LIMBAH
BIOMASSA UNTUK INDUSTRI BIOCHAR SEBAGAI PELUANG PENINGKATAN KUALITAS LAHAN DAN
PENDAPATAN MASYARAKAT
Gusmailina
& Sri Komarayati
Email :
gsmlina@gmail.com
RINGKASAN
Dalam kegiatan industri
kehutanan maupun agribisnis mencakup pertanian dan perkebunan selalu menyisakan
limbah yang belum termanfaatkan secara optimal. Limbah biomassa ini dianggap
tidak mempunyai nilai ekonomi sehingga dibuang sebagai sampah yang akhirnya
akan mengotori dan mencemari lingkungan.
Di sektor kehutanan potensi bahan baku kayu yang belum dimanfaatkan
secara optimal sekitar 29,70 juta m3/tahun untuk limbah pemanenan
hutan, 2,03 juta m3/tahun untuk industri pengolahan kayu termasuk
0,78 juta m3 serbuk gergaji kayu dan 27,32 juta m3/tahun
untuk limbah sektor pertanian.
Biochar merupakan hasil dari proses karbonisasi yang
akhir-akhir ini sering dibicarakan karena perannya sangat besar dalam membangun
kesuburan lahan dan mitigasi emisi. Apalagi sejak ditemukannya tanah hitam di
lembah Amazon yang terkenal dengan Terra Petra.
Bahkan di beberapa Negara biochar selain untuk membangun kesuburan
lahan, juga merupakan solusi dalam mengentaskan kemiskinan dan kesehatan
masyarakat, yang berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Aplikasi biochar ke tanah meningkatkan
ketersediaan kation utama dan fosfor, total nitrogen, dan kapasitas tukar
kation tanah. Ketersediaan hara yang cukup bagi tanaman merupakan dampak dari
bertambahnya nutrisi secara langsung dari biochar dan eningkatnya retensi hara,
di samping perubahan dinamika mikroba tanah. Keuntungan jangka panjang dari
aplikasi biochar bagi ketersediaan hara tanaman berhubungan dengan stabilisasi
karbon organik yang lebih tinggi dibanding bahan organik yang biasa digunakan
dalam budi daya tanaman. Sebagai deposit karbon di tanah biochar bekerja dengan
cara mengikat dan menyimpan CO2 dari udara untuk mencegahnya
terlepas ke atmosfir. Kandungan karbon yang terikat dalam tanah jumlahnya besar
dan tersimpan hingga waktu yang lama, diperkirakan ratusan hingga ribuan tahun.
Para ilmuwan menyatakan bahwa untuk area
250 ha mampu mengikat 1900 ton CO2 dalam setahun.
Pusat Litbang keteknikan
Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (Pustekolah), telah melakukan sosialisasi
Produksi biochar/arang secara terpadu sejak tiga belas tahun terakhir. Teknologi ini sangat ramah lingkungan yang
menghasilkan biochar dan turunannya berupa biochar, briket arang untuk energi,
arang aktif, arang kompos bioaktif (Arkoba), pupuk organik mikoriza (POM) dan
asap cair. Asap cair merupakan cairan asap
hasil samping dari pembuatan arang.
Produk ini juga mengandung carbon yang tinggi yang banyak manfaatnya
bagi kehidupan manusia sehari-hari. Asap
cair dapat dijadikan sebagai pengganti bahan pengawet formalin yang dilarang
penggunaannya karena berbahaya bagi kesehatan manusia dan makhluk hidup
lainnya. Penggunaan bahan pengawet
makanan yang berbahaya sangatlah memprihatinkan dan ini menjadi perhatian yang
serius dari pemerintah sehingga upaya untuk melindungi konsumen selalu
diperhatikan, namun hal ini belum diikuti dengan tersedianya bahan pengawet
makanan yang diharapkan. Oleh sebab itu penggunaan asap cair sebagai pengawet
makanan yang tidak berbahaya bagi manusia sangat diharapkan dan potensial
sekali untuk dikembangkan lebih lanjut.
Asap cair ini juga dapat digunakan sebagai bahan pengganti asam kimia
sebagai koagulan karet dengan hasil yang baik serta dengan waktu yang lebih
cepat dari pada menggunakan bahan kimia yang mahal.
Pemanfaatan berbagai jenis
limbah biomasa menjadi biochar sangat mudah dan murah diterapkan oleh
masyarakat. Usaha ini dapat dijadikan
sebagai usaha pokok maupun usaha sampingan yang akan memberi keuntungan ganda
bagi pelaku. Kendalanya masih banyak
masyarakat yang belum mengetahui tentang manfaat dari biochar, sehingga pengembangannya
sangat terbatas. Oleh sebab itu melalui
makalah ini diharapkan sosialisasi industri biochar secara rumahan ini dapat
diserap oleh masyarakat.
Kata
Kunci : limbah biomassa, pemanfaatan, biochar, industri, kualitas lahan,
pendapatan masyarakat
===============================================================================
*
) Disampaikan sebagai makalah poster
pada Seminar Nasional Teknologi Industri Hijau tgl 21 May 2014. di Semarang.
Jateng.
**) staf Peneliti pada Puslitbang Keteknikan
Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (Pustekolah), Badan Litbang Kehutanan.
Bogor.
ayam tarung
BalasHapus