan eugenol yang dapat menghambat biofilm oral secara alami.
Adanya sifat antibiofilm ini kemungkinan membuat minyak atsiri kayu manis
menjadi zat aktif yang dimasukkan dalam permen karet, sehingga dapat digunakan
sebagai bahan antibiofilm. Namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut dalam
hal uji sitotoksisitas, sehingga penggunaannya secara klinis dapat dipertanggungjawabkan.
Paranagama
(2001), melaporkan bahwa atsiri dari Cinnamommum yang mengandung eugenol, ß caryphillene,
benzyl benzoate, cinnamaldehyde dan linalool yang ternyata bersifat sebagai
atraktan pada berbagai jenis serangga. Hasil
penelitian Sukandar dkk, (1999), menunjukkan bahwa minyak atsiri daun kayumanis
dapat menghambat aktifitas antibakteri paling kuat terhadap Salmonella typhimurium dan aktivitas
anti fungi terkuat terhadap Candida
albicans masing-masing pada konsentrasi hambat minimum 2%.
Selain pemanfaatannya sebagai sumber biofarmaka untuk kesehatan manusia,
minyak atsiri kayu manis juga berpotensi sebagai biopestisida. Hasil penelitian Syahbirin dkk., (2011) menunjukkan bahwa minyak daun
kulit manis Cinnamomum multiflorum mempunyai peluang untuk dikembangkan sebagai biopestisida, karena
dengan konsentrasi 1% (b/v) dapat mengakibatkan kematian serangga
uji ulat kubis Crocidolomia pavonana
sebesar 95.7%. Lebih lanjut
dikemukakan bahwa toksisitas minyak atsiri daun C. multiforum mendekati toksisitas
minyak mimba yang sama memiliki efek
kerja racun dan mematikan ulat.
Secara tradisional masyarakat Indonesia memanfaatkan atsiri kulit manis
untuk berbagai keperluan diantaranya adalah :
Bahan baku dalam industri farmasi, kosmetika dan flavouring makanan serta minuman; Pengobatan secara aroma terapi,
karena memberikan efek yang menenangkan jiwa;
Menurunkan kadar gula dalam darah pada penderita diabetes; Anti diare karena dapat membunuh bacteria E-coli dan penahan sakit. Anti bacteria yang dapat mencegah pembentukan
plak gigi dan kerusakan gigi. Meredakan
sakit perut dan juga menghilangkan rasa mual pada wanita hamil; Mengatasi kerontokan rambut, Infeksi kantung kemih; Mengobati sakit gigi; Mengatasi kolesterol; Kanker;
Obat pilek, sakit perut, perut kembung, bau nafas, sakit kepala
sinus; Kelebihan berat badan; dan Infliensa
infeksi pada kulit.
III. EKSTRAK DAUN
KAYU MANIS
Salah satu cara yang umum untuk mendapatkan ekstrak daun kayu manis adalah dengan
cara maserasi. Daun dikeringkan, dihaluskan, diayak lalu diekstraksi dengan
etanol selama beberapa hari. Ekstrak kemudian disaring dengan menggunakan
kertas saring, kemudian diuapkan
hingga diperoleh ekstrak. Ekstraksi minyak atsiri kebanyakan menggunakan
pelarut yang cocok dan biasanya digunakan untuk
mengambil minyak yang kurang stabil yang dapat rusak oleh panas.
Beberapa pelarut yang dapat digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri antara
lain etanol, metanol, kloroform, alkohol, aseton, atau eter. Berbagai riset
yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti menunjukkan bahwa ekstrak daun kayu
manis banyak sekali manfaatnya. Ekstrak
daun kayu manis dapat dimanfaatkan sebagai antioksida dalam penyimpanan buah
untuk menekan proses oksidasi buah (Anton S, 2006). Kondoy., dkk.,
(2013), melaporkan bahwa ekstrak daun kayu manis dapat menurunkan kadar gula
darah yang diujicobakan terhadap tikus putih.
Riset Muwarni dkk, dari Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur,
membuktikan khasiat ekstrak daun kayu manis memiliki aktivitas
antimikroba terhadap bakteri Salmonella typhi penyebab tifus. Hasil uji
memperlihatkan daun kayu manis pada kosentrasi 3% menurunkan opulasi Salmonella
typhi sebesar 83,2%. Daya
hambat tersebut diperkirakan karena kayu manis mengandung flavanoid dan
saponin. Kedua senyawa tersebut bersifat
antibakteri. Saponin bekerja dengan merusak membran plasma dan asam
deoksiribonukleat (DNA) polimerase bakteri. Sementara flavanoid memilin untaian
DNA dan berikatan dengan protein untuk merusak dinding sel bakteri. Senyawa lain seperti alkaloid dapat memutus
ikatan antar sel bakteri (H Santoso, dkk..,(2014),
mengemukakan bahwa ekstrak
etanol daun kayu manis (Cinnamomum
burmannii) efektif sebagai antimikroba terhadap bakteri Shigella dysenteriae secara in vitro,
yang dapat membunuah bakteri Shigella dysenteriae pada konsentrasi 7,25%. Selanjutnya Angelica (2013) juga melaporkan
tentang manfaat ekstrak daun kayu manis yang dapat menekan pertumbuhan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
IV. PENUTUP
Hasil penyulingan DKM dari jenis Cinnamomum burmanni yang telah di lakukan di
laboratorium HHBK Pustekolah, menghasilkan minyak yang berwarna bening. Destilasi daun dan ranting dilakukan secara
destilasi uap sebanyak 0,5 kg, 1kg dan 3 kg dengan ulangan sebanyak 9 kali
dengan perolehan rendemen rata-rata sebesar 1,40 %. Potensi dan pemanfaatan minyak atsiri
DKM serta pasar yang cukup menjanjikan
maka, dapat dijadikan sebagai tambahan nilai ekonomi bagi usaha perkebunan kayu
manis. Berdasarkan uraian tersebut
diatas, menunjukkan bahwa banyak sekali manfaat daun kulit manis yang bisa dikembangkan. Daun kulit manis bukanlah limbah yang
biasanya dibiarkan terbuang, namun merupakan sumber daya yang bisa meningkatkan
nilai tambah, karena dapat dikembangkan pemanfaatannya lebih lanjut baik
sebagai minyak daun kulit manis maupun ekstrak daun kulitmanis. Peluang pemanfaatan lebih lanjut bisa sebagai
sumber biofarmaka maupun
biopestisida. Oleh sebab itu
diharapkan tulisan ini dapat dijadikan sebagai informasi dasar bagi
pengembangan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anton S. 2006. Manfaat Daun Kayu Manis, Cinnamomum Burmanni Terhadap Khasiat Antioksidasi Mahkota Dewa, Phaleria Macrocarpa(Scheff.)Boerl.) Selama Penyimpanan. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/45951
Burt S. 2004. Essential Oils: Their Antibacterial
Properties And Potential Applications In Foods – A Review. Int J Food Microbiol.
2004;94(3):223–53.
Chao L.K., K.F. Hua, S.S. Cheng, J.Y.
Liu, S.T. Chang (2005), Study on the Antiinflamantory Activity from Leaves of Cinnamomum osmophloeum, J. Agric. Food Chem., 53(18),
7274-7278
Guenther, E.
1990. Minyak Atsiri. Jilid IV
Terjemahan Ketaren. UI Press, Jakarta.
Inna, M., N. Atmania, & S. Prismasari. 2010.
Potential Use of Cinnamomum burmanii Essential Oil based
Chewing Gum as Oral Antibiofilm Agent.
Journal of Dentistry Indonesia 2010, Vol. 17, No. 3, 80-86
Juven BJ, Kanner J, Schved F,
Weisslowicz H. Factors that interact with the antibacterial ac-tion of thyme
essential oil and its active con-stituents. J Appl Bacteriol.
1994;76(6):626-31.
Jean-Claude Chalchat & Isabelle Valade. 2000. Chemical Composition of Leaf Oils of Cinnamomum from Madagascar: C. zeylanicum Blume, C. camphora L., C. fragrans Baillon and C. angustifolium. Journal of Essential Oil Research. Volume 12, Issue 5, 2000 pages 537-540
Kim J,
Marshall MR, Wei C. Antibacterial activity of some essential oil components
against five foodborne pathogens. J Agric Food Chem. 1995;43(11): 2839-45
Khasanah, Lia Umi; Anandito, R. Baskara Katri;
Utami, Rohula. 2012. Mengangkat Potensi Kayu Manis (Cinnamomum
Burmanii) sebagai Flavor Eksotis melalui Sistem Pengolahan
Terintegrasi. Fakultas Pertanian UNS, Semarang
Kondoy
S., A. Wullur dan W. Bodhi. 2013. Potensi Ekstrak Etanol Daun Kayu Manis Cinnamomum
burmanii Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Dari
Tikus Putih Jantan (Rattus Norvegicus) Yang Di Induksi Sukrosa. PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 2 No. 03
Agustus 2013 ISSN 2302 – 2493. Menado.
Murwani,
S., Soemardini, M. K. Wardhani. 2009. Efek Ekstrak Daun Kayu Manis (Cinnamomum
Burmanni) Sebagai Antimikroba Terhadap Salmonella Typhi
Secara In-Vitro. Jurnal penelitian Program Studi Pendidikan
Dokter FKUB.
Niu C and
Gilbert ES. Colorimetric method for identifying plant essential oil components
that affect biofilm formation and structure. Appl Environ Microbiol.
2004;70(12):6951-6.
Paranagama P.A., S. Wimalasena, G.S. Jayatilake, A.L. Jayawardena, U.M. Senanayake
and M. Mubarak (2001), A Comparison of Essential Oil Constituents of Bark,
Leaf, Root and Fruit of Cinnamon (Cinnamomum zeylanicum Blum) Grown in Sri Lanka, J. Natn. Sci.
Foundation Sri
Lanka, 29, 147-153
Syofyan Rusli dan Auzay Hamid, 1990. Kayumanis (Cinnamomum spp) dalam Buku Perkembangan Penelitian Tanaman Penghasil
Minyak Atsiri, Edisi Khusus Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Vol VI No. I 1990.
Balittro.
Santoso S., E. Asmaningsih. dan I.G.N. R. Sanjaya. Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Kayu
Manis (Cinnamomum Burmannii) Sebagai
Antimikroba Terhadap Bakteri Shigella Dysenteriae Secara In Vitro dalam http://event-archives.litbang.depkes.go.id/jspui/bitstream/123456789/246/1/majalah%20ryan.pdf. Diakses Juli 2014.
Standar Nasional Indonesia, SNI 06-3734-2006: Minyak Kulit Kayu Manis, ICS 71.100.60,
Badan Standarisasi Nasional – BSN, Jakarta
Singh G., S. Maurya, M.P. DeLampasona,
C.A. Catalan (2007), A Comparison of Chemical, Antioxidant and Antimicobial
Studies of Cinnamon Leaf and Bark Volatile Oils, Oleoresin and Their
Contituents, Food. Chem. Tixicol., 45, 1650-61
Sumangat, D. dan Ma’mun (2003),
Pengaruh Ukuran Dan Susunan Bahan Baku, Serta Lama Penyulingan Terhadap
Rendemen Dan Mutu Minyak Kayumanis Srilangka (Cinnamomum
zeylanicum), Buletin TRO Volume XIV No.1
Sukandar E.Y., A.G.
Suganda dan Muslikhati. 1999.
Efek Minyak Atsiri Kulit Kayu Dan Daun Cinnamomum burmanni Terhadap Bakteri Dan Fungi (The Effect Of The
Volatile Oil Of Barkand Leaves Of Cinnamomum
burmannii Against Bacteri And Fungi).
Majalah Farmasi Indonesia 1999, X(1)
Syahbirin G., C. Hertika, D. Prijono dan Madang. 2011. Potensi Minyak Atsiri Daun Cinnamomum Multiflorum Sebagai Insektisida Nabati Terhadap Ulat Kubis Crocidolomia pavonana. FMIPA Institut Pertanian Bogor. Pengembangan Sains yang Bermartabat untuk Kemulian dan Kesejahteraan Masyarakat.. http://fmipa.ipb.ac.id/index.php/id/kimia.
Trubus 529 - Desember 2013/XLIV
Yenni Cahyana (2005), Peningkatan Kadar Sinamaldehid Dalam Minyak Atsiri Cinnamomum
burmanii dengan Destilasi
Uap dan Ekstraksi Diklorometan, Laporan Penelitian, Jurusan Teknik Kimia,
Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Parahyangan Bandung.
Zamarel, A. Hamid, 1990. Tanaman kayumanis, Proseding
Temu Tugas Perkebunan/Tanaman Industri Badan Litbang Pertanian, Balittro Bogor
bekerjasama dengan Kanwil/Deptan dan Perkebunan Sumbar, Riau dan Jambi di Bukit
Tinggi 1990.
ayam tarung
BalasHapus